Chapt 18 = Kepala Dingin.

72 13 0
                                    

"Hyunjae hyung, ini aku. Bisakah kau buka pintu ini?"

Sesuai saran Kevin, Ji Changmin langsung keluar dari asramanya untuk mengecek keadaan Hyunjae. Walaupun mungkin keadaan Hyunjae akan sama seperti dirinya, Changmin masih berharap kalau Hyunjae tidak merasa seterpuruk itu sampai mengunci dirinya di dalam kamar.

Changmin akui, dirinya juga sempat khawatir karena Kevin menyuruhnya untuk mengecek keadaan Hyunjae. Sekarang Changmin disini, di depan pintu kamar Hyunjae yang kata mereka belum terbuka lagi sejak satu minggu yang lalu.

"Hyung?" Changmin mendekatkan telinganya kearah pintu untuk mendengar suara Hyunjae dari dalam sana tapi nihil, Hyunjae juga tidak mengeluarkan suara apapun- sama seperti dirinya.

"Hyung, pintunya aku buka, ya?" Tidak ada jawaban. Kamar Hyunjae benar-benar hening seperti tidak ada penghuni di dalamnya, padahal Changmin tahu kalau hyung-nya itu masih ada disana.

Entah mendapatkan ide darimana, Ji Changmin akhirnya memilih untuk memberanikan dirinya turun kelantai bawah. Ia berjalan sambil mencari beberapa sosok perempuan yang bisa ia mintai tolong dan, ketemu.

"Permisi, apa kau memiliki jepitan rambut?" Tanya Changmin kepada salah satu gadis dari beberapa gerombolan siswa perempuan disana.

"Untuk apa?" Gadis itu terlihat cukup bingung karena kedatangan Changmin yang tiba-tiba. Walaupun begitu, ia masih mau melepaskan jepitan rambut yang bergelayutan di rambutnya tadi.

"Untuk membuka pintu kamar seseorang."

Gadis itu mengangguk mengerti dan memberikan jepitan miliknya di telapak tangan Changmin dengan yakin.

"Terima kasih! Akan aku kembalikkan secepatnya!" Balas Changmin sambil berlari menjauh karena waktunya sudah terbuang banyak.

"Kau bisa memilikinya, Ji Changmin!" Balas sang gadis dengan senyuman yang manis.

"Ah iya, terima kasih banyak!" Sebagai tanda terimakasih, Changmin pun melambaikan tangannya dengan kelewat ceria kearah gadis itu.

Changmin kembali berlari menuju asrama Hyunjae sambil berpikir kalau mungkin tidak semua siswa membenci dirinya, kan? Hanya karena Changmin terus menemui siswa-siswa yang benci kepadanya, bukan berarti semua siswa itu membenci dirinya, kan? Gadis itu baik. Walaupun terlihat cukup terkejut dan bingung, ia masih mau membantu Changmin- dan malah memberikan jepitan rambutnya untuk pemuda yang sering disebut sebagai pembunuh ini.

"Hyung, aku akan masuk ya..." Tangan Changmin mulai memasukkan jepitan itu kedalam pegangan pintu kamar Hyunjae dan-

CTEK! Pintu pun berhasil dibuka.

Hal pertama yang Changmin lihat sedetik setelah pintu terbuka adalah, kondisi Hyunjae yang sama seperti dirinya.

Hyunjae juga tidak bergeming. Ia masih betah membaringkan tubuhnya dipojok kamar sambil menyumpal kedua telinganya dengan earphone berwarna putih kusam. Changmin tahu kalau Hyunjae sadar dirinya datang, buktinya Hyunjae sempat menyeka pelan air matanya sedetik setelah Changmin membuka pintu.

Changmin juga tahu kalau mungkin, earphone itu tidak mengeluarkan suara apapun. Hyunjae hanya menyumpal kedua sisi telinganya untuk meredam suara-suara mengerikan yang terus berputar dikepalanya sendiri.

"Apa yang kau lakukan disini, bukannya di lantai sangat dingin?" Tanya Changmin dengan sangat hati-hati.

"Ji Changmin....?" Hyunjae menatap mata Changmin dan sedikit menggeliat tidak nyaman dengan posisinya. Padahal Hyunjae baik-baik saja dengan posisinya sebelum Changmin datang, tapi mungkin Hyunjae tidak ingin Changmin melihat sisi terburuknya seperti ini, maka dari itu ia merasa malu.

Luka Terakhir | The Boyz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang