36. Tell me!

3.8K 322 38
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

"San, sebenarnya saya baik sama Tera karena saya mau jodohkan dia dengan Markus. Markus menyukai Tera sejak dia melihat anak kamu itu di pesta kita."

"Markus sudah punya istri, Mas."

"Mereka akan bercerai. Tiga bulan ini, Markus akan mengurus perceraiannya. Lalu setelahnya, dia akan mulai mendekati Tera. Nanti kalau Tera lulus, Markus ingin segera menikahi Tera. Kamu nggak masalah, kan, San?"

"Tidak, Mas. Markus juga pria baik, umurnya baru tiga puluh delapan tahun, tidak beda jauh dengan Tera. Mas Bara tenang saja, saya bakal bantu bujuk Tera."

"Terima kasih ya, San. Setidaknya anak kamu itu berguna. Perusahaan saya mendapat bantuan banyak dari Markus gara-gara ini."

"Iya, Mas. Dia harusnya senang karena dijodohkan oleh kamu. Anggap saja timbal balik karena kamu sudah mau membiayai dia sampai sekarang."

Percakapan enam jam lalu yang Tera dengar dari bilik Bara dan Sani terus berputar di kepala gadis itu. Dijodohkan? Dengan Markus? Apa kedua orang tuanya gila. Bara bersandiwara hanya demi harta. Lalu Sani, setega itu dia mengiyakan ucapan Bara.

Dua hari lalu, Zero sempat menyinggung perihal perjodohan ini. Cowok itu menyuruh Tera agar segera mencari tempat tinggal baru. Awalnya Tera tidak percaya dan marah, karena ia pikir, Kakaknya itu hanya beralibi, iri dengan kasih sayang yang diberikan Bara untuknya. Tapi malam tadi, sekitar jam sepuluh, Tera tidak sengaja mendengar fakta itu secara langsung.

Bukan hanya itu, dia yang hendak masuk ke dalam kamarnya dengan syok yang teramat sangat juga dikejutkan dengan hal lain. Air datang menyapa, mengatakan tentang hubungan Zero dan Nara yang ternyata adalah sepasang kekasih. Tera tidak habis pikir, kenapa Zero berbohong. Pantas saja dia selalu diistimewakan di tempat kerjanya.

Dan yang membuat Tera semakin tidak enak hati adalah ketika Air mengatakan, bahwa Nara menangis karena Zero selalu memusatkan perhatian padanya. Nara cemburu, karena dia tahu, Tera hanyalah adik tiri. Nara takut, Zero jatuh cinta pada Tera.

Pandangan mata Tera terus menatap kosong ke depan. Sejak empat jam lalu, tepatnya dari jam dua belas malam, Tera duduk sendirian di gereja tempatnya beribadah. Dia ke sana, karena dia pikir tempat itu satu-satunya sumber ketenangan. Untungnya penjaga gereja memberikan ijin masuk karena mengenal Tera dengan baik.

"Lentera, masih belum ingin pulang? Kamu sudah di sini dari jam dua belas. Sekarang sudah subuh, tidak ada yang mencarimu?" tanya seorang suster gereja. Penjaga gereja telah menceritakan tentang kedatangan Tera di sana, sehingga suster tersebut datang menghampirinya.

"Sus ... maaf, Sus, Tera ganggu ya?"

Suster tersebut tertawa lirih. Bukannya menjawab, Tera malah balik bertanya. "Kamu sedang ada masalah? Ini pertama kalinya Suster melihat seseorang duduk sangat lama sambil memandang ke depan. Suster pikir, kamu sedang memandang Bapak di sana sambil berdoa dalam hati meminta bantuan. Tapi sepertinya Suster salah, pandangan kamu kosong."

PIONTERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang