49. Pion Cahanya Lentera & Lentera Bahagianya Pion

5.3K 373 37
                                    

Selamat hari raya idul fitri buat kalian yang merayakan 🕌
Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin🙏🙆‍♀️🦑❤

*
*
*


Sebulan berlalu, dan hari ini adalah hari dimana Markus menjalani sidang ke tiganya. Tera datang, menjadi saksi bersama sejumlah korban lainnya. Dan dua minggu lagi, sidang putusan akan diumumkan. Berdasarkan banyaknya korban, serta saksi-saksi yang memberatkan pelaku, kemungkinan pria itu akan dihukum penjara seumur hidup sangatlah besar. Bahkan Damar yakin, jika Markus mengajukan banding, nantinya banding itu tidak akan diterima oleh hakim.

Di bawah langit yang menguning, Tera akhirnya bisa bernapas sedikit lega. Dia masih di sekitar kantor pengadilan. Menunggu Pion yang sedang meminta air putih pada Damar.

"Eh," kaget Tera karena Pion menempelkan botol air mineral dingin ke pipinya, "iseng, deh," cicitnya.

"Sekarang masih dingin nggak?" tanya Pion setelah mengecup singkat pipi Tera yang sebelumnya ditempeli botol air mineral dingin.

Lengan Pion dipukul, Tera lalu menarik hidung cowok itu hingga memerah. "Tempat umum, Pion. Kamu, ish, nggak ada malunya!" kesalnya.

"Ngapain malu, nggak ada orang juga," jawab Pion enteng sambil celingukan.

Kepalanya ditangkup, Tera mengarahkannya ke sisi kiri. Ada CCTV terpasang di atas tiang panjang. "Itu apa!?"

"CCTV. terus?"

Tera merotasikan matanya, melepas tangkupan, bersedekap dada. Jika saja rasa malu dijual, Tera akan membelinya dan memberikannya pada Pion. Cowok itu benar-benar sudah kehilangan rasa malunya.

Dan lihatlah apa yang sedang Pion lakukan sekarang. Mengangkat tangan, melambai pada CCTV dengan senyum mengembang. Mungkin penjaga CCTV akan mengira bahwa Tera sedang diganggu orang gila.

"Udah, Pion. Malu!!" kesal Tera menarik tangan cowok itu untuk turun.

"Aku lagi nyapa penjaga CCTV. Dikit lagi, mereka pasti lagi ketawa sekarang."

Niat Pion ingin membuat Tera tertawa namun yang didapat hanyalah sebuah rasa malu. Begitu malunya Tera, sampai ia akhirnya berbalik badan, menutup wajahnya dengan satu tangan.

"Abang agi apain?" tanya Bintang menunjuk Pion.

Bukan Bintang yang menghampiri mereka berdua, tapi Tera yang berlari menghampiri Bintang. Meninggalkan Pion sendirian.

"Untung ada, Bintang dateng. Kak Tera malu banget soalnya Abang tiba-tiba jadi aneh," ujar Tera merajuk pada Bintang.

"Iih iya, Abang kaya olang gila. Ulan takut, Unda," rengek Bulan bersembunyi di belakang Pelita.

PIONTERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang