Amarah Galang semakin menjadi ketika dia sangat menyadari jika dua hari telah berlalu semenjak seseorang yang sangat dibencinya menghubunginya dengan ancaman. Sedangkan dia tidak bisa berbuat apa–apa karena kehilangan kontak dengan Maddy.
Galang sudah berjam–jam berjalan mondar–mandir di ruang tamu, walaupun terkadang dia duduk sebentar untuk 5-10 menit.
"SERGIE!!!!" teriak Galang panik.
Seorang pria paruh baya menghampiri Galang yang sedang duduk di salah satu sofa di ruang tamu rumah milik Ayah Galang, "Ya..aa tuan muda."
"Bagaimana bisa kau temukan petunjuk letak beradanya Crazing?? Aku sudah tidak tahan meratakan wajahnya!!" ungkap Galang kesal.
Sergie yang sudah beberapa hari ini menjadi bulan-bulanan kekesalan Galang mencoba memberikan pendapat dan sarannya kepada tuan muda yang sangat dia hormati tersebut, "Tuan, sebaiknya tuan menahan emosi tuan dulu. Kita tidak tahu sejauh apa perbuatan Crazing terhadap kita. Terkadang gertakan hanya sebuah kebohongan. Dia hanya menguras pikiran tuan saja."
Galang yang sudah merasa lelah untuk terus-menerus marah perlahan baru bisa menerima tanggapan Sergie tadi. Tanggapan itu menurutnya tidak salah, tetapi rasa cemasnya yang berlebihan dan kenyataan apa yang sebenarnya terjadilah yang membuatnya semakin cemas.
Apalagi Galang sudah menceritakan apa yang menjadi keluh kesahnya kepada Sergie yang sudah dia percaya selama ini. Berharap hal itu bisa jadi petunjuk. "Lalu, jika dia melakukan kebohongan, apa yang menjadi kebenarannya?"
Sergie mencoba menjelaskan, "Menurut saya, orang seperti Crazing tidak akan melakukan jenis kejahatan yang sama untuk kedua kalinya. Dia sangat suka menarik perhatian tuan, bukan? Sejak dari kejadian yang dialami saudari tuan, dia sering sekali mengganggu rumah dan kantor tuan dengan berbagai cara."
"Lalu maksudmu apa? Aku tidak tahu apa perkataanmu yang terlalu terbelit–belit atau otakku yang sedang mengkerut sehingga aku tidak mengerti juga maksudmu," kata Galang sambil menggaruk–garuk kepalanya dengan keras.
"Maksudku, kali ini dia tidak mencoba mengambil keuntungan fisik dari apa yang tuan punya, tetapi psikis tuan. Dari apa yang saya analisis, dia sepertinya berencana membuat tuan kehilangan 'kesadaran' tuan," jelas Sergie lagi.
Galang mengerutkan dahinya, "Gila seperti diaa??"
"Bukan gila, tetapi stress. Ini lebih berbahaya karena stress dirasakan secara sadar, sementara kegilaan tidak."
Galang mengingat kembali percakapan terakhir di telepon sebelum Crazing menggertaknya. Ya, Galang sangat stress ketika Crazing mengungkit penderitaan adik perempuannya.
Kali ini argument Sergie benar.
Galang mencoba menebak maksud Sergie dengan intuisinya, "Jadi, maksudmu dia sedang berusaha menyakiti perasaan Maddy, sama seperti yang dia lakukan padaku belakangan ini?"
"Ya, tuan."
Galang mengernyitkan salah satu alisnya menandakan rasa penasaran yang menumpuk di pikirannya, "Dengan cara apa???"
^
Maddy sampai di rumah larut malam, nyaris tengah malam. Setelah mendapat jasa travel yang cukup kilat mengantarnya ke bandara dan membeli tiket keberangkatan tercepat dari Lombok. Untung saja, lalu lintas dari Bandara Soekarno-Hatta ke rumahnya tidak sepadat jam pulang kerja.
Maddy masuk ke kamarnya sambil mengangkat kopernya agar tidak menimbulkan suara. Jika dia berisik, dia bisa membangunkan kedua orang tuanya yang pastinya sudah terlelap semalam ini. Jika mereka terbangun, mereka pasti akan cemas memikirkan alasan kenapa Maddy kembali dari liburan yang sudah sejak lama didamba-dambakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Underneath Expectation, Above Dreams: Maddy
RomanceMaddy hanyalah seorang karyawan kantor biasa sampai suatu ketika dirinya menjadi buah bibir orang-orang di kantor yang resah karena junk mails pria-pria genit yang ingin melamar Maddy masuk ke inbox setiap komputer di kantornya. Pak Aris, bos Maddy...