11. Terowongan Silaturahmi

3.5K 326 39
                                    

Jalan kita ada, namun tidak sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalan kita ada, namun tidak sama. Kamu berjalan di jalanmu, dan aku berjalan di jalanku.
*
*
Lentera Genni

***

Motor terus melaju tanpa Tera tau akan ke mana. Dia sudah bertanya beberapa kali tapi Pion terus menjawab nanti dia juga akan tau. Waktu menunjukan pukul tiga. Jalanan Jakarta seperti biasa penuh dengan kendaraan. Dan sebentar lagi akan semakin ramai bersamaan dengan selesainya jam pulang kantor.

Jalanan yang mereka lewati terasa tidak asing. Tera tau kalau jalanan ini menuju Masjid Istiqlal. Benar saja, Pion mengarahkan motornya ke halaman masjid terbesar se-Asia Tenggara itu.

"Tera, turun."

"Pion, ngapain ke sini. Emang gue boleh ke sini?"

"Boleh, Tera."

"Tapi pakaian gue. Gue pakai rok pendek, Pion. Nggak sopan."

"Lo tenang aja, kita nggak akan masuk ke dalam masjid. Gue mau ajak lo ke Terowongan Silaturahmi. Lo tau kan?"

Tera mengangguk. "Iya, tau. Gue pernah masuk ke sana tapi bukan lewat sini. Gue lewat Katredal."

"Sama aja. Turun ya. Kita di sini nggak lama kok."

Tera mengangguk. Tangannya digandeng menuju pintu masuk terowongan yang berada di lantai satu. Terhubung dengan basement parkir mobil.

Hawa di dalam terowongan itu begitu sejuk. Berlantai marmer dengan tinggi tiga meter dan lebar empat meter lebih. Tera sejujurnya bingung kenapa Pion membawanya ke sana. Dia pikir Pion akan membawanya ke taman hiburan atau mall untuk menonton. Nyatanya dia membawanya ke sini. Pion memang tidak bisa ditebak.

"Kita ngapain di sini?" tanya Tera, "oh, gue tau, lo mau memperjelas perbedaan kita?" imbuhnya

Pion menggeleng. "Nggak. Gue mau mengenang sesuatu."

"Mengenang apaan?"

"Sesuatu yang bikin hati gue cenat-cenut."

"Apasih, gak jelas banget lo!"

Tera meninggalkan Pion berjalan lebih dulu sambil meneliti marmer mengkilap yang menghiasi dinding-dinding terowongan. Tidak terlalu banyak orang di sana. Mungkin karena ini hari biasa bukan hari libur.

Pion mengeluarkan ponselnya. Memotret Tera secara diam-diam.

"Tera," panggilnya. Saat Tera menoleh, Pion buru-buru menekan tombol bulat memotret Tera kembali.

"Lo foto gue ya? Ishh, bilang kek. Jelek nggak?" Tera berlari kecil ingin segera merampas ponsel Pion.

"Lo nggak pernah jelek. Semuanya cantik kok," jawab Pion mengamankan ponsel miliknya.

PIONTERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang