KIDUNG MALAM

4 1 0
                                    

Jenazah itu terbujur kaku. Isak tangis sang istri membuat ruang menjadi melankolis. Tampak di rumah lain tiga anak perempuan menikmati seporsi mie instan. Mereka tidak mengetahui bahwa dunia akan berubah. Tidak lagi senikmat mie instan yang baru saja mereka santap. Tawa masih terlukis dibibir mungil itu. Tampa tau sebentar lagi air mata akan mengalir deras dari pipi-pipi mereka.

Palupi kaget melihat rumahnya yang ramai. Semalam saat dia dan adik-adiknya dititipkan ke rumah Tante Susi karena Mama akan membawa Papa ke Rumah Sakit. Apakah Papa sudah pulang. Sehingga para tetangga datang menengok, sebagaimana kebiasaan di kampung ini. Tetapi mengapa banyak sekali yang datang, bahkan rekan kerja Papa juga ada. Bukankah mereka harus bekerja? Pikiran-pikiran ini memenuhi kepala kecil Palupi. Sementara sang adik juga kaget dan sibuk melihat sekeliling.


Begitu tiga bersaudara memasuki ruang tamu. Mama menyongsong dengan pelukan dan jeritan memilukan.

"Papa pergi nak, Papa pergi... Papa pergi."

Kemudian Mama lemas dan pingsan. Tatapan mata Palupi tertuju kepada jenazah yang terbujur kaku. Usia 10 tahun sudah cukup mengerti tentang apa yang terjadi dan apa yang akan mereka hadapi. Papa meninggal. Palupi dan adik-adiknya hanya mempunyai Mama saja. Tidak ada lagi Papa. 


Sebulan setelah kepergian Papa, Palupi mulai menyadari bahwa perubahan itu lebih besar dari apa yang dibayangkan. Bukan hanya tidak ada lagi yang mendongeng sebelum tidur, tidak ada yang mengantar sekolah, tidak ada yang memperbaiki sepeda jika rusak. Tidak hanya itu. Palupi harus menjaga dan mengurus keperluan adik-adiknya ketika Mama sibuk berdagang. 

Palupi juga harus bisa memasak nasi, menggoreng telur, dan memasak sayur bening sebagai menu makan siang. Memasak nasi goreng untuk menu makan malam. Jarang sekali Mama masak semur ayam atau rendang seperti dulu. Mama pulang dalam keadaan lelah dan tidak jarang tertidur dalam keadaan lapar. Tidak sempat lagi menyantap masakan Palupi yang keasinan atau telur gosong yang di santap sang adik.

Lambat laun, Palupi mulai terbiasa dengan keadaan yang ada. Menngambil alih peran Mama di rumah. Sayur yang di masak Palupi mulai beragam, telur tidak hanya di dadar. Sudah pandai memasak sayur sop atau sayur asem. Tidak lagi keasinan. Mama mulai membawa bekal untuk dibawa ke pasar.  Palupi tidak mau kehilangan lagi. Sudah cukup dia kehilangan Papa. Mama harus sehat. 

Kehidupan mereka berubah mulai malam itu. Kidung tak lagi sama. Syair yang mengiringi tak lagi indah. Alunan nada tidak lagi ceria. Mulai malam itu, hanya ada kidung kesedihan. Palupi tidak menyukai kidung malam ini. Gadis kecil itu membenci kidung kesedihan malam itu. 

KIDUNG LEMATANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang