"Lima menit lagi kita ke bawah." Kepalaku tertoleh ke belakang, mengalihkan pandangan dari gemerlapnya lampu kota yang penuh warna. Di belakangku, berdiri laki-laki pendek dengan badan berisi, yang tengah sibuk membereskan gelas sisa kopi. Kepalanya terangkat, "Kau ... tidak berencana kabur, 'kan?" Kubalas pertanyaannya dengan dengkusan geli. "Dengar, Mahameru, aku tahu ini debut pertamamu —dan pastinya akan sangat mendebarkan .... tapi, tidak dibenarkan kalau kau sampai kabur dari wawancara." Otakku tidak lagi memberi ide tentang bagaimana seharusnya aku memberikan reaksi.
Kembali aku menatap ke depan, sembari berkata, "Kamu mendekam di sini sepanjang hari, bagaimana caranya aku kabur? Melompat ke bawah?" Brian tidak menjawab. Aku terka dia masih sibuk dengen gelas-gelas kopinya, terdengar dari dentingan benda keramik yang masih mengalun di telinga.
Sayup-sayup aku mendengar tombol kunci digital pintu yang dipencet, disusul dengan bunyi "ting!" nyaring, lantas berakhir dengan suara pintu yang terbanting menutup. Akhirnya pria gendut itu meninggalkanku sendirian.
Punggungku sedikit aku bungkukkan, menumpukan kedua tangan di pembatas balkon berupa kaca tebal yang sepertinya tidak mudah untuk dihancurkan. Rambut sebahuku semakin awut-awutan begitu bertemu sapa dengan angin malam, aku belum sempat mandi seharian ini. Piyama hitam dengan garis putih tipis di bagian leher, masih menempel di badanku, yang mana pakaian ini sudah aku pakai sejak semalam; bahkan, dari jarak ini saja aku bisa membaui harumnya liur yang kuproduksi semalaman. Wajahku ... yah, setidaknya tidak ada segumpal kotoran di mata karena tadi pagi aku menyempatkan untuk mencuci wajah serta menggosok gigi untuk menghilangkan bau nafas serupa naga. Terserah. Terserah penampilanku sekarang seburuk apa pun, aku tak peduli. Setelah ini aku hanya tinggal mandi, kemudian berserah diri kepada para Stylist yang siap mempermak penampilanku ini.
Jauh di depan sana, khatulistiwa masih serupa garis cokelat gelap yang menyelinap di balik gemerlapnya lampu kota. Bergradasi dengan warna oren tua, oren muda, kemudian berbaur dengan warna kuning; menjadi secercah warna terang di antara hamparan ungu dan biru gelap yang membentang di sepanjang langit. Dari sudut pandang ini, aku bisa memandangi gedung Empire State, berdiri dengan gagah seperti pemimpin dari para gedung-gedung tinggi di sekelilingnya.
New York ... sama membosankannya dengan kota di mana aku berasal. Penuh gemerlap buatan manusia fana di malam hari, bertaburan polusi di pagi dan siang hari. Semuanya sama, memuakkan dan membosankan, sama sekali tidak ada puncak kesenangan yang bisa aku rasakan. Padahal aku baru saja berhasil merilis sebuah album musik yang langsung menjadi buah bibir di hampir seluruh dunia.
Sekarang ini, rasa-rasanya aku ingin sekali menertawai diri sendiri. Kurasa seluruh belahan bumi akan terasa membosankan dan sama saja, setelah dirinya pergi. Kembali aku pertanyakan bagaimana beberapa tahun belakangan aku mulai berjalan. Diriku begitu disibukkan dengan berbagai macam kegiatan sebelum kelulusan; dan syukur, sebulan setelah aku berhasil menggaet gelar Sarjana, seorang produser musik menawariku untuk bekerja sama; hari-hariku diisi dengan berbagai kesibukan setelahnya, sampai-sampai aku lupa untuk mengingat duka, bahkan, dengan kurang ajar aku mengaburkan sosoknya. Hingga hari ini, saat ini, detik ini juga, aku kembali mengingat dia beserta sejuta duka yang membuntut di belakangnya.
Lucu sekali cara berjalan dunia ini.
Dahulu, kami saling mengucap janji untuk bersama-sama lagi. Menata rencana panjang untuk masa yang mendatang, seolah kami tidak akan terpisahkan. Sekarang semua janji dan rencana yang tersusun, berakhir menjadi sebuah bualan yang kebetulan masuk ke dalam jajaran kenangan. Lantaran dirinya memilih untuk menghilang, meninggalkan segala hal indah pula kepedihan.
Namun, bukan berarti diriku ini masih terjebak di masa lalu dan enggan untuk melangkah maju. Aku dengan nekat telah keluar dari kurungan sangkar kesedihan, bertahun-tahun yang lalu. Kembali belajar berjalan dan bertumbuh dengan segala kenangan yang menyakitkan.
Sekarang ini, dia dan dukanya berakhir menjadi memori. Mendekam di dalam relung jiwa, tak lekang, tak terlupakan. Tidak peduli hingga sepuluh pun lima puluh tahun mendatang, dia akan selalu aku kenang dan jadikan inspirasi untuk terus menjalani kehidupan.
Bahkan secara tidak sengaja, kisah tentang aku dan dia menjadi sebuah karya berupa sebuah lagu yang masuk ke dalam jajaran track list albumku.
Setelah lagu-lagu itu selesai kukerjakan, lantas dipublikasikan kepada khalayak, tersadarlah aku kalau setelah sekian lama —setelah tahun demi tahun kulewati, nyatanya dirinya tidak pernah aku lepaskan. Ternyata selama beberapa tahun belakangan aku hanya berusaha melupakan, tidak pernah sekali saja aku mau mengikhlaskan.
🥀
#CuAt (Curcolan Author
Hola !
Pertama-tama, selamat datang di karya perdana yang menandai debut saiya. Semoga kalian bisa menikmati kisah permulaan ini dengan sepenuh hati.
Kedua, terima kasih karena kalian sudah berkenan untuk mampir di buku saiya ini.
Ketiga, semoga buku ini bisa ditulis sampai selesai, tidak seperti tumpukan cerita saya yang lainnya.
Dan keempat, adalah pemberitahuan kalau setelah ini kisah akan dilanjutkan dari sudut pandang Si Dia. Sudut pandang Akang Mahameru hanya akan menemani kalian di Prolog, beberapa bab sebelum ending, dan memegang kendali penuh untuk epilog; karena satu dan lain hal, yang tidak bisa dibeberkan.
***
Disclaimer! :
Saiya hanya mencomot beberapa potong bagian dari diri si Idol, tidak semuanya. Kemudian potongan-potongan itu kembali saya poles agar lebih mendekati realita (semoga). Jadi, tolong dimaklumi kalau di kisah ini minim sekali gambaran kesempurnaan dari si tokoh. Hal tersebut hanya dibuat untuk keperluan cerita, tidak ada sedikit pun maksud untuk menjelekkan si Idol.
Terima kasih
***
Genre dari kisah yang tertulis ini :
#Romance
#Teenfiction
#Angst
(untuk yang terakhir, diharapkan bisa terealisasikan)***
Btw, saiya tidak menjanjikan cerita ini akan happy ending
/kabur_menghindari_massa
Tapi entahlah, doakan otak saya berubah:)🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Kamu, Tanpa Kita {JakeNoo}
FanfictionPeringatan : Cerita ini mengandung unsur LGBT yang akan mengganggu bagi beberapa orang. Tentang Sunu Diantara, seorang anak SMA yang melakukan banyak hal untuk bisa diterima oleh orang tuanya. Seorang anak yang gencar sekali merasa kurang dan tidak...