Jangan lupa vote 😚
Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😂 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥
•
•Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
♾♾♾
Cantik di usinya yang sudah melewati setengah abad. Mungkin paras rupawan Zola menurun dari ibunya. Di teras depan, Sera berpangku tangan seraya menatap Paulina— mama Zola yang sedang mengobrol dengan Julia.
Paulina berkunjung kemari sejak siang hari. Saat berpamitan, kebetulan Zola baru tiba di rumah, tentu saja dengan membawa pengawal cantiknya, hingga saat ini Julia masih berstatus sebagai pengawal Zola.
Kini Sera melihat perbedaan ketika Paulina mengobrol dengannya dan saat mengobrol dengan Julia. Paulina dan Julia terlihat sangat akrab, bahkan keduanya saling tertawa. Ia pikir, Julia tidak bisa tersenyum karena wanita itu selalu tanpa ekspresi setiap harinya.
"Kau cantik, mandiri, dan banyak kelebihan lain di dirimu." Paulina berkata demikian karena ia tahu, Julia masih belum melupakan putranya.
Julia hanya tersenyum menanggapi perkataan mama Zola barusan.
Paulina melanjutkan perkataan, "Kau hanya perlu menggunakan waktu menunggumu dengan melakukan hal baik. Karena Tuhan tau, kapan waktu yang tepat untuk menyentuh hatimu serta memberikan pria yang tepat untuk menjadi pendampingmu."
Paulina memang pernah berharap jika putranya Zola berjodoh dengan Julia. Namun takdir berkata lain. Zola sudah menemukan jodohnya sendiri, menemukan takdirnya— tentunya bukan Julia. Manusia hanya bisa berencana, dan Tuhan yang menentukan.
Julia berekspresi lain, dibandingkan dengan Sera— ia yakin jika Paulina lebih memihaknya. Tapi mau bagaimana lagi, Paulina adalah sosok yang bijaksana— tidak mungkin ikut campur dalam pernikahan Zola dan Sera, karena putranya sendiri sudah memilih Sera.
Apakah ia harus menyerah? Belum saatnya. Julia masih ingin berjuang.
"Atau aku carikan, bagaimana?" Goda Paulina.
"Tidak perlu, Ma." Julia mengusap-usap lengan Paulina. Ia memang sudah menganggap Paulina seperti ibunya sendiri.
Zola menghalangi pandangan Sera, mengacak pelan surai Sera. "Jangan berpikir macam-macam. Mama dan Julia memang cukup dekat."
Sera mendongak, "Mamamu terlihat lebih akrab dengan Julia."
"Hanya perasaanmu. Mama dan kau juga akrab." Sahut Zola menanggapi.
"Tapi mama lebih sering tersenyum saat mengobrol dengan Julia." Sera mencebikkan bibir.
"Mungkin karena tidak ada yang lucu?" Zola mencoba mencairkan suasana, ia tahu Sera sedang cemburu atas kedekatan mamanya dengan Julia.
"Lagipula kau menikah denganku bukan dengan mamaku, Sera." Zola menundukkan wajah, mengecup kening Sera.
Paulina mendekat dan berdehem kecil, sebuah senyum terbit dari bibirnya. Pikiran buruk saat Zola memutuskan menikah dengan Sera tentu ada, tapi itu dulu karena sekarang keadaan jauh berbeda. Sebagai orangtua, Paulina senang melihat hubungan putra dan menantunya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serafina
RomanceDada Sera berdenyut nyeri, seakan tertimpa benda berat tak kasat mata. Pria yang ia cintai selama ini, bertindak tidak bermoral dengan menghamili wanita lain. Baginya, Zola telah menodai pernikahan- telah menghancurkan hati dan perasaannya, sekalip...