🌱Part 15🌱

185 34 1
                                    

"Salah gak sih kalo gue benci semua orang," monolog Lika menatap nanar bintang yang berkelip di atas sana, saat ini ia sedang duduk termenung di balkon kamarnya.

"Kecuali Kak Jennie," lanjutnya dengan tangan yang menumpu dagu, ia menghela napas berat.

Sedetik kemudian, ia tersenyum sendiri mengingat kenangannya 11 tahun lalu, yang di mana saat itu ia masih berumur lima tahun.

flashback ....

Hari ini merupakan hari jadi kelahiran Lika yang ke lima tahun, mereka sekeluarga berencana untuk liburan di villa dekat pantai. Semua barang sudah siap dan telah dimasukkan ke dalam bagasi mobil, Elgar menggendong tubuh mungil Lika membawanya menuju mobil untuk segera berangkat, keluarga itu terlihat sangat harmonis.

Di dalam mobil, Lika duduk di pangku oleh Yuna, ibunya. Mereka bernyanyi dengan riang sepanjang perjalanan dengan sesekali mereka menggoda Lika hingga tergelak yang membuat sakit perut.

"Kalo udah gede, Lika mau jadi apa?" tanya Yuna menyelipkan anak rambut Lika ke belakang telinga.

"Mau jadi dokter," girang Lika bersorak.

"Kenapa mau jadi dokter, hmmm?" timpal Elgar mengelus surai hitamnya.

"Biar bisa ngobatin orang sakit," jawab Lika antusias.

"Wih anak Papa pinter," seru Elgar mencubit pipi kanannya gemas.

"Ish Papa sakit," gerutu Lika menepis kasar tangan Elgar, yang membuat Elgar tertawa melihatnya, Yuna pun ikut tertawa melihat mereka.

Satu jam berlalu, kini mobil itu telah terparkir sempurna di pekarangan villa. Villa yang bernuansa putih itu terlihat sangat besar nan mewah. Mereka segera bergegas masuk dan menuju kamar yang telah ditunjukkan oleh penjaga villa.

Malam hari Yuna telah memasakkan banyak makanan dengan berbagai macam, di tengah-tengah meja makan ia meletakkan sebuah kue ulang tahun yang ia buat sendiri untuk putrinya, dengan lilin yang berbentuk angka lima.

Tak lama Elgar datang sembari menutup mata Lika.

"Tadaaa," sorak mereka berdua, Lika tersenyum senang melihatnya. Yuna dan Elgar kemudian menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Lika, dan segera menyuruh Lika meniup lilin.

"Huhh." Lilin berhasil ditiup, sebelum memotong kue mereka mengambil banyak potret terlebih dahulu untuk dijadikan sebuah kenangan.

Elgar lalu menyodorkan kotak kecil sebagai hadiah dari mereka untuk Lika, Lika membukanya dan ternyata itu adalah sebuah liontin kupu-kupu yang sangat indah. Yuna mengambil liontin itu dan memasangnya di leher jenjang Lika.

"Selamat ulang tahun anak Papa," tutur Elgar memeluknya dengan erat, ia juga mencium kening Lika cukup lama.

"Selamat ulang tahun juga anak Mama, cie yang sebentar lagi beranjak remaja, dan setelah itu dewasa. Bahagia terus, sayang," sambung Yuna ikut memeluknya, alhasil mereka berpelukan bertiga.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sekelabat memori itu berhasil membuat Lika menitikkan air matanya, kini ulang tahunnya tak lagi berarti, tak ada lagi kata-kata indah, semuanya hanya menjadi bayangan semu yang perlahan-lahan lenyap seiring berjalannya waktu.

Dunia sekarang telah banyak berubah, semesta tak lagi berpihak, semuanya menuntut untuk pergi dan jangan kembali.

Lika beranjak dari tempat duduknya, ia ingin mengambil kembali liontin yang telah lama ia simpan. Namun, sedetik kemudian ia teringat jika ia telah diusir, dan liontin itu berada di sebuah kotak kecil dalam lemari kacanya.

Ia hanya bisa menghela napas berat, dengan memperlihatkan kembali gelang perak yang telah hancur itu.

Tak lama ada satu cahaya yang terlihat seperti bintang jatuh, Lika dengan segera menutup matanya mengucapkan sebuah permohonan.

"Lika pengen bahagia," lirihnya kemudian membuka mata, ia mencoba tersenyum walau sulit.

"Bintang itu rela terjatuh demi membuat manusia senang dengan sebuah permohonan, walau pun terkadang tak semua permohonan itu dapat terkabulkan," monolog Lika mendongak ke atas menatap bintang di langit.



Tbc ....

Sorry dikit, soalnya waktu padat banget huhuuu😑

Lika dan Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang