PROLOG

9 4 4
                                    

"Ayo, pulang".

"Bentar lagi".

"Sudah dari satu jam yang lalu kamu bilang sebentar lagi. Aku bosan". Leni menekuk mukanya. Sudah sejak satu jam yang lalu dia mengajak Palupi pulang. Tetapi jangankan beranjak dari tempat duduknya untuk pulang. Mengalihkan pandangan dari layar laptopnya pun tidak. Seperti hanyut dalam dunianya sendiri.

"Apa sudah satu jam? Rasanya baru lima menit". Kali ini Palupi mengalihkan matanya dari laptop untuk memandang sekeliling

"Kamu asyik dengan diri sendiri. Ayo pulang, aku lapar."

"Tempat ini membuatku lupa akan semua masalahku. Pulang hanya akan menambah masalah. Kau dengar kidung itu Leni? Itu yang membuatku betah disini".

"Tidak ada kidung atau lagu yang terdengar disini. Kecuali dari cafe di sebarang sana, itupum tidak jelas suaranya. Bukankah kau melarangku menghidupkan musik?"

"Dengarkan pelan-pelan. Suara air sungai Lematang ini, menghasilkan kidung yang indah, aman, tenang. Dengarkan".

"Mana ada suara air sungai bisa indah. Jangan-jangan kau kesamber hantu air. Palupi, jangan bercanda."

"Kidung itu yang membuatku betah. Melepaskan penat dan seluruh masalahku. Dengarkanlah baik-baik dengam hatimu. Kidung ini sangat indah."

"Indah? Suara air sungai ini?"

"Ya, Kidung Lematang"

KIDUNG LEMATANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang