Seminggu kemudian, Kiara sengaja mengosongkan acaranya hari ini, sekarang ia sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor sang kekasih. Rencananya ia ingin memberi kejutan untuk Jendral yang pasti sedang disibukkan oleh banyaknya berkas-berkas penting.
Setelah menghabiskan beberapa menit di jalan, kini perempuan itu sudah sampai di depan kantor kekasihnya. Kedatangannya disambut hangat oleh para karyawan dan pekerja lainnya.
"Selamat pagi Bu Kiara," sapa sang asisten pribadi Jendral.
Kiara tersenyum ramah. "Pagi," sapanya balik.
"Maaf Ibu, sekadar informasi. Pak Jendral sedang kedatangan sahabatnya di ruangan kerjanya. Perlu saya antar, Bu?" Asisten itu menawarkan.
"Ah, saya bisa sendiri kok. Terimakasih ya," tolak Kiara, kemudian berjalan menuju ruang kerja Jendral.
Kiara jadi penasaran siapa sahabat Jendral, apakah orang itu adalah Rendi? Orang yang satu bulan lalu ia temui di pameran seni. Saat ia ingin masuk ke dalam ruangan itu, terdengar dua suara yang ia kenal.
Bukan, itu bukan suara Rendi.
Kebetulan pintu ruangan itu sedikit terbuka, dengan lancang Kiara mengintip ke dalam ruangan. Betapa terkejutnya ia saat melihat sahabat Jendral yang satu itu, tepat seperti dugaannya.
Itu adalah suara Narendra.
Awalnya Kiara tak ingin menguping, ia menghargai privasi kekasihnya. Namun, niatnya berubah saat namanya disebut. Tanpa seizin kedua lelaki itu, Kiara mendengar perbincangan mereka.
"Hahaha! Emang buaya kelas kakap deh lo! Gak salah gue percayain Kiara sama lo. Dasar penakluk hati wanita," ledek Narendra.
"Yoi. Keren, kan?" Jendral membanggakan dirinya.
Narendra mengangguk mengakui. "Padahal sebelumnya dia keliatan susah banget pisah sama calon istri gue, Jen."
"Lo kan sahabat gue, bro. Gue bakal ngelakuin apa aja lah buat lo, naklukin nenek-nenek juga bisa."
Hati Kiara tergores saat perkataan itu keluar dari mulut kekasihnya. Ia jelas sangat kecewa pada Jendral. Di saat ia sudah merasakan rasa cinta itu, mengapa Jendral menghianatinya? Jadi selama ini Jendral mendekatinya hanya untuk sahabatnya saja?
Tanpa sadar tangannya menyenggol pintu itu hingga terbuka.
Jendral dan Narendra terkejut saat melihat Kiara berada di balik pintu. Karena mereka berdua terlanjur mengetahui Kiara berada di sini, maka sekalian saja perempuan itu memberikan pelajaran kepada kedua lelaki bejat itu.
"R-ra hai! Udah dari tadi? Apa gimana?" tanya Jendral gerogi, ia berharap Kiara tak mendengar lelucon kasarnya tadi.
Kiara tak menjawab pertanyaan Jendral, dirinya terlanjur sakit hati oleh perkataan lelaki itu. Ia berjalan menuju kedua lelaki yang terlihat gelisah.
Plak! Plak!
Dengan tenaganya yang kuat, ia menampar kedua lelaki yang berada di depannya.
"Brengsek."
Kiara tampak penuh amarah dan kecewa sekarang.
"Ra, tunggu. Dengerin aku dulu, aku bisa jelasin semuanya Ra, tadi aku cuma bercanda—"
"Bercanda?" Kiara mengeraskan suaranya. "Hati orang lo jadiin candaan? Hebat lo."
Jendral menggenggam tangan Kiara. "Enggak, Ra... denger aku dulu."
Sungguh, Kiara ingin menghabisi Jendral sekarang juga, tetapi dirinya bahkan tak mampu mengarahkan tinjunya pada lelaki yang ia cintai itu. Ia melepas genggaman tangan Jendral paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody || JenRina
FanfictionKiara Binara si penyuka sesama jenis terpaksa harus move on dari sang kekasih kesayangannya. Tetapi siapa sangka bahwa di saat ia merasakan patah hati terbesarnya, ia malah bertemu seorang lelaki yang dengan tanpa izin mencampuri urusan hidupnya. I...