Bab 26. Defenisi sakit yang sesungguhnya!

405 10 0
                                    

Natan.

Aku merasakan dadaku yang sakit. Semacam ditusuk-tusuk saat melihat Keira berciumana mesra bersama lelaki lain. Aku merasa sakit di mana-mana.

Aku tersenyum miris. Inikah yang harus aku hadapi kedepannya? Sekit hati? Makan hati? Menangis dalam diam? Macam orang gila dalam diam? Memaki nasibku? Kenapa lagi-lagi semua perpaduan rasa sakit seolah bekerja sama untuk melukai mentalku?

Dua kali berturut-turut aku merasakan satu siklus yang sama. Dan itu berhasil membuatku sekarat.

Begitu gampang aku berkata untuk memperjuangkan Keira tanpa tahu konsekuensi terbesar yang harus aku hadapi. Rasa sakitku baru dimulai. Dan dengan ritme perlahan-lahan aku merasakan persekongkolan yang mana mampu membunuhku. Ya, perpaduan semua rasa sakit itu sementara menyerangku.

Dibalik persembunyianku aku menangis.

Betapa bodohnya hatiku hanya menginginkan satu wanita. Wanita iblis yang suka sekali melukai hatiku.

KEIRA SETAN.

IBLIS

PENJAHAT

BANGSAT

AKU BENCI DIA NAMUN JAUH LEBIH DARI PADA ITU AKU SANGAT AMAT MENCINTAINYA YANG DENGAN GAMPANG MELUKAKIKU

DIA SIALAN

Sial...aku sekarat.

Berkali-kali aku menangis hanya untuknya. Terluka untuknya. Menggila untuknya. Dan itu perpaduan sekarat yang sempurna, bukan?

Keira!!! Satu nama itu terus mengobrak-abrik hidupku. Disaat aku mau belajar melupakan. Dia datang seperti hantu yang terus mengisi otakku.

INI KUTUKAN. AKU DIKUTUK.

Hatiku hanya bergetar untuknya. Mata ini hanya tertuju padanya. Semua yang aku rasakan selalu terbentuk karenannya.

Bukankah ini keterlaluan? Karma yang aku dapati melebihi dosis normal.

Tidak ingin melukai hati lebih jauh, aku menghampiri mereka yang mungkin akan melakukan hal-hal diluar nalar.

Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Aku bergerak gusar menghampir mereka saat dimana Kenzo sedang mencium Keira dengan posisi Kenzo diatasnya.

Itu begitu menyakitkan. Aku tidak kuat melihat kejadian itu. Tetapi aku tetap memaksakan diri mendekati mereka.

Begitu cepat, aku mengiring otak pada kondisi dimana Keira memergokiku berduaan bersama Tasya. Apakah rasa sakit ini yang Keira rasakan? Tubuhku bahkan dapat hancur berkeping-keping jika aku tidak memiliki pengendalian diri yang kuat.

Tubuhku bergetar. Semua sistem otakku lumpuh dan aku menemukan diri didominasi oleh rasa sakit.

"Jangan mengotori tempat ini dengan perbuatan kotor kalian." Begitu menghampiri mereka. Dengan sigap aku menahan pergerakan Kenzo yang ingin berbuat jauh dan aku mendorong kuat tubuhnya persisi disamping Keira.

Mataku memanas. Mungkin memerah akibat terus menahan mati-matian deraian air mata.

Aku bukan seorang pengendali diri yang baik jika itu menyangkut hatiku yang terluka namun aku tetap menjaga otakku agar tetap waras dan tidak memukul Kenzo dengan membabi buta. Bagaimanapun juga aku masih tahu diri.

Keira benar. Aku hanya akan mendapat malu disaat memaksakan diri. Dan apabila aku sampai memukul Kenzo maka aku sungguh mempermalukan diri.

Keira membuka mata. Dan mata kami bertemu.

WISHES.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang