chapter 28

95.6K 9.7K 686
                                    

Heickal dengan cepat menaiki tangga. Ia berlari menuju salah satu ruangan dan segera membuka pintu kamarnya

Heickal spontan memperlambat langkahnya. Disana ia melihat Zehan tengah terbaring diatas kasurnya. Bajunya begitu basah, rambutnya berantakan dan ada beberapa memar sekaligus luka di tangan dan kakinya.

Seperti ada ribuan pisau yang menancap di tubuhnya setelah melihat kondisi Zehan seperti ini. Heickal perlahan lahan membuka baju seragam yang di kenakan Zehan, ia mengambil gunting dari dalam lemari dan langsung menggunting kaos yang menempel di tubuh anak itu. Ia tidak mungkin membuka kaos Zehan begitu saja karena tangan Zehan sedang terluka jadi ia lebih baik mengguntingnya

Heickal dengan telaten mengganti pakaian Zehan. Setelah itu ia mempersilakan dokter untuk segera masuk kedalam kamar dan menangani Zehan, sedangkan dirinya tengah menunggu di depan pintu karena tidak ingin menganggu dokter yang sedang bekerja.

Heickal berjalan mondar mandir di depan kamarnya sendiri. Pikirannya masih berkecamuk karena ia tidak tahu apa penyebab Zehan bisa sakit seperti ini. Apakah ada yang menyakiti anak itu? Heickal mengepalkan tangannya, jika memang benar ada maka ia sendiri yang akan turun tangan untuk memberi pelajaran kepada orang yang sudah berani menyakiti Zehan-nya.

Beberapa menit kemudian pintu kamar terbuka menampilkan sosok dokter yang sedang menenteng tasnya

"Ada yang perlu saya bicarakan, nak Heickal."

"Silahkan"

"Siapa nama anak yang sedang sakit di dalam?"

"Zehan."

"Anak itu terkena demam ringan. Luka di lututnya tidak terlalu besar dan sudah di obati, namun luka di bagian lengan kanannya luamayan panjang tetapi tidak perlu di jahit jadi cukup di perban saja. Tangan kirinya saya pasangkan infus untuk memenuhi kekurangan nutrisi dan cairan dalam tubuhnya. Obat beserta takarannya ada di meja tolong untuk di minum dengan rutin."

Heickal hanya mengangguk merespon ucapan dokter di depannya. Matanya fokus mengintip Zehan yang berada di dalam kamarnya

"Saya pamit, terimakasih."

Setelah kepergian dokter tersebut Heickal langsung berjalan memasuki kamarnya. Ia menggeser sofa mini yang berada di dekat lemari agar dirinya bisa duduk di samping Zehan

Heickal memandangi wajah polos Zehan yang begitu damai menurutnya, tangannya terulur mengelus kepala Zehan dan mencium keningnya

Heickal beranjak dari duduknya, ia pergi ke dapur sebentar sembari menunggu Zehan bangun ia ingin mengambil semangkuk bubur beserta air minum. Setelah dari dapur kini Heickal hendak melangkahkan kakinya menaiki tangga namun seseorang mengangetkan dirinya dari arah belakang

"Mami?!"

"Ngangetin ya? Maaf Mami lagi keburu buru mau ke bandara, ada pekerjaan di luar kota yang harus Papamu handle jadi mami di suruh ikut."

"Mami habis dari kamar kamu, katanya Zehan pingsan ya? Mami abis jengukin barusan cuma anaknya belum bangun, nanti kalau udah bangun telepon Mami ya sayang?"

"Hmm"

"Yasudah Mami berangkat dulu. Jagain mantu Mami jangan sampe di bikin nangis faham?

"Ya."

Setelah kepergian Maminya, Heickal berjalan menaiki tangga dan segera melangkah menuju kamarnya. Saat membuka pintu ia di sambut dengan suara serak Zehan yang sedang memanggil namanya

"Heickal..."

Heickal dengan cepat meletakkan nampan yang di bawanya diatas meja. Ia mendekati Zehan dan sedikit terkejut karena Zehan langsung memeluknya, memeluknya dengan sangat erat seakan akan tidak ada hari esok untuk melakukannya lagi

KETOS VS BADBOY [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang