"Titipkan salamku pada Changmin ya, aku pulang duluan."
Hari sudah semakin malam dan Bermuda pun akhirnya pamit untuk pulang. Mereka sudah menghabiskan terlalu banyak waktu di asrama Chanhee, bahkan Juyeon sampai mandi disana karena ia terlalu lelah. Setelah sampai di asramanya nanti, Juyeon bisa langung melempar tubuhnya kedalam kasur tanpa membersihkan dirinya lagi, dan itu menyenangkan.
"Hati-hati dijalan, hyung."
"Jangan berlebihan, asrama kita hanya berada di tiga lantai diatas lantai ini, Choi Chanhee..." Sindir Younghoon.
"Kau harus belajar untuk tenang sedikit, semuanya sudah mulai membaik sekarang. Bukannya ini yang kau inginkan?" Juyeon juga ikut menenangkan Chanhee. Sebenarnya Juyeon mengerti mengapa Chanhee bersikap demikian, alasannya ya mungkin karena Chanhee tidak ingin teman-temannya terluka lagi. Bukan hanya terluka, Chanhee takut kalau dirinya tidak bisa melindungi teman-temannya jika ia lalai dan Juyeon sangat mengetahui itu.
"Ini keinginan Changmin, hyung. Aku tidak pernah menginginkan hal ini untuk membaik," Balas Chanhee sambil menghindari tatapan dari Bermuda.
"Cih, padahal kau juga terus diam-diam tersenyum tipis tadi...."
"Aku hanya merasa....tidak tenang. Padahal semuanya baik-baik saja, tapi perasaanku terus terasa aneh." Chanhee berkata jujur.
Kira-kira, sejak kapan perasaannya mulai terasa seperti ini? Setiap membicarakan hal-hal yang menyangkut Ji Changmin, hati Chanhee berubah menjadi panik sendiri. Ia merasa takut dan panik karena takut akan ada hal-hal buruk yang menimpa teman sebayanya itu.
Tapi nyatanya, Ji Changmin masih hidup dengan baik-baik saja sampai saat ini. Walaupun Changmin baik-baik saja, Chanhee masih tidak bisa tenang karena yang baik-baik saja hari ini bisa menjadi tidak baik-baik saja di keesokan hari. Jadi apa yang harus Chanhee lakukan untuk menghilangkan ketakutannya ini?
"Ji Changmin, kau harus benar-benar menjaganya dengan baik untuk beberapa waktu kedepan." Hyunjae kembali berbicara dengan nada yang berbeda dari sebelumnya. Hati Hyunjae juga terus terasa gusar.
"Kenapa, hyung?"
"Tidak perlu bertanya kenapa, kau hanya perlu selalu ada disisinya dan jangan pernah tinggalkan dia sendirian karena perasaanku juga sudah mulai berkata lain." Ucapan Hyunjae ini membuat Chanhee berjongkok dengan helaan napas yang panjang.
Siapa yang menyangka kalau ternyata Chanhee juga merasakan hal yang sama? Hyunjae cukup terkejut saat mendengar tuturan kata dari Chanhee tadi, itu artinya firasat dia tidak salah dan sesuatu yang buruk pasti akan terjadi lagi dalam waktu dekat ini. Hyunjae tidak mendoakan sesuatu yang buruk itu untuk mendekati teman-temannya, tapi jika sudah dua orang yang merasakan, firasat tidak mungkin akan salah lagi.
"Aku tidak merasakan apa- apa, hyung....apa semuanya akan baik-baik saja?" Cicit Juyeon pelan sambil berbisik di dekat Younghoon.
"Jangan khawatir, mungkin ini hanya firasat mereka saja yang salah." Younghoon sebenarnya tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini. Hyunjae dan Chanhee terus mengatakan kalau firasat mereka terasa tidak enak, sedangkan Juyeon malah mengatakan kalau dirinya tidak bisa merasakan apa-apa.
"Hyung, firasat itu tidak pernah salah dan kalau pun salah, mereka tidak mungkin bisa merasakan hal yang sama di waktu yang bersamaan." Kata Juyeon sambil ikut berjongkok disebelah Chanhee.
Jadi, siapa yang harus Younghoon percaya sekarang? Jangan menyuruh Younghoon untuk percaya dengan hatinya sendiri, karena sebelum Hyunjae dan Chanhee mengatakan hal itu pun, hati Younghoon sudah lebih dulu merasakan hal yang sama karena ia ada disana, ditempat Sangyeon yang menyuruh Ji Changmin untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Terakhir | The Boyz ✓
Fanfic"Hari ini akan jadi hari terakhir aku bisa menemuimu, ya?" "Jangan bersedih, kau tahu kalau aku akan baik-baik saja." "Aku tahu kalau kau akan baik-baik saja setelah pergi dari dunia ini, tapi bagaimana dengan aku?!" "Kau akan baik-baik saja, lalu b...