13. Penyatuan

4.3K 276 57
                                    

Aku kehilangan separuh duniaku disaat aku ingin membangunnya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kehilangan separuh duniaku disaat aku ingin membangunnya kembali.
*
*
Lentera Genni

Tera menggeleng cepat, menahan Damar yang ingin menyapanya. Ya, pria itu yang bertamu dirumahnya sepagi ini bersama satu pria lain.

Damar berkerut dahi. Kenapa Tera bersikap seperti itu, seolah tidak mengenalnya. Namun demi kebaikan dan instingnya sebagai seorang polisi, Damar mengikuti apa kemauan Tera.

"Eh, Tera. Kamu mau berangkat sekolah, Nak." Sani, menyapa Tera dengan senyum merekah. Dia beranjak dari sofa lalu menuntun Tera untuk ikut bergabung.

Dalam hati Tera tertawa mengejek Sani dan Bara. Mereka bersikap sebaik ini tidak mungkin kalau bukan karena rekaman yang ia bilang semalam.

"Ini anak kedua kamu, Bar? Wah, sudah besar sekali. Dulu saya lihatnya masih sangat kecil," ujar tamu Bara yang Tera tidak kenal siapa dia.

"Eh-iya. Tera, kenalin. Ini Om Markus, dia teman lama Papah. Kamu mungkin tidak ingat kalau Om Markus sering ke rumah, dulu."

"Oh, ya. Om Markus juga yang punya sekolah DHARMA RAYA, tempat kamu sekolah, Nak," imbuh Sani.

"Oh, jadi Tera sekolah di sana. Saya pikir dia satu sekolah dengan Air dan Zero."

Bara panik, dia harus mengatakan alasan apa. Dia tidak bisa berpikir apapun apalagi melihat wajah Tera yang seperti sedang mengejeknya. Tangannya meremas, menahan amarah yang sangat ingin dia keluarkan.

"Itu karena Tera sendiri mau sekolah di sana. Katanya biar satu sekolah sama sahabatnya," sela Sani.

"Oh, seperti itu," jawab Markus manggut-manggut.

"Saya kira kamu hanya punya dua anak, Bar. Saya tidak pernah melihat dia." Sekarang giliran Damar yang memancing keringat dingin Bara keluar. Tangannya kembali meremas.

"Ah, Tera memang anaknya suka menyendiri. Dia kalau diajak ke mana-mana suka nggak mau," sela Sani lagi.

Damar tau, ada yang tidak beres di sini. Dari tadi, baik Bara ataupun Sani sama-sama gugup. Dan Tera yang lengannya masih dipeluk Sani juga sesekali menundukan kepala menahan tawa. Damar menyadarinya.

"Tera takut telat. Tera pamit dulu ya, Mah."

"Iya, Nak. Hati-hati ya."

Benar kan, gadis itu bahkan tidak menyapa Bara yang sedang membuang muka. Damar mulai memicingkan mata menyelidik raut wajah Bara dan Sani. Dia juga mulai melihat sekeliling rumah. Tidak ada foto Tera satupun yang terpajang di dinding. Damar merasa kalau ini aneh.

Hari ini Tera akan bolos, dia akan berjalan perlahan ke taman sebelum akhirnya memulai mencari pekerjaan. Tepian jalan besar sudah ramai akan kendaraan. Angkot yang biasa ia naiki sempat memberinya klakson untuk segera naik. Namun Tera menolak, dia ingin berjalan kaki saja katanya.

PIONTERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang