[Chapter 4] AKYAN~ Penglihatan

931 200 58
                                    

Ketetapan tak dapat diubah

Memaksa mengubah

Hanya akan menjadi petaka

Yang terlihat dan tak terlihat

Hanyalah masalah rasa

Jika benar cinta sejati, akan tetap dikenali

Walau tak kasat mata sekalipun

Walau tak kasat mata sekalipun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Malam Purnama. Cahaya bagai lampu temaram memasuki gua dari langit-langit yang berlubang, dari langit-langit tersebut, air hujan kadang tercurah dan turut tertampung mata air kecil di bawahnya. Kenapa Ubak memilih gua ini sebagai tempat tinggal, karena perlahan juga mengajarkan keluarga kecil mereka, bagaimana hidup dengan cara manusia biasa. Niskala menyukai tubuh manusianya. Ayahnya juga memperkenalkan berbagai makanan yang bisa dimasak dengan api. Daging rusa lebih enak dipanggang saat dirasa dengan lidah manusia. Walau Umek tidak terlalu suka dan lebih menyukai daging segar dengan darah hewan yang masih mengalir. Menjadi manusia memang lebih menyenangkan, dapat bergerak bebas dengan kedua kaki rampingnya, walau tidak secepat bergerak tatkala menjadi Harimau, juga indra penciuman, perasa, insting dan lainnya kurang peka. Ubak membuat alas tidur dari kulit rusa yang dikeringkan, juga dedaunan lembut. Terkadang saat manusia melaksanakan upacara menghormati para Datuk dan Inyiak, mereka membawa beberapa kain tenun persembahan dan itu dibawa Ubak untuk menjadi pakaian mereka saat menjadi manusia. Niskala masih mengingat, sejak kecil Ubak lah yang telaten membuatkannya benda-benda yang dipakai manusia seperti sisir, gelang dan perhiasan dari kayu. Walau ada sebuah liontin emas yang disimpannya, pemberian dari Ubak. Teringat hal itu, diambilnya benda berharga tersebut dan dikalungkannya pada Sekala yang tengah berubah menjadi bayi manusia tatkala sinar purnama turut mengenainya. Sementara Maya masih mampu berwujud harimau dan hanya berubah wujud menjadi manusia jika dia menginginkannya. Anak perempuannya lebih tangguh.

Pandangannya beralih dari Sekala kepada Birendra, lelaki tersebut tengah terlelap tak jauh darinya. Birendra juga lelaki yang indah, hanya bertelanjang dada seperti saat ini saja, lelaki itu terlihat begitu menarik dan tampan. Niskala tak pernah melihat lelaki setampan Birendra, walau telah banyak manusia yang dilihatnya memasuki hutan. Ada pada pemburu, pendaki, orang kampung yang mencari kayu. Tetapi tidak ada yang seperti Birendra. Diraihnya tangan lelaki itu, entah berapa lama lagi, dia bisa bersama suami dan putranya tercinta sebelum mereka nanti diharuskan pulang.

Tidur Birendra tampak terusik, perlahan lelaki itu membuka mata dan saat menatap Niskala, senyum tersungging di bibir dan Niskala menyukai gigi gingsul Birendra juga kedua lesung pipi yang menghiasi wajah. Andai Birendra menjadi Cindaku, proporsi tubuh dan wajahnya telah sesuai. Kebanyakan lelaki Cindaku memang tampan dan tegap, hanya mereka liar dan buas. Tidak akan ada senyum yang mereka tampakkan kecuali betul-betul menyukai seseorang atau bersama pasangannya, itupun membutuhkan waktu yang sangat lama.

Tiger HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang