[Chapter 3] NISKALA SEKALA~ Maya Nyata

914 194 58
                                    

Kau mungkin tak dapat meraihku

Kau mungkin tak dapat melihatku

Tetapi, ada bagian diriku

Yang bisa kau miliki

Dan kau pandangi setiap saat

---

Sampai di titik memasuki kaki Gunung Air Hitam, HT masih berfungsi, Birendra sempat menghubungi Joko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai di titik memasuki kaki Gunung Air Hitam, HT masih berfungsi, Birendra sempat menghubungi Joko.

"Kemana kau, Rendra?"

"Piknik..."

"Kau habiskan seluruh masa cutimu selama enam hari, tetapi sepertinya kau tidak memesan tiket ke Bali atau semacamnya, terlebih posisimu masih berada di wilayah ini, jangan bilang kau..."

"Tepat sekali, aku berpetualang masuk ke Belantara Air Hitam. Pemandangan di sini bagus..."

"Orang gila!"

Sebelum mendengar sumpah serapah Joko lebih lanjut, dimatikannya alat komunikasi dan menikmati pemandangan sekeliling. Mata air yang dilaluinya penuh dengan jejak hewan dan ada beberapa tapir kecil dengan induknya barusan minum di sana, hewan yang lucu, walau akhirnya lekas kabur karena sang induk mencium bau asing, yaitu bau Birendra yang kebetulan terhembus karena arah angin yang mendadak berubah.

"Yah, kabur deh..." gerutu Birendra, baru juga bersiap mau foto anak-anak tapir itu. ponselnya memang sudah tak berfungsi untuk berkomunikasi, tetapi masih bisa untuk mengambil gambar. Menyusuri semak belukar, mengikuti jalan semak yang dilalui hewan, Birendra memperhatikan sekeliling. Terkadang mengumpulkan pucuk-pucuk daun pakis, ini enak sekali dimakan walau hanya dicampur garam. Suasana hutan sangat lembab, kalau dia tak bersiap memasang tembakau di sekeliling kaos kaki, bisa-bisa kaki penuh lintah. Dia memang tidak merokok, tetapi membawa beberapa bungkus untuk menghindari pacet. Tetiba indra penciumannya membaui bau busuk yang luarbiasa. Samar terdengar dengungan lalat juga dan saat mencari-cari...lalat semakin banyak beterbangan.

"Hewan mati kah? Atau mayat orang?" batin Birendra. Dia sudah membayangkan menemukan sosok mayat tercabik seperti kondisi jenazah Ferdi yang dimangsa Harimau, atau mungkin potongan kepala? Tangan? Kakinya melangkah mendekati sesuatu yang dirubung banyak lalat, sepertinya sesuatu yang besar dan menjulang tinggi.

 Dia sudah membayangkan menemukan sosok mayat tercabik seperti kondisi jenazah Ferdi yang dimangsa Harimau, atau mungkin potongan kepala? Tangan? Kakinya melangkah mendekati sesuatu yang dirubung banyak lalat, sepertinya sesuatu yang besar dan men...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiger HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang