19-Pesta Pernikahan

144 1 0
                                    

LIKA SANTIKA, AYO NIKAH! AKU MAKSA!

"Maksudnya?" Lika menunjukan layar ponsel yang menampilkan foto Arga sambil memegang kertas bertuliskan kalimat bernada nge-gas itu. Lika sebenarnya paham tapi ia tak mau terlalu percaya diri dulu. Ia tahu Arga sering iseng, ia tak mau kena prank lagi.

Arga mengeluarkan kotak kecil yang berisi cincin indah. "Meskipun kata-katanya agak ngegas dan maksa tapi sejujurnya aku ingin menyatakan dengan tulus niatku membawa mu ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Lika, mau kah namamu dan namaku tertulis di kartu keluarga yang sama?"

Lika tersenyum, ia tak paham pasti apakah ini senyum bahagia sekaligus terharu karena ia dilamar kekasihnya atau senyum geli mengetahui bahwa Arga melamarnya dengan cara yang agak lain. "Aku mau dengan senang hati, tanpa paksaan dan intervensi dari pihak mana pun," jawab Lika dengan nada yakin dan senyum bahagia.

Setelah memasang cincin di jari masing-masing, para pelanggan restoran yang datang mulai membuka masker mereka. Lika terkejut melihat ada keluarganya dan keluarga Arga di sana, ada juga beberapa teman terdekat mereka. "Kok bisa sih mereka semua ada di sini?"

"Ada deh, namanya juga kejutan. Gimana? Kamu senang nggak?"

"Senang lah, meskipun awalnya agak kesal dikit."

"Akhirnya usahaku jadi ketua panitia nggak sia-sia," ucap Raynar sembari menggandeng Erlina menghampiri Arga dan Lika. Orang-orang yang ada di sana pun bergantian mengucapkan selamat kepada sepasang kekasih yang tengah berbahagia itu.

Lika memeluk Endah dan Ranti bergantian, dua orang yang paling ia rindukan karena berbulan-bulan tak berjumpa. "Katanya nggak bisa ke sini," kata Lika.

"Kalo nggak gitu nggak surprise dong," jawab Ranti.

Sisa acara dihabiskan dengan makan malam serta perbincangan ringan yang diiringi tawa. "Saya bersyukur Arga bisa mendapatkan gadis sebaik dan setangguh Lika," kata Novi di akhir pembicaraannya dengan Endah. Ini adalah kali kedua pertemuan mereka, sebelumnya Novi dan Markus serta Arga pernah bertemu untuk membahas acara lamaran malam ini. Arga sendiri sudah pernah mengunjungi keluarga Lika.

-

Lika gugup ketika menginjakkan kaki ke ballroom hotel mewah dengan dekorasi elegan untuk pesta pernikahan. Padahal bukan dia yang menikah, tapi ia malah ikut deg-degan. Seolah mengetahui kegugupan wanita tercintanya, Arga mengusap lembut jemari lika yang tertaur di lengan pria itu. Lika menatap Arga, pria itu membalas dengan senyuman hangat. "Kita ke sana dulu yuk," ajak Arga untuk menyapa beberapa orang yang ia kenal.

Sepanjang mata Lika memandang ia tak jarang mendapati tokoh-tokoh penting negara seperti menteri, anggota DPR, jurnalis terkenal, serta para artis dan pengusaha kelas atas. Bahkan Lika mendengar bahwa yang menjadi saksi untuk akad nikah mempelai adalah presiden dan wakil presiden. Maklum sang empunya pesta adalah pengusaha sukses yang bidang usahanya meliputi media, retail, perbankan, dan masih banyak lagi. Beliau juga pernah menjadi menteri beberapa tahun yang lalu sebelum pergantian periode jabatan presiden saat ini.

"Selamat ya, semoga langgeng dan bahagia selalu," ucap Arga kepada sejoli yang kini telah resmi menjadi suami istri itu. Lika menjabat tangan wanita cantik nan anggun dihadapannya, ia tak menyangka sosok yang dulu hanya ia lihat di layar kaca sekarang bisa berinteraksi dengannya. "Amin, terima kasih sudah datang," balas mempelai wanita, "kalian cepat nyusul ya," tambah mempelai pria sambal menepuk pelan lengan Arga. Lika dan Arga hanya tertawa menanggapi perkataan mereka.

Profesi Lika sebagai konsultan pajak memungkinkan ia untuk berinteraksi dengan banyak petinggi perusahaan, tentu bukan hal yang sulit bagi dia untuk basa-basi bahkan berdiskusi seputar bisnis, ia juga memiliki pengetahuan cukup baik terkait ekonomi dan politik. Sejauh ini Lika tak ada masalah ketika berbasa-basi dengan para pebisnis kenalan Arga, tetapi untuk berbasa-basi dengan orang nomor satu di Indonesia, bagi dia "nggak dulu" karena belum mendekat pun sudah super canggung dan gugup. Ia malah tiba-tiba izin ke toilet saat Arga ingin berbincang sejenak dengan kepala pemerintahan itu.

"Gimana tadi?" tanya Lika yang kini sudah duduk di sebelah Arga.

"Rahasia deh, salah sendiri tiba-tiba kabur."

"Aku memang beneran mau ke toilet kok."

Arga ingin menjawab tapi perhatian pria itu teralih kepada sepasangan suami istri yang berjalan ke arah mereka. "Halo, Mbak Naya, Pak Amir," sapa Arga sambil berdiri lalu menjabat tangan mereka. Lika mengikuti yang dilakukan Arga. Lika menyimpan kegirangan dalam hati saat ia bisa bertatap muka langsung dengan Naya, jurnalis populer dan kritis, yang telah ia kagumi sejak remaja.

"Kamu calon istrinya Arga ya?" tanya Naya dengan nada ramah, Lika menjawab dengan anggukan dan senyuman saking gugup dan senangnya. "Wah, cantik sekali," puji Naya dengan tulus.

Perlahan setelah berbincang agak lama, kegugupan Lika mulai luntur ia bahkan bisa tertawa tanpa rasa canggung namun tetap sopan bersama Naya. Lika tak menyangka ia bisa cukup nyambung dengan Naya, Lika semakin kagum dengan wanita itu karena friendly dan memiliki kemampuan yang bagus untuk menyesuaikan komunikasi dengan lawan bicara. Kesan positif pun juga didapati Naya terhadap Lika, Lika bukan hanya gadis cantik yang beruntung bisa bersanding dengan Arga. Lika adalah gadis cerdas dengan kepribadian baik. Wanita yang akrab dipanggil "Mbak Naya" itu menilai keluarga Arga tidak salah dalam memilih menantu.

-TAMAT-

Siapa yang kegocek ngira bab ini pesta kawinannya Arga dan Lika?

Sebenarnya ini memang udah bab terakhir, kurang epilog aja nanti ku tambahkan kalo udah niat.

ExceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang