Chapter 14 = Kepercayaan.

78 11 0
                                        

"Kenapa? Kau datang karena merindukanku atau karena kau memerlukan bantuanku?" Kata Kiyoung yang merasa cukup senang. Sangyeon tidak pernah menemui dirinya duluan, Kiyoung lah yang selalu datang untuk berbicara dengan Sangyeon dan itu cukup menyebalkan. 

"Kau tahu, kenapa sulit sekali untuk berbicara berdua seperti ini denganmu, Lee Sangyeon?"

"Aku orang yang sibuk, Choi Kiyoung. Aku juga bukan orang yang memiliki banyak waktu luang untuk meladenimu bermain," Balas Sangyeon acuh sambil membuka kunci rantai yang melingkar di gagang pintu ruangan kolam renang indoor.

"Sibuk membenahi dirimu yang digerogoti rasa bersalah, ya?" Choi Kiyoung tersenyum tipis.

"Kau benar, tapi aku tidak akan digerogoti rasa bersalah lagi kalau aku membunuhmu disini." Sangyeon sudah mengepalkan tangannya kuat dan menutup pintu dengan rapat-rapat.

"Apa?"

Mereka berdua masuk kedalam kolam renang indoor di saat jam pelajaran pertama baru saja dimulai, jadi suasana disini sangat sepi dan cukup lembab. Hyunjae sempat singgah sebentar setelah pulang dari asrama Changmin kemarin. Ia datang untuk mengambil barang-barangnya yang tertinggal dan  malah meninggalkan lebih banyak barang.

Sangyeon bisa melihat banyak botol minuman yang sudah kosong diatas meja. Jumlahnya cukup banyak, tapi Sangyeon berhasil menemukan satu botol kosong berwarna hitam yang tidak asing baginya, botol dengan ukiran Lee Hyunjae di atasnya itu adalah botol minum yang diberikan oleh Jacob dari gaji pertamanya.

Kalau Ji Changmin mendapatkan diary, maka Lee Hyunjae mendapatkan satu botol minuman dengan ukiran nama Lee Hyunjae.

"Kenapa kau diam saja, hm? Apa kau masih mengingat kenangan yang tersisa di ruangan ini?" Kiyoung kembali melemparkan pertanyaannya karena Sangyeon belum kunjung menjawab.

"Kiyoung-ah, apa kau ingat kejadian di hari itu? Hari saat kau mengambil diary Ji Changmin dan aku mengatakan kalau aku akan mematahkan kakimu?" Sangyeon mulai melonggarkan kerah seragamnya dan menggulungnya pelan.

"Kakimu, akan aku lakukan sekarang."

"Coba saja kalau kau berani,"

Sesuai dengan perintah Choi Kiyoung, Sangyeon maju. Ia melemparkan beberapa pelampung kearah Kiyoung untuk mengganggu penglihatan anak itu dan menendang perutnya kencang.

"Aishh, bedebah gila ini kenapa?!" Tentu saja Choi Kiyoung sedikit terkejut. Saat Sangyeon mengatakan kalau dirinya akan mematahkan kaki Kiyoung, ia sudah berpikir kalau Sangyeon akan menyerang kakinya terlebih dahulu, tapi nyatanya tidak seperti itu. Sangyeon lebih memilih untuk mengelabui penglihatan Kiyoung dan barulah ia akan menyerang kaki Kiyoung.

"Harusnya aku yang bertanya kepadamu!" Sangyeon menarik kaki Kiyoung dan menahannya menggunakan tangannya.

"Bukannya aku sudah memperingatimu untuk berhenti mengganggu teman-temanku? Kau tidak mau menurut, jadi aku akan menggunakan cara ini untuk membuatmu diam."

"Itu hanya berlaku untuk Ji Changmin! Aku tidak pernah setuju untuk tidak menganggu anggotamu yang lain!" Ujar Kiyoung disela perlawanannya.

"Maka itu, akan ku buat kau setuju hari ini. Kau tidak boleh menyentuh milik oranglain dengan sembarangan, tahu? Kalau aku menyentuh milikmu dengan sembarangan, apa kau juga akan marah?" Walau tubuh Kiyoung lebih besar dari tubuh Changmin, tubuh Kiyoung masih kalah besarnya dengan tubuh Sangyeon. Jadi, jangan heran kalau anak itu cukup kewalahan untuk membalas tindakan Sangyeon.

"AAAARGH SAKIT!"

Padahal Sangyeon tidak melakukan apapun saat ini, ia hanya memegangi kaki kanan Kiyoung dan menariknya secara perlahan sambil menginjak tubuh Kiyoung, tapi teriakan anak ini sudah sangat memekikan telinga Sangyeon. Sangyeon tidak akan berhenti, ia bahkan akan membunuh Kiyoung hari ini juga jika Kiyoung tidak mau mengaku bersalah.

Luka Terakhir | The Boyz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang