Chapt 09 = Pengelakan.

84 16 0
                                    

Hyunjae benar-benar pulang, tapi tidak ke asramanya. Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang tamu dan tidak menemukan sosok yang ia cari. Setelah bertanya kepada beberapa petugas dirumahnya, Hyunjae berjalan menuju ruang makan dan menemukan sosok ayahnya disana.

"Duduk." Pinta sang ayah.

Para pelayan dirumahnya mulai menyusun menu-menu makan malam di depan hadapan Hyunjae tapi anak itu tidak ada sedikit pun niat untuk menyentuhnya.

"Keluarkan Choi Kiyoung dari sekolah, ayah." Kata Hyunjae tanpa basa basi.

"Kenapa?" Jawab Lee Minhwan sambil meletakkan sendok yang ia genggam.

"Dia hampir membunuh temanku."

"Lalu, apa ayah harus mengeluarkanmu juga?" Lee Minhwan melepaskan jas hitam miliknya dan mulai menatap anaknya intens.

"Apa?"

"Bukannya kau juga membunuh kedua temanmu sendiri?"

"Bukan aku yang membunuh mereka, ayah!" Balas Hyunjae murka.

Ayahnya tidak tahu apa motif dirinya melakukan ini semua, bahkan tidak pernah bertanya sekalipun. Hyunjae hanya ingin seluruh siswa di sekolahnya mendapatkan keadilan, dan tentu saja juga untuk menyadarkan tindakan ayahnya yang salah karena sudah mendiskriminasi para siswa.

"Teman yang mana lagi yang Choi Kiyoung incar?"

"Haknyeon, dia mencekek Haknyeon sampai penyakit asmanya kambuh."

"Dimana kau saat itu?" Seakan mencari titik lemah Hyunjae, Minhwan benar-benar terus menyerang Hyunjae dengan ribuan pertanyaan.

"Kalau kau ada disana untuk melindungi Haknyeon, semuanya pasti akan baik-baik saja." Ucapan Lee Minhwan terdengar seperti omong kosong di telinga Hyunjae. Ia sadar kalau ayahnya hanya ingin membuat dirinya semakin merasa bersalah, tapi anehnya Hyunjae mengakui kalau semua yang ayahnya katakan itu benar.

"Jangan meminta ayah untuk melakukan hal-hal konyol, Lee Hyunjae. Ayah tidak pernah membesarkanmu agar kau bisa menjadi seorang pembunuh."

"Ayah!" Hyunjae bangkit dari duduknya dengan napas yang memburu dan kembali menatap ayahnya tajam.

Mungkin diluar sana siswa lain bisa menyalahkan dirinya, tapi apa dirinya juga pantas untuk disebut sebagai pembunuh dirumah? Hyunjae memang berniat untuk membakar ruangan ayahnya sendiri, tapi Hyunjae tidak pernah mempunyai niat untuk membunuh sang ayah.

"Ayah macam apa yang menyebut anaknya sendiri seorang pembunuh?!"

Ini memang salahnya, tapi hatinya sangat kesakitan disaat semua orang mulai memanggil dirinya dengan sebutan 'pembunuh'.

"Terima saja jalan ceritanya. Kau bisa anggap ini sebagai karmamu karena kau sudah berniat untuk membunuh ayah sejak dulu." Lee Minhwan kembali melanjutkan acaranya makan-makannya. Hanya dirinya yang bisa makan di suasana intens seperti ini, bahkan beberapa pelayan disana sudah pergi meninggalkan keduanya karena takut terkena imbas.

"T-tapi aku tidak membunuh mereka...."

"Iya, kau yang membunuh mereka." Lee Minhwan mulai tersenyum tipis di akhir kalimatnya karena melihat Hyunjae sudah mengepalkan tangannya lepas.

Luka Terakhir | The Boyz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang