[Chapter 2] ACALA ~ Gunung

927 192 82
                                    

Aku hanya ingin tahu

Jikalau aku tak bisa mendekatimu

Aku hanya ingin menjadi bayangan di sisimu

Aku merindukanmu lebih dari kehidupanku

Sehingga, tak ragu setiap Acala kujelajahi

Untuk menemukanmu

---

Bukan tanpa usaha, Birendra berusaha menemukan Niskala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan tanpa usaha, Birendra berusaha menemukan Niskala. Di sela waktu tugasnya, dia menemui tetua di desa-desa terdekat yang melingkupi Hutan Air Hitam untuk mendapatkan petunjuk tentang gadis tersebut. Di empat desa terdekat, tidak ditemukannya petunjuk tentang orang yang mengetahui rumah 'peninggalan Belanda' yang terletak di tengah hutan. Hingga pada akhirnya kepala desa menyarankan jika ingin mengetahui sejarah wilayah tersebut, untuk mengunjungi Datuk Rangkayo Nassarudin. Salah satu sesepuh yang masih hidup, juga karena beliau begitu kaya, memiliki hobi mengkoleksi foto. Istilahnya adalah hobi fotografi untuk kepentingan sejarah budaya sehingga banyak orang yang berkunjung ke rumah beliau untuk mendapatkan cerita-cerita lama.

"Rumah beliau di kota besar, tetapi semenjak pensiun beliau lebih banyak menghabiskan waktu di vila Lubuk Putih. Beliau juga mengelola tanah pertanian di pinggiran hutan dan mungkin anda bisa menggali data yang lebih lengkap untuk mengetahui bangunan-bangunan di masa lampau yng mungkin sekarang telah musnah. Kami memang memiliki beberapa data lama di kantor desa tetapi karena tidak terawat dengan baik, saya tidak banyak berharap anda bisa melihat data dari sana, tuan muda," kata bapak Kepala Desa dan akhirnya Birendra memutuskan untuk menemui sang Datuk ke Lubuk Putih, yang sebenarnya tidak jauh dari Hutan Air Hitam.

Sesampainya di Vila, Birendra takjub dengan pemandangan di sekitarnya. Konon, Datuk Nassarudin adalah saudagar kaya raya, turun temurun dari nenek moyangnya di masa lampau sehingga tempat tinggalnya yang berada di pinggiran hutan ini tampak seperti istana kecil. Untuk menuju ke rumah utama, Birendra harus mendapatkan ijin Satpam dengan menunjukkan lencana sehingga diijinkan memasuki gerbang akses masuk, setelah gerbang terdapat jalan yang terbuat dari batu alam ceper yang cukup panjang. Rumput hijau yang tertata rapi sejauh mata memandang seperti hamparan lapangan bola yang terawat. Sampai di dekat rumah, aneka bunga yang terawat rapi, membuat lingkungan terasa begitu asri dan indah dipandang mata.

Terlihat seorang pria paruh baya berkacamata, tengah berdiri di teras depan dan tengah menandatangani beberapa dokumen, setelah sang asisten pergi, Birendra beranjak mendekati pria tersebut.

"Permisi, bisakah saya...menemui Datuk Rangkayo Nassarudin?"

Mata lelaki itu menyipit memperhatikan Birendra dengan seragamnya.

"Saya Datuk Nassarudin. Pasti ada sebuah kasus mendesak yang membuat seorang perwira polisi berkunjung ke tempat ini, silahkan...silahkan duduk. Apa yang membuat Anak laki berkunjung menemui Ungku?"

Tiger HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang