Hallo, Venus!
Ini aku, satelitmu.
I would like to dedicate this one for you, I want to say thank you.
Terima kasih sudah berhasil menata hidupku sehari-hari menjadi lebih tertata rapi. Walaupun hanya 75%, tapi kamu berhasil. I appreciated that!
Terima kasih juga sudah mengenalkan rasanya dijatuhkan dari ketinggian lapisan Stratosfer bumi. Kamu berhasil buatku kuat layaknya lapisan Mesosfer yang menahan jatuhnya meteor. Maaf, aku tidak bisa sesabar ibuku. Padahal, kalau di lihat perjuangan ibuku, jelas-jelas perjuangan ibuku lebih panas daripada matahari.
Sejauh ini, aku sudah berjuang untukmu, bukan begitu? Ya, walaupun keberadaanku hanya seperti planet Pluto. Ada, tapi tak dianggap.
Kalau Pluto baca ini juga,
Hai Pluto! Kita senasib.
Venus?
Maaf aku haarus pergi. Semoga Tuhan kedepannya menciptakan aku untukmu ya.
Karena faktanya, Venus tidak seharusnya mempunyai satelit.
-cnrs, 26.02.17 21:21 WIB
------------------------------------
Nah, ini the end of my 2016's stories with Jumatika or we as known as Mas. Si venus ini sama aja dengan Jumatika/Mas. Sebetulnya banyak tulisanku tentang geografi gini, tapi kehapus dan hanya tersisa satu ini, huhu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Notes of an Overthinker
PoetryBukan apa-apa, isinya hanya catatan seorang perempuan yang terlalu banyak berpikir.