Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, Kiara dengan bajunya yang rapih masuk ke dalam ruangan pribadi Jendral.
"Silahkan Bu Kiara," kata sang asisten mempersilakan dengan hormat.
"Terimakasih," balas Kiara ramah.
"Hai, Ra!" sapa Jendral sambil tersenyum, Kiara melambaikan tangannya sebagai balasan.
"Masih ada kerjaan ya?" tanya Kiara sembari meletakkan tasnya di sofa.
"Iya nih, maaf ya. Tapi sebentar lagi selesai kok." Jendral optimis. "Kamu mau minun apa, Ra?"
"Enggak usah, nanti aja," tolak Kiara.
"10 menit ya, Ra."
Kiara mengangguk, ia duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Sebenernya ia agak bosan di sini, lagipula katanya Jendral merindukannya, tapi saat mereka bertemu lelaki itu malah fokus dengan pekerjaannya.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi Pak, Bu. Ini ada permintaan dari rekan kerja kita Pak, mereka minta secepatnya diselesaikan."
"Terimakasih ya."
"Sama-sama, Pak." Asisten itu meletakkan beberapa berkas di meja kerja Jendral. "Permisi Pak, Bu," pamitnya keluar ruangan.
Jendral membuang napasnya kasar, padahal pekerjaan untuk hari ini telah ia selesaikan, tetapi ia malah mendapatkan pekerjaan baru lagi. Ia menatap Kiara yang sedang menatapnya kecewa.
"Ra, maaf ya. Aku juga gak tau kalo rekan kerjaku minta mendadak begini," kata Jendral merasa bersalah.
Kiara meletakkan ponselnya di meja, ia berjalan menghampiri Jendral.
"It's okay, i'll wait," balas Kiara sambil tersenyum.
Jendral tersenyum, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya. Kiara menyilangkan kedua tangannya di depan dada, ia melihat-lihat sekitar ruangan Jendral, tetapi matanya tertuju dengan sebuah kantong plastik berisi sebuah makanan dengan merk ternama.
"Jen, aku ganggu gak?" tanya Kiara pada Jendral.
"Enggak, aku jelas seneng ada kamu di sini." Jawab Jendral tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer.
Tanpa sengaja, Kiara melihat sebuah obat maag di meja Jendral, kemudian ia mengambil kantong plastik itu.
"Belum makan ya?"
"Hehe... iya, Ra. Belum sempet, nanti aja sekalian." Jendral meremehkan.
"Makan, Jen..." peringat Kiara lembut.
Jendral menoleh. "Iyaaa, nanti yaa." Ia kembali fokus pada komputernya.
Kiara geram melihat tingkat Jendral, ia lantas membuka makanan itu, mengambil nasi dan daging lalu menyodorkannya ke depan muka Jendral.
"Makan atau gak jadi jalan."
Kini mata Jendral terfokus pada sendok dengan daging dan nasi yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.
"Aaa—" Kiara mengarahkan sendok itu ke depan mulut Jendral sambil bereskpresi seperti sedang menyuapi seorang anak kecil.
Jendral menatap sendok itu kemudian menatap Kiara, ia tertawa kecil. Kiara memang selalu menjadi penghiburnya di kala ia sibuk dengan kertas-kertas penting itu. Lantas Jendral membuka mulutnya lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody || JenRina
FanfictionKiara Binara si penyuka sesama jenis terpaksa harus move on dari sang kekasih kesayangannya. Tetapi siapa sangka bahwa di saat ia merasakan patah hati terbesarnya, ia malah bertemu seorang lelaki yang dengan tanpa izin mencampuri urusan hidupnya. I...