Hari-hari Jaemin setelah kepergian Winter terasa hampa. Meskipun ia bisa meneleponnya, namun kehadiran fisiknya tidak tergantikan. Tidak ada gadis mungil yang mengikutinya kemanapun ia pergi, tidak ada yang menunggunya di depan kelas untuk makan siang bersama, tidak ada yang tiba-tiba meneleponnya dan meminta ia segera datang. Jaemin merindukannya. Sangat.
Renjun yang memahami perasaan Jaemin hanya bisa menemaninya dalam diam. Ia tau temannya tidak akan bisa dihibur sebelum gadis yang bernama Winter muncul di hadapannya.
"Jaem, mau ikut aku jadi panitia orientasi?" Tanya Renjun.
"Hmm? Males, Jun." Kata Jaemin.
"Daripada sedih terus, biar ada kegiatan." Kata Renjun.
Jaemin menghela nafas dan merebahkan tubuhnya di atas meja. "Kerja apa yang bisa ngehasilin banyak duit ya, Jun?"
"Ga usah mikir aneh-aneh. Sekarang kamu kuliah aja yang bener. Lulus, cari kerjaan bagus. Abis itu baru nyusulin Winter."
"Iya sih." Kata Jaemin, "Mana kuliah masih lama lagi lulusnya. Winter bakal nungguin aku ga ya?"
Renjun hanya menggelengkan kepalanya. Dasar bucin.
"Beneran deh, Jaem. Kalau bengong gitu jadi banyak pikiran. Mending ikut aku jadi panitia orientasi."
Jaemin melihat ke arah Renjun. Mungkin ada benarnya juga, ia harus menyibukkan diri agar tidak galau berkepanjangan.
Akhirnya Jaemin mengikuti Renjun untuk menjadi panitia orientasi di departemennya. Tugasnya adalah menyiapkan acara perkenalan selama 1 minggu dan juga membimbing anak-anak angkatan baru. Kegiatannya cukup padat jadi sedikit mengalihkan pikiran Jaemin.
Di sela-sela istirahatnya ia selalu video call dengan Winter di Amerika sana. Perbedaan waktu yang jauh menyebabkan waktu-waktu telepon mereka tidak nyaman. Bila Jaemin meneloponnya sore hari di Korea, di Amerika adalah dini hari, begitupun sebaliknya. Di waktu Jaemin sudah mulai santai, di sana Winter memulai jam sibuknya. Meskipun begitu, komunikasi mereka masih tetap lancar.
"Jaem, ayo kita mulai siap-siap kelas perkenalannya." Renjun memanggil Jaemin yang tengah mengirim pesan untuk pacarnya itu.
"Oh, oke Jun." Jaemin menekan tombol send, lalu mengikuti Renjun.
Di kelas perkenalan dengan mahasiswa baru, Jaemin menjadi salah satu mentor. Beberapa mahasiswa dibentuk beberapa kelompok kecil dan akan dibimbing oleh satu mentor. Jaemin berkumpul dengan sekelompok mahasiswa baru yang akan dibimbingnya.
Mereka berkenalan dan mengobrol seperti biasa saja. Namun ada salah satu mahasiswa yang sangat memperhatikan Jaemin. Setiap Jaemin berbicara ia sangat tertarik dan itu terlihat sangat jelas. Apabila ada temannya yang ribut sedikit, ia segera membentaknya dan menyuruhnya untuk memperhatikan Jaemin. Jaemin jadi merasa tidak enak hati.
"Sekian sesi perkenalan hari ini. Silahkan untuk istirahat makan siang, Besok kita ketemu lagi di jam yang sama." Kata Jaemin.
Ia membubarkan kelompoknya dan pergi menghampiri Renjun untuk makan siang bersama. Ketika mereka berjalan menuju kantin ada yang memanggil Jaemin.
"Jaemin Sunbaenim!"
Hal ini seperti déjà vu. Jaemin menjadi teringat pertama kali ia terlibat hubungan yang spesial dengan Winter. Tapi kali ini bukan Winter yang memanggilnya, sebesar apapun Jaemin berharap. Ia berbalik dan melihat orang yang memanggilnya adalah anak dari kelompoknya.
"Oh, iya? Ada apa?" Tanya Jaemin kepada anak itu. Ia sedang berusaha mengingat-ingat lagi namanya.
"Aku Kim Minju, anggota kelompok yang tadi." Ujarnya, "Jaemin sunbaenim, aku boleh makan siang bareng?" Katanya penuh harap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Summer
FanfictionNamanya Kim Winter, persis dengan sifatnya yang dingin dan sulit didekati. Tatapan matanya tajam dan tampak tidak bersahabat. Kalau bicara nadanya tegas dan tidak ada sedikitpun keramahan. Ia cantik, dingin, seperti boneka. Orang menyebutnya Ice Pri...