52. Extra part // Piter

4.7K 292 10
                                    

Sore gengss..
Extra part terakhir 😊

*
*
*

"Mau berapa liter air mata lagi, yang keluar dari mata kamu, Sayang ... nggak cape nangisin novel terus?" Pion sudah sangat bosan melihat istrinya menangis dengan menggenggam sebuah buku novel, yang sudah dibacanya puluhan kali. Dan selalu saja berakhir sama, tangis yang tidak kunjung reda, yang akan mempengaruhi moodnya sepanjang hari.

"Ishh ... a-aku gamon ...," kata Tera sesenggukan.

Pion mengambil buku itu, memeluk Tera mengusap perlahan punggungnya. "Bukunya aku simpan aja, ya. Udah cukup. Kamu mending baca buku yang happy ending. Kan banyak tuh, di rak. Atau nggak beli yang baru. Mau?"

Tera mengangguk senang, menyeka air matanya. "Mau, sekalian belanja, ya. Aku pengin beli baju, tas, sandal, sama make up," cicitnya.

Pion menghela napas berat. Istrinya dikasih hati malah minta jantung. Untung sayang. "Yaudah iya," katanya.

"Kok kaya nggak ikhlas. Kalo nggak ikhlas nggak usah. Aku mah nggak papa, dibilang nggak stylish, nggak papa, mukanya dibilang pucet karena nggak pake make up. Nggak papa aku, nggak papa," sindir Tera berpura-pura sesenggukan lagi.

"Lucu banget si, kamu. Ikhlas lah, yakali buat istri nggak ikhlas. Udah sana siap-siap. Kita pergi sekarang aja. Mumpung bocil belum pulang. Kalau berdua kan sekalian pacaran," kata Pion gemas.

Tera langsung beranjak dari kursi. Tidak mau membuang kesempatan yang tidak datang dua kali. Benar juga, kalau Piter pulang, dia pasti merengek minta ikut. Dan kalau dia ikut, yang ada Tera tidak akan jadi membeli barang-barang yang ia mau, karena Piter akan terus menyuruh mereka mengikuti ke manapun ia pergi.

"Siap-siap kerja rodi lagi," kata Pion menghela napas panjang. Dia tau betul, bukan hanya, tas, baju, make up dan sandal yang akan dibeli Tera, tapi kebutuhan rumah, serta barang-barang tidak penting lainnya pasti akan tercantum di bon belanjaan nanti.

Suara pintu yang menabrak tembok mengagetkan Pion yang sedang melamunkan tagihan belanja Tera. Piter Tagana Langit, putranya pulang dengan marah yang lebih besar dari hari sebelumnya.

"Loh, Sus, ini baru jam delapan, kok Piter sudah pulang?" tanyanya pada baby sitter Piter.

"Piter nggak mau sekolah, soalnya anak yang dia suka nggak mau main sama dia, Pak," jawab Suster itu.

"Ishh ... bukan gitu, Cusss ...," kata Piter manyun.

"Lah terus kenapa?" tanya Pion penasaran.

"Jadi gini, Yah. Pitel kan pengin deket-deket Lav. Tapi, Om-Om yang cama Lav ngalangin Pitel. Telus kata Lav, Lav ndak mau jadi istli Pitel. Coalnya kata Lav, Pitel jelek." jelas Piter lemas, berpangku dagu.

PIONTERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang