Chapter 5: A Revelation

500 85 9
                                    

Ponsel Jaemin bergetar sesaat sebelum waktu istirahat. Ia meliriknya dan melihat nama Winter muncul di layar.

"Tumben nelpon, biasanya tiba-tiba muncul kaya hantu." Gumam Jaemin.

Jaemin membiarkan teleponnya bergetar sampai kuliah benar-benar selesai. Setelah dosen keluar kelas, ia lalu mengangkat telepon dari Winter.

"Hal..."

"Lama..." Potong Winter diseberang telepon sana.

"Tadi masih kuliah." Jawab Jaemin.

"Dateng ke sini."

"Kemana? Ke kelas kamu?" Tanya Jaemin.

"Rumahku."

Jaemin mengernyit, "Ada apa?"

"Jangan banyak tanya bisa?" Ada jeda diantara ucapan Winter. Tampaknya nafas Winter tersengal dan terdengar lelah, "Pokoknya cepet ke sini." Lalu telepon ditutup.

Jaemin bingung. Tapi suara Winter tidak terdengar seperti biasanya. Ia jadi khawatir juga.

"Jun, aku kayanya ga masuk kuliah nanti siang." Kata Jaemin kepada temannya Renjun.

"Kenapa?"

"Ini, Winter kayanya ada masalah di rumahnya. Aku mau ke sana." Kata Jaemin.

Renjun mengangkat alisnya, "Wah, kamu mau ke rumah Winter? Terus kalian berduaan aja gitu di sana."

"Mikir apaan sih kamu?" Jaemin menepuk bahu Renjun.

Renjun hanya cengengesan, "Ga mikir apa-apa."

Jaemin menaikan satu alisnya.

"Aniya." Renjun menggeleng, "Yaudah sana. Katanya mau ke rumah Winter."

Jaemin memutar bola matanya. Ia yakin temannya itu mulai berpikir yang aneh-aneh.

***

Jaemin sudah sampai di depan pintu apartemen Winter. Ia memencet bel rumahnya. Sebenarnya Jaemin juga agak gugup. Ini pertama kalinya ia mengunjungi dan benar-benar masuk ke apartemen Winter. Biasanya ia hanya mengantar sampai depan pintunya saja.

Tidak lama pintu dibukakan memperlihatkan Winter yang berantakan. Rambutnya acak-acakan dan matanya sayu. Ia berjalan terhuyung ketika membukakan pintu.

"Yaampun, Winter. Kamu kenapa?" Tanya Jaemin dengan khawatir. Ia langsung menopang tubuh Winter yang hampir jatuh. Badannya panas sekali.

Winter sepenuhnya membiarkan tubuhnya bersandar pada Jaemin. Untuk memeluk Jaemin saja ia sudah tidak ada tenaga.

"Sakit." Isak Winter.

Jaemin mengangkat Winter dan menggendongnya. Tubuhnya ringan sekali dan Jaemin bisa dengan mudah membopongnya dan membaringkannya di tempat tidurnya.

"Kita ke dokter ya?" Kata Jaemin.

Winter tidak menjawab dan hanya terbaring lemas.

Jaemin melihat ke sekeliling apartemen studio Winter. Ia terpaksa membuka-buka lemari Winter untuk mencari jaket. Setelah ia mendapatkannya ia membantu untuk memakaikannya kepada Winter. Setelah itu ia memesan taksi untuk pergi ke dokter.

Dokter tengah memeriksa kondisi Winter. Jaemin menunggu dengan sabar. Ia tampak khawatir melihat Winter yang tampak lemas.

Setelah beberapa saat, dokter selesai memeriksa Winter. Ia duduk di mejanya dan mulai menulis diagnosanya dan resep obatnya.

"Istri anda terkena virus flu. Nanti obatnya diminum sampai habis ya."

Jaemin sedikit bengong. Hah? Apa katanya? Istri?

Winter SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang