Il Pleut Devant Le Ćafe [1/4]

584 39 31
                                    

Aku tidak tahu jelas, sudah yang keberapa kali aku ke sini di minggu ini. Yang jelas, bagiku kafe ini nyaman dan menyimpan sebuah misteri di mana diriku sendiri yang memaksakan hati untuk terus menggali informasi pribadi milik orang lain.

Dan aku ke sini lagi, tepat saat hujan mengguyur seluruh kota, sekaligus saat di mana aku mulai menilik kisah seseorang yang telah menarik perhatianku sejak kali pertama aku menemukan sesuatu yang menarik dari sebuah kisah cinta milik seseorang.

.
.
.

BoruSara Fanfiction

.

Il Pleut Devant Le Café
|
Hujan Di Luar Kafe

.
.
.

Happy Reading!

~o0O0o~

"Tolong satu potong Lemon Cake Honey dan secangkir Caramel Macchiato."

"Baik, mohon ditunggu."

Pelayan pergi setelah mencatat pesananku. Dan aku kembali fokus pada kaca besar sembari memperhatikan orang-orang berlalu-lalang dengan tergesa-gesa sebab hujan mulai turun perlahan membasahi bumi.

Aku kembali melamun dan berhenti pada seorang pria tua yang sedikit kesulitan berjalan. Beberapa orang membantunya dan beliau akhirnya bisa meneduh sementara dengan aman setelah dibawa ke sebuah toko kecil dengan teras lumayan untuk segera beristirahat menunggu hujan reda.

Aku kembali lagi pada duniaku, melamun memikirkan apa pun yang-entahlah-aku juga tidak tahu. Hingga suara dentingan ponsel pintar dalam tas selempang kecil milikku berbunyi beberapa kali.

Aku enggan untuk mengambilnya dan segera membuka notifikasi pesan barusan, sampai dentingannya kembali mengudara berkali-kali hingga aku kesal dan berakhir terpaksa membukanya dengan setengah hati.

Layar ponselku menyala, menampilkan wallpaper fotoku bersama kekasih-ah, maksudku mantan kekasihku dan beberapa notif pesan darinya yang membuatku langsung kehilangan selera makan, bahkan sebelum makanan dihidangkan.

Tanpa berniat membuka pesan darinya, aku langsung mematikan daya ponselku agar aku dapat menikmati ketenangan di kafe ini tanpa adanya gangguan dari siapa pun. Termasuk mantanku yang baru dua hari lalu mendeklarasikan kata putus padaku dengan alasan ia sudah bosan dengan hubungan kami yang begitu-begitu saja.

Tentu saja aku menolak, namun tatkala kusadari kalau ada gadis lain di balik alasan murahan dan tak masuk akalnya itu, aku akhirnya setuju dan kami putus. Mitsuki-mantanku itu ternyata selingkuh di belakangku sejak dua bulan lalu, dan aku merasa sakit jika memikirkan hal itu.

Makanya, setelah kejadian dua hari lalu, aku menutup diri darinya namun tak ingin benar-benar putus kontak karena aku bukan seorang yang akan menjadikan mantan sebagai musuh. Aku tetap memiliki prinsip untuk menjaga relasi dan silaturahmi.

Pelayan datang saat aku sibuk melamun dan aku langsung berterima kasih padanya dengan memberikan senyuman terbaikku hari ini karena ia satu-satunya yang ramah padaku sejak aku putus dari mantanku. Ya ... kendati pemikiranku itu bodoh karena pelayan itu memang pasti akan selalu ramah pada siapa pun demi pekerjaannya. Namun tak apa, karena aku butuh senyuman dari seseorang.

COLORS ~Kumpulan Cerpen BoruSara~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang