12-Bertahan atau Berhenti (2)

55 5 0
                                    

Sejak kecil Nanik dan Endah sangat jarang bertengkar. Entah kapan terakhir kali mereka bertengkar sampai malam ini tiba. Endah menceritkan kabar yang ia dapat dari tetangganya bahwa Lika digosipkan menjadi simpanan om-om. Endah bercerita di rumah Nanik dengan amarah yang tidak bisa ditutupi, ia sangat kecewa kepada anaknya itu. Ia sudah coba menghubungi Lika namun ponsel gadis itu tidak aktif.

"Sebentar, kamu jangan buru-buru bilang yang nggak-nggak tentang anakmu sendiri," Nanik menahan Endah untuk tidak terus-menerus berpikir negatif.

"Yang nggak-nggak gimana sih, Mbak? Ini semua buktinya sudah jelas karena udah ada fotonya juga."

"Menurut ku ya, foto-foto itu biasa aja. Mereka kayak teman dekat aja yang menghabiskan waktu bersama. Apa kamu punya bukti foto yang lebih kuat kayak pas mereka di hotel atau bermesraan? Nggak, kan?"

"Tapi Mbak, gimana bisa Lika bisa jadi teman dekat bos Nesiafood? Masa dia nggak mau ambil keuntungan apa-apa dari Lika?"

"Kowe iki ibuk model opo se? Kok isone kowe mikir koyok ngono marang anakmu dewe. Kowe gak percaya lek anakmu iki bocah apik? Aku ae sing budhene percoyo de'e gak bakal koyok ngono. Lika gak atene aneh-aneh masio adoh teko omah," Nanik tak peduli perkatannya akan menyakiti hati Endah. Ia hanya ingin memperbaiki pemikiran Endah karena ia perihatin dengan Lika jika tidak ada yang percaya kepadanya termasuk ibunya sendiri.

(Kamu ini ibu macam apa sih?" Kok bisa-bisanya kamu mikir seperti itu kepada anakmu sendiri. Kamu nggak percaya kalau anakmu itu anak baik? Aku saja yang tantenya percaya dia nggak akan seperti itu. Lika nggak akan aneh-aneh meskipun jauh dari rumah)

Endah terdiam, ia mencerna baik-baik perkataan Nanik. Ia rasa Nanik memang benar dan ia yang salah. "Bisa aja ponselnya sedang bermasalah atau dia mau menenangkan diri dulu. Tunggu saja sampai dia bisa dihubungi dan dengar baik-baik penjelasannya," saran Nanik.

Lika melakukan saran Ayu. Dia bersikap seperti biasa seolah tidak mengetahui apa pun. Situasi hari ini tidak jauh berbeda dari kemarin. "Apa Pak Arga juga bahan pembicaraan atau semua cuma berfokus ke aku?" pikir Lika. Ia tidak melihat Arga sama sekali, ia rasa pria itu sengaja menjauh darinya agar tidak membuat gossip itu semakin panas. Lagi pula, Lika juga sedang tidak ingin bertemu pria itu.

Lika menuju toilet, beruntung toilet sedang sepi sehingga ia tidak perlu merasa canggung ketika ada beberapa wanita yang menatap aneh ke arahnya. Ia masuk ke salah satu bilik dan menumpahkan air mata di sana. Nyatanya, melakukan saran dari Ayu sangat sulit. Ia merasa menjadi orang paling hina saat di tatap oleh orang-orang di kantor. Semua foto dan berita bohong memang sudah dihapus namun tak serta-merta menghapus pandangan buruk orang-orang tentang Lika.

"Seandainya aku nggak ketemu Pak Arga hari itu. Seandainya aku nggak kepedean menawarkan diri buat mengurus konten sosmed maka ini semua nggak akan terjadi," batin Lika. Ia menghapus air matanya lalu mengambil ponsel dari kantong celananya. Ia menyalakan kembali ponselnya, pesan paling atas dikirim oleh nomor tak dikenal. Nomor itu mengaku sebagai Novi, mama Arga, ia meminta Lika untuk menemuinya di sebuah restoran nanti lusa. Lika mengerutkan kening membaca pesan itu, ia ragu nomor itu dikirim oleh penipu maka dia menanyakan dulu keepada Frans.

Frans : Iya, itu nomor Bu Novi mamanya Pak Arga.

Frans : Tolong balas pesan Pak Arga ya supaya beliau tidak khawatir.

Frans juga diminta Arga untuk mengingatkan Lika agar membalas pesannya. Lika kira Frans akan lama merespon pesannya namun dugaannya salah. Setelah membaca pesan Frans, Lika baru sadar di antara banyaknya pesan dan panggilan tak terjawab ada Arga juga di sana.

Lika : Terima kasih informasinya. Saya rasa membuat Pak Arga tidak khawatir bukan lah kewajiban saya.

Frans hanya membaca pesan itu, ia bingung harus merespon bagaimana. Ia menepuk keningnya, "Ya kalo lo nggak balas, gue yang disuruh bolak-balik ruangan lo buat mastiin lo baik-baik aja apa nggak," batin Frans. Sebelumnya Arga sangat jarang meminta Frans untuk terlibat dalam masalah pribadinya. Sejujurnya ia lelah harus terlibat dalam urusan asmara bosnya itu, tapi ia tahu bayaran mahalnya juga termasuk untuk hal seperti ini.

ExceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang