Keira
Suasana semakin tegang ketika aku berada di bawah tatapan tajam seorang Natan. Ditambah keterdiaman teman-temannya yang membuatku serba tertekan.
Untuk saat ini, aku tidak dapat berpikir jernih. Aku mengkhawatirkan pemikiran Natan mengenai diriku. Sudah pasti Natan akan berpikir kalau aku adalah wanita licik yang bisa-bisanya memikirkan ide sekonyol ini. Maksudku adalah dia akan berpikir kalau aku gagal move on lalu mengencani sahabatnya demi sebuah tujuan yaitu balas dendam. Tapi jujur, aku tidak peran memikirkan ide segila itu.
Aku tertunduk, menatap kakiku sambil membayangkan kemungkinan buruk yang akan terjadi saat mengetahui bahwa Natan menatapku penuh keanehan. Aku tidak bisa menjelaskan secara pasti. Yang jelas, dia aneh.
"Tolong tinggalkan kami sebentar!" Natan memberi pengumuman yang mana tidak boleh terbantahkan. Hal itu pula mengambil atensi. Aku mendongak, menatap satu persatu; mereka sama tertekan dan merasakan suasana yang tidak mengenakan. Apa aku dalang dibalik semua ini? Ya, tentu saja itu aku!
"Aku dan Keira!" Tambahnya tegas penuh penekanan. Secara praktiks aku merasakan jantungku mulai berdetak kencang. Apalagi dia menyebut namaku secara lengkap tanpa embel-embel Kei. Pancaran matanya menggelap; memburu. Natan mulai menunjukan sisi lain yang memang tidak sering ditunjukan padaku.
"Tidak bisa. Keira akan ikut bersamaku." Bantah Rio yang mana langsung memegang pergelangan tanganku. Mereka dua orang dengan dua tatapan yang berbeda; Natan menatapnya dengan kabut amarah sedang Rio terintimidasi. Namun dia cukup baik dalam menutupi seluruh ketakutannya.
Natan tersenyum marah."Apa sekarang kamu sedang melakukan penawaran?" Dia menatap miring dan tatapnya begitu tajam.
Rio menelan ludah susah payah."Keira datang bersamaku, jadi dia akan tetap bersamaku apapun yang terjadi."
Natan tersenyum meremehkan."Begitukah?!" Dia langsung bengun dan mencekal kerah baju Rio. Tangan yang memegang tanganku sudah terlepas sewaktu Natan menarik paksa tubuh Rio berdiri.
Kami semua dibuat terkejut. Masing-masing orang mencari perlindungan diri dengan menjauhkan diri dari Natan namun itu dikhusukan para wanita yang tadi menemani ke empat lelaki yang sementara berusaha melarai Natan.
Aku ketakutan setengah mati. Mendadak tubuhku mati rasa sehingga aku mematung di tempat.
"Jangan ikut campur kalau kalian masih menyayangi tubuh!" Bilangnya terkesan sungguh-sungguh pada ke empat temannya yang hendak melarai. Otomatis dengan sendirinya mereka bungkam dan bergerak mundur.
Karena tidak ingin ada hal buruk terjadi cepat-cepat aku ambil bicara,"Biarkan kami bicara berdua!" Putusku di bawah kendali rasa takut yang terambat.
Aku memejamkan mata; memikirkan kelanjutan dari kelancangan mulutku yang menyetujui permintaan Natan.
Natan menoleh. Sebuah seringai langsung terpancar begitu mendengar perkataanku.
Begitu membuka mata, aku langsung menoleh pada Rio. Dia menggeleng saat mata kami bertemu. Dan aku berusaha meyakinkan dia lewat sebuah senyuman.
"Kamu beruntung!" Dan Natan mendorong jauh tubuh Rio.
"Keluar!" Dia bertitah.
Setelah memastikan semua orang keluar Natan berjalan ke arah pintu dan menguncinya dari dalam. Aku berada dalam fase takut. Bagaimana jika Natan memiliki niat buruk? Tentu saja niatnya buruk bahkan jauh sebelum ini dia telah memperingatiku.
Natan mendekat. Aku memindai dia dalam setiap langkah yang diambil. Aku duduk gelisah bersama serangkaian pikiran. Akan ke mana cerita ini berlanjut dan berakhir?
KAMU SEDANG MEMBACA
WISHES.
RomancePenghianatan yang Natan lakukan sangat berdampak besar dalam perubahan hidupnya ketika akhirnya Keira memutuskan pergi. Natan mendadak kehilangan diri dan merasa hampa tanpa hadirinya sosok Keira. Akhirnya Natan menyadari bahwa Keira memilik arti pe...