*****
Malam semakin larut, saat Wang Yibo terbangun dari tidurnya dan melihat Xiao Zhan yang berbaring di sampingnya. Setelah perdebatan panjang sore tadi, Pada akhirnya Wang Yibo pergi ke rumah sakit dan mendapat perawatan pada tangannya, saat malam hari mereka kembali ke rumah, Xiao Zhan terlihat begitu khawatir dan menemaninya tidur di kamar Wang Yibo. Dan kini, dia bisa melihat pria manisnya berbaring dengan nyaman tepat di sampingnya.
"Jika ini adalah mimpi, aku tidak ingin terbangun selamanya." hanya itu harapan Wang Yibo satu-satunya untuk saat ini. Melihat orang yang dia cintai, orang yang paling berharga di hidupnya. "Aku mencintaimu." Yibo mengusap pipi Xiao Zhan dengan lembut, lalu mengecup keningnya. Seandainya dia tidak kembali ke masa lalu, Yibo pasti sudah gila di kehidupan sebelumnya. Membayangkan dia kehilangan Xiao Zhan.
Tiba-tiba Yibo merasa sangat hampa, rasa sakit di dadanya, sesak seakan dia tidak bisa bernapas.
"Yibo ada apa?" Xiao Zhan terkejut saat dia merasakan pergerakan yang membuatnya terbangun. "Ada apa? Apa ada yang sakit?" Yibo menahan sesak di dadanya dan melihat wajah Xiao Zhan yang begitu khawatir melihatnya.
"Aku baik-baik saja."
"Tidak, Yibo. Kau tidak baik-baik saja. Ayo kita ke rumah sakit, aku tidak ingin ..." Xiao Zhan terkejut saat Yibo tiba-tiba memeluk tubuhnya, begitu erat seakan takut kehilangan dirinya.
"Aku baik-baik saja. Jangan tinggalkan aku." melihat Wang Yibo yang tampak enggan melepas pelukannya, Xiao Zhan hanya bisa membalas pelukan pria itu.
"Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku janji." Yibo meneteskan air matanya mendengar janji itu. Xiao Zhan tidak pernah pergi kemanapun, di kehidupan sebelumnya, Wang Yibolah yang bersalah. Dia yang menyebabkan keluarga kecilnya hancur berantakan. Seandainya saja, Yibo bisa lebih mencintai Xiao Zhan di kehidupan yang lalu, semua kejadian itu tidak akan terjadi.
"Maaf aku mengganggu tidurmu, sebaiknya kita tidur." Yibo berbaring dan meminta Xian Zhan ikut berbaring di sampingnya. Tentu saja, Xiao Zhan menurut dan keduanya berbaring saling berhadapan.
"Yibo, jika ada masalah, katakan padaku ..." Yibo tersenyum, menatap Xiao Zhan yang kini juga tengah menatapnya dengan pandangan sendu.
"Aku baik-baik saja, sungguh. Hanya saja, aku ingin lebih dekat denganmu, aku ingin lebih mengerti dirimu ... Aku juga ..."
"Yibo, apa kau demam?"
"Aku? Tidak?!"
"Kau benar-benar demam!" Xiao Zhan bangun dari baring nya, memeriksa tubuh Wang Yibo yang sudah sepanas bara api. Dia tidak menyadarinya tadi karena terlalu panik melihat Wang Yibo yang kesakitan.
"Aku baik-baik saja, Zhan tetaplah berbaring di sampingku."
"Tidak, sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang."
"Zhan, aku serius, aku hanya ingin tidur. Itu akan baik-baik saja besok." Yibo bersikeras agar Xiao Zhan tidak khawatir. Xiao Zhan hanya bisa menghela napasnya dan menuruti permintaan Wang Yibo, walaupun, setelah Yibo tertidur, Xiao Zhan merawatnya dengan penuh perhatian. Mengompres dan membantu Yibo saat tiba-tiba pria itu bangun dan muntah-muntah di tengah malam.
*****
"Sebelum itu, saya ingin bertanya. Apa di sekitar anda ada orang yang baru saja meninggal? Saudara anda, atau kerabat anda mungkin?" Wang Yibo menatap seorang pria paruh baya di depannya dengan bingung, lalu menggeleng dengan yakin. "Tapi dari gejala yang anda katakan barusan, sepertinya anda mengalami Prolonged grief disorder, trauma yang di alami saat kehilangan seseorang terdekat atau yang paling anda sayangi." Yibo menunduk dan mengepalkan tangannya. Sudah seminggu berlalu semenjak dia sakit malam itu. Dia sudah pergi ke dokter, tapi dokter berkata bahwa kesehatan Wang Yibo baik-baik saja, tidak ada masalah pada jantung bahkan pernapasannya. Tapi Wang Yibo yakin, malam itu dia merasa sesak napas dan dadanya terasa begitu sakit. Oleh karena itu, Yibo diam-diam tanpa sepengetahuan Xiao Zhan pergi ke Psikolog. Dokter yang menanganinya bernama Zui Zhang, dia sudah menangani banyak pasien dan kebanyakan dari mereka bisa sembuh atau setidaknya mereka mulai membuka lembaran kehidupan baru untuk kedepannya.
Yibo menghela napasnya lalu berkata dengan ragu. "Sebenarnya, aku bermimpi ..." Yibo menceritakan tentang kehidupan sebelumnya kepada Zui Zhang dan mengibaratkan hal itu sebagai mimpi. Selama Yibo bercerita, Zui Zhang hanya diam, mendengarkan dan sesekali tersenyum untuk menanggapi ucapan Yibo.
"Jadi, anda bermimpi, istri dan putra anda meninggal?"
"Benar dokter." Yibo tak tau harus bercerita pada siapa, ternyata ketakutan yang di alaminya lebih serius dari yang dia pikirkan.
"Jika begitu, mungkin sebaiknya anda lebih mendekatkan diri pada istri anda secara fisik atau perasaan, dari hati ke hati. Mungkin anda harus lebih jujur dan juga terbuka mulai sekarang." Yibo tampak ragu dan juga bingung.
"Bagaimana jika dia merasa aneh jika tiba-tiba saya berubah seperti itu?"
"Anda tidak perlu harus langsung berubah. Sedikit demi sedikit, anda harus mendekatkan diri, kemungkinan trauma yang anda alami dalam mimpi akan membaik seiring berjalannya waktu. Saya tidak bisa memberikan obat atau sesuatu yang bisa membuat anda merasa lebih baik, karena itu berasal dari diri anda. Itu semua tergantung pada diri anda, jika anda ingin merasa lebih baik, hanya itu saran yang bisa saya berikan." Zui Zhang tersenyum lagi. Pria itu tampak sudah berkepala 3, wajahnya ramah dengan senyum yang berwibawa. Ada kumis tipis yang membuatnya tampak menawan.
"Saya akan mencobanya. Dokter terima kasih karena mau mendengarkan saya."
"Dengan senang hati. Jika anda butuh teman untuk bercerita, buatlah janji dengan saya, saya siap mendengarkan semua cerita anda."
"Terima kasih, Dokter Zhang."
"Ya, saya berharap, pertemuan kita selanjutnya, tidak di ruangan ini ..." Yibo tersenyum ringan, lalu mulai meninggalkan ruang konsultasi Zui Zhang. Perkataan terakhir yang di maksud Zui Zhang adalah, dia berharap Yibo tidak bertemu dengannya lagi menjadi pasien, melainkan menjadi Wang Yibo yang sudah melupakan trauma nya, itu yang dia inginkan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Time To Love You
Fanfiction06-05-22 ***** Yibo masih terjaga, meski waktu sudah menunjukkan hampir pagi saat itu, dia masih membaca buku diary milik Xiao Zhan saat mereka masih sekolah, dulu. Banyak hal yang di tulis olehnya di sana. Yibo tau, tidak sopan membaca buku dia...