05. Kehilangan.

1.5K 178 26
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

"Yifan!" Xiao Zhan berlari menuruni tangga dengan cepat dan segera memeluk tubuh kecil Yifan yang sudah berlumuran darah. "Panggil ambulance!" entah siapa yang dia teriaki, Xiao Zhan sudah tidak tau lagi. Saat itu, Yu Xuan sekertaris Wang Yibo muncul dari atas dan melihat istri atasannya sudah menangis sambil memeluk putranya. Yu Xuan berlari ke ruangan Yibo, tanpa mengetuk pintu.

"Tuan ... Tuan muda terjatuh!" Yibo mendengar itu segera berlari menuju tangga darurat. Dia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Putranya sudah berbaring dalam pelukan istrinya, dengan penuh darah di tubuhnya.

"Yifan!" Yibo berlari turun dan segera menggendong Wang Yifan. "Kalian sudah menghubungi Ambulan?" tanya pria itu dengan wajah panik.

"Sudah, Tuan." seseorang menjawab. Yibo segera membawa Yifan naik ke atas dan langsung masuk ke dalam lift, Xiao Zhan mengikutinya dari belakang.

Untungnya, saat keluar dari lobby, ambulan sudah datang, mereka membawa Yifan ke rumah sakit tanpa hambatan sedikitpun. Sampai di rumah sakit, tubuh kecil Yifan segera di bawa ke ruang UGD, dengan tubuh gemetar, Xiao Zhan terduduk di lantai, tangannya masih di penuhi dengan darah, Yibo yang melihatnya segera membawa istrinya itu ke dalam pelukannya. Dan saat itu, dia menyadari bahwa Xiao Zhan tak pernah menunjukkan ekspresi seperti saat ini

'Apa Xiao Zhan pernah terlihat kacau seperti ini sebelumnya, maksudnya, dia tidak pernah melihat Xiao Zhan sedih atau marah, Xiao Zhan bahkan selalu tersenyum padanya. Apa memang seperti itu?' Yibo tidak mengingatnya, dia hanya tau, bahwa Xiao Zhan adalah pria yang hanya tau belajar dan belajar saja. Lalu, dia sadar fakta lain, sejak kapan Xiao Zhhan berhenti belajar? Kapan dia berhenti membaca buku tebal yang bahkan Yibo'pun malas hanya untuk meliriknya.

"Ma.maafkan aku ..." Xiao Zhan berucap dengan suara bergetar, tangannya tak mau berhenti gemetaran. Seakan ada sengatan listrik di tubuhnya. Yibo juga merasakan itu.

"Itu bukan kesalahan kamu." jika ada orang yang harus di salahkan, itu adalah dirinya. Yibo tidak menyadari Yifan pergi dari ruangannya. Dia pikir Yifan tidak akan bisa membuka pintu. Dan kenapa dia malah sibuk dengan panggilannya?

"Seharusnya aku tidak meninggalkannya." Xiao Zhna tak bisa tidak menyalahkan dirinya, tapi Yibo juga baru menyadari hal lain lagi, Xiao Zhan tak pernah menuntut apapun darinya. Jelas-jelas ini kesalahannya, Xiao Zhan sudah menitipkan Yifan padanya tapi dia malah lalai dan membuat putranya seperti sekarang ini. Tapi, kenapa Xiao Zhan malah menyalahkan dirinya.

"Zhan ..." belum sempat Yibo bicara, dokter keluar dari ruang UGD.

"Dokter, bagaimana keadaan Yifan?" Xiao Zhan berlari mendekati Dokter.

"Kami sudah berusaha, ternyata Tuhan lebih menyayanginya." Xiao Zhan menatap dokter tidak percaya.

"Tidak mungkin!" Xiao Zhan tak memperdulikan apapun lagi, dengan segera berlari masuk dan melihat tubuh Wang Yifan yang berbaring dengan begitu tenang, matanya tertutup dan wajahnya terlihat pucat bekas darah masih terlihat di bantal yang di tempati putranya. Xiao Zhan tidak berani melangkah, tubuhnya kaku dan bergetar, kakinya seakan tidak memiliki tenaga lagi, Yibo masuk setelahnya. Saat itu, Xiao Zhan hampir jatuh terduduk di lantai, dengan sigap, Yibo menangkap tubuhnya dan membawanya dalam pelukannya.

"Yifan ..." Xiao Xhan berjalan perlahan mendekati Wang Yifan, tangan bergetar nya mencoba menyentuh wajah putranya itu. "Ma.maafkan Papa, ini salah Papa, maafkan Papa ." Xiao Zhan bersimpuh. Berlutut dan mencium tangan Yifan berkali-kali. Yibo sendiri tak percaya putra kesayangannya, kini telah pergi meninggalkannya. Rasa bersalah menumpuk di dadanya, sesak seakan dia tidak bisa bernapas. Melihat putranya berbaring tanpa membuka matanya, senyum ceria juga celotehan yang biasanya di tunjukkan oleh putra mungilnya itu kini sudah tak ada.

"Fan ... Yifan sayang, ini Daddy, sayang." Yibo membungkuk dan mengusap rambut Yifan yang sedikit berantakan. "Sayang bangun. Daddy di sini ..." Yibo baru kali ini merasakannya, sebelumnya, dia belum pernah merasakan rasa sesak seperti ini.

Bahkan, saat Kakek yang paling dia sayangi meninggal, Yibo merasa tidak sesesak sekarang ini, hanya merasa kehilangan saja, tapi sekarang, rasanya ada yang terenggut secara paksa dari tubuhnya.

"Yibo ... I.ini, ini mimpi bukan?" suara Xiao Zhan menyadarkan nya, pria manis itu mendongak menatapnya, dengan senyum di paksakan dan wajahnya di penuhi air mata, juga bekas darah di pipi pria manisa itu yang belum sempat di bersihkan.

"Zhan ... Zhan maaf ..." Yibo merengkuhnya, membawa Pria itu kedalam pelukannya, lalu tangisnya semakin menjadi, seakan ada tombol yang sudah di tekan secara otomatis. Yibo merasa semakin sakit mendengarnya, hingga Xiao Zhan kelelahan dan jatuh tak sadarkan diri.

****

Seminggu berlalu setelah pemakaman Wang Yifan. Xiao Zhan dan Wang Yibo kembali ke rumah mereka setelah satu minggu memutuskan untuk tinggal di rumah keluarga Yibo. Di sana, Xiao Zham terus di sudutkan dan di tanyai berbagai macam pertanyaan yang membuat Xiao Zhan semakin sedih. Yibo yang tidak nyaman dengan itu segera membawa pulang Xiao Zhan setelah 7 hari pelepasan mendiang putranya.

Sampai di rumah, saat Yibo sedang memarkirkan mobilnya, Xiao Zhan turun lebih dulu dan masuk tanpa bicara apapun padanya. Yibo merasa itu wajar, Xiao Zhan sudah terlalu di susahkan oleh keluarganya, mereka semua menyalahkan Xiao Zhan atas kepergian Yifan yang sebenarnya adalah kecerobohan yang sudah Yibo lakukan. Tapi, saat Yibo menjelaskan, tidak ada yang mendengarkan, dan mereka tetap menyalahkan Xiao Zhan atas semua itu.

"Zhan ..." dia tak ada di kamar mereka. Yibo mendengar suara dari kamar Yifan. Dengan perlahan berjalan mendekat dan melihat Xiao Zhan dari celah pintu yang belum tertutup sempurna. Pria manis itu tengah memeluk baju-baju mungil milik putra mereka. Yibo yang melihat itu, merasa dadanya menjadi sesak kembali. Tak sanggup melihat hal itu, Yibo pergi keluar dan menemui dua sahabatnya. Kebetulan, mereka berdua sedang senggang, dan akhirnya ketiga nya bertemu di sebuah cafe.

"Apa kau tidak masalah jika keluar?" Xue Yang melihat Yibo yang tampak kacau menjadi sedikit ragu saat bertanya.

"Aku ... Aku tidak bisa melihat Zhan di rumah, rasanya aku tidak ingin melihatnya seperti itu." Ji Li melirik Xue Yang dan menyikut lengannya. Xue Yang'pun mengerti, lalu ketiganya hanya diam. Tak tau harus mengatakan apa lagi, saat ini Yibo sedang merasa kehilangan. Ji Li dan Xue Yang tak ingin memberikan kata-kata penghibur karena mereka tau bahwa itu tak berpengaruh pada Yibo.

"Ini semua adalah kesalahanku ..." Sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, Yibo menutup matanya dengan sebelah lengan. Kedua sahabatnya hanya melihat, mereka tau, saat ini, Wang Yibo sedang menangis.

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Time To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang