Chapter 10: Reunite

482 66 13
                                    

Tanpa berpikir apapun Winter langsung berlari ke arah Jaemin. Ia memeluk laki-laki itu dan meyakinkan diri kalau ini semua nyata. Ia menangis sejadi-jadinya ketika merasakan hangatnya pelukkan Jaemin. Ya, ini nyata. Bukan mimpi.

Jaemin pun merasa terharu. Ia benar-benar memeluk kekasihnya itu. Rindu yang tertahan kini tersampaikan. Akhirnya ia bisa sampai di New York dan menemui Winter secara langsung.

Winter melepas pelukannya dan memandang Jaemin dengan wajah yang berderai air mata. Ia menyentuh wajah Jaemin, merabanya untuk meyakinkan itu benar-benar Jaemin.

"Jaemin, ini beneran? Ini bukan mimpi? Kok bisa?" Tanya Winter.

"Iya ini aku, Win." Jaemin tersenyum sambil menghapus air matanya.

Winter menangis lagi dan memeluk Jaemin. Ia tidak peduli ia menangis di depan umum. Ia tidak peduli orang-orang melihatnya. Orang-orang tidak akan mengerti sebahagia apa dirinya sekarang.

"Udah, Win. Jangan nangis lagi." Jaemin mengelus lembut punggungnya.

"Aku masih ga percaya kamu ada di sini, Jaem." Kata Winter.

"Ya makanya, tenang. Kita duduk dulu dimana gitu. Aku ceritain kenapa aku bisa ada di sini."

Winter melepas pelukkannya lagi dan mengangguk. Jaemin kembali menyeka air mata Winter. Situasi haru biru teralihkan ketika suara perut Jaemin yang kelaparan terdengar.

Winter tertawa, "Yaudah kita ke cafeteria aja yuk. Sekalian makan siang."

Jaemin setuju lalu menggandeng tangan Winter. Winter tersenyum melihat tangan mereka yang bertautan. Akhirnya, ia bisa merasakan lagi sentuhan tangan Jaemin dan merasakan jemari mereka saling terjalin.

Winter memandangi Jaemin yang dengan lahap menyantap makan siangnya. Ia masih meresapi kenyataan yang bagaikan mimpi.

"Kamu ga makan?" Tanya Jaemin.

"Iya." Winter mulai menyendok makan siangnya. "Cerita dong kenapa kamu bisa sampai ke sini."

"Aku ikut program student exchange di Columbia University. Tetanggaan kita."

"Serius?" Ujar Winter terkejut. Memang jarak sekolahnya, Manhattan School of Music dengan Columbia University itu berdekatan.

"Kok kamu ga bilang ikut program student exchange?"

"Ya biar surprise dong. Lagian kan student exchange harus daftar sama seleksi dulu. Kalau aku bilang duluan tau-tau ga lolos kan jadinya sedih." Jawab Jaemin.

"Jadi kamu barusan ke Columbia University dulu?"

"Iya. Ya biasa ngurus administrasi dulu. Mulai efektif kegiatannya besok."

"Terus kamu tinggal dimana?"

"Di EHS Housing. Di St. George Towers di Brooklyn Height, sekitar 40 menitan kalau dari sini naik Metro."

"Asik! Punya tempat kabur." Seru Winter. "Eh, tapi kamu berapa lama di sini?"

"Cuma sebulan sih." Jawab Jaemin.

"Yah, cuma sebentar ya?" Ujar Winter sedih.

"Ya pengennya lebih lama. Tapi kan aku ikut program, masa ia mau extend."

"Iya sih. Kamu ke sini aja aku udah bersyukur." Winter memegang tangan Jaemin, "Makasih ya udah nyusulin aku jauh-jauh ke sini."

"Aku cari-cari cara gimana bisa ke sini. Aku cari info di kampus ternyata ada program student exchange. Enak kan, bisa ketemu kamu, sekalian belajar, dibiayain lagi."

Winter SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang