7-Heart Shaker

56 4 0
                                    

Arga memperhatikan Lika yang sedang bersiap memotretnya. Rambut Lika telah dipotong sebahu. Arga lebih suka gadis berambut panjang namun Lika dengan gaya rambut baru pun tetap menarik di matanya. "Sudah, siap Pak" tanya Lika, Arga memberi isyarat dengan mengangkat jempol.

Beberapa detik Lika terdiam, ia tak segera memberi aba-aba kepada Arga. "Hari ini banyak pria pakai batik tapi kenapa Pak Arga kelihatan jadi yang paling keren dari mereka semua? Apa efek kemeja yang dipakai bagus banget ya?" pikir Lika.

"Lika, kok kamu nggak ngasih aba-aba?"

"Oh iya, 1...2...3"

Beberapa foto pun berhasil diambil, "Yang diendors kemeja itu ya, Pak?" tanya Lika karena penasaran.

"Nggak, foto buat ootd ada," jawab Arga. Sebenarnya ia hanya beralasan agar bisa bertemu dengan gadis itu.

"Ooh."

Arga mengambil sebuah tote bag lalu memberikan kepada Lika, Lika ragu-ragu menerimanya. "Teman saya baru buka usaha barang-barang bermotif batik gitu, saya dikasih cukup banyak jadi ingin berbagi ke kamu," jelas Arga.

"Wah, bagus banget! Makasih banyak, Pak!"

"Kemeja yang saya pakai ini, juga dari teman saya itu."

Setelah pamit Lika pun keluar dari ruangan Arga. Arga teringat percakapannya dengan Lika beberapa waktu yang lalu. Love language adalah salah satu topik pembicaraan mereka.

"Kamu udah tau apa belum love language-mu apa?" tanya Arga.

"Receiving money."

Arga tertawa singkat, tentu Lika hanya bercanda, "Saya nanya serius loh."

"Dominan receiving gift, tapi memang lebih suka kalo dikasih duit sih. Kalau Pak Arga?"

"Quality time."

"Wah, berarti Pak Arga pasti di tengah-tengah kesibukan tetap menyempatkan waktu untuk quality time bersama orang tersayang."

"Pasti dong."

Lika bukan lagi orang asing bagi Arga karena Arga sudah memasukannya ke dalam daftar orang-orang yang ia ingin ajak menghabiskan waktu bersama. Aga kembali duduk ke kursinya untuk melanjutkan pekerjaannya namun sebelum itu ia melirik ke foto Camelia yang baru ia sadar sudah lama tak ia sentuh. Arga baru menyadari suatu hal lain tapi ia menepis dulu pikiran itu karena ingin fokus dulu dengan pekerjaannya.

-

Lika memasuki kafe tempat ia akan menemui Arga. Tanga kananya membawa buku yang akan ia kembalikan kepada Arga sedangkan tangan kirinya menenteng paper bag berisi dua kotak nastar. Sudah sejak lama Lika ingin memberi sesuatu kepada Arga namun mau memberi apa. Ia kahirnya tahu Arga sangat menyukai nastar maka ia akan memberikan nastas yang ia masak sendiri. "Semoga Pak Arga suka," batin Lika.

Ia merasa sudah datang 10 menit lebih awal namun Arga sudah lebih dulu sampai. "Sudah lama menunggu ya, Pak?" tanya sambil menaruh barang-barang bawannya.

"Nggak kok, barusan juga."

"Saya hari ini bikin kue nastar lalu saya ingat kalau Pak Arga suka kue ini," kata Lika sambil malu-malu menyerahkan paper bag berisi nastar. "Oh ya, ini juga buku yang waktu itu saya pinjam sudah selesai saya baca," Lika juga menyerahkan buku itu.

Arga mengambil satu kota nastar dari paper bag, "Kelihatannya enak, boleh saya coba sekarang?"

"Silahkan, Pak."

Awalnya ia mengambil satu lalu mengunyah tanpa berkomentar. Lika sedikit cemas melihat Arga tidak berkomentar tapi ia melihat mata Arga tampak berbinar. Arga mengambil lagi dua lalu tiga. Lika tak sabar ingin mendengar komentar Arga karena ia tak bisa jika hanya menerka-nerka saja. "Gimana? Enak nggak, Pak?"

ExceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang