🌱Part 11🌱

168 32 5
                                    

"Kalo lo berpikiran kaya gitu berarti lo egois, Alee! Lo bahagia di atas penderitaan gue! Lo ngerebut semua kebahagiaan gue!" teriak Lika marah, ia menatap nanar ke arah manik Lea yang berkaca-kaca.

"M-maaf," cicit Lea meremas jemarinya.

"Udahlah, mending lo keluar dari sini sekarang. Gue muak liat wajah sok polos lo," ketus Lika berjalan ke arah kasurnya lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Lea dengan rasa bersalah keluar dari kamar itu.

Ting

Malam nanti keluar sama kakak, ya.

Notifikasi chat dari Jennie, Lika mengernyit seraya mengetik.

Untuk apa, Kak? Lika takut gak di suruh.

Ada hal penting yang mau kakak omongin.

Oke, nanti kalo Lika di suruh Lika chat Kakak ya.

Oke

Lika beranjak dari kasurnya, ia menutupi gorden jendelanya karena magrib telah tiba. Lika pun melakukan sholat magrib di kamarnya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Lika menemui Elgar yang berada di ruang tamu untuk meminta izin keluar sebentar bersama Jennie.

"Pa, Lika izin keluar bentar sama Kak Jen ya," izinnya yang langsung dibantah oleh Elgar.

"Gak," jawab Elgar.

"Tapi, Pa bentar aja," mohon Lika memelas.

"Saya bilang enggak ya enggak, Lika! Pergi ke kamar sekarang," titah Elgar tak mau di bantah. Dengan wajah ditekuk Lika kembali ke kamarnya dan mengirimi pesan pada Jennie.

Tuh kan Kak Jen, Lika gak di suruh.

Tak butuh waktu lama, pesannya sudah ceklis biru.

Oh yaudah kalo gitu.

Kak Jen nggak marah kan?

Lika menunggu pesannya dibalas oleh Jennie, tetapi pesan itu hanya dibaca dan tak ada tanda-tanda mengetik dari Jennie. Karena bosen menyendiri di kamar, Lika pun membuka laci mejanya yang terdapat buku novel di sana. Lika membacanya dengan serius hingga tak sadar hari sudah mulai larut, keadaan rumahnya juga menjadi hening. Jam yang tertempel di dinding itu menunjukkan pukul 22.45 wib.

Tiba-tiba kaca jendelanya diketok oleh seseorang dari luar, Lika terlonjak kaget, ia memegang dadanya dan mengintip perlahan dari balik gorden. Ia juga membawa cutter untuk bersiaga siapa tahu orang itu hendak maling.

"Kak Jennie?" kaget Lika melihat Jennie yang menaiki tangga, di tangan kanannya ada sebuah kue juga lilin.

"Sttt." Jennie menempelkan jari telunjuknya di bibir mengisyaratkan untuk diam. Ia lalu menyuruh Lika untuk membuka jendela, dan masuk ke kamar Lika.

"Huhh." Jennie menghembuskan napasnya lega, ia bersyukur tak terjatuh tadi.

Sedetik kemudian. "Happy birth day," girang Jennie menyalakan lilin kemudian menyuruh Lika untuk meniupnya.

"Happy birth day to you, happy birth day to you, happy birth day, happy birth day, happy birth day to you," nyanyi Jennie dengan suara pelan karena takut jika ketahuan orang tua Lika.

Lika dan Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang