I'm Here || Pasrah

662 123 8
                                    

Prang!

Gelas yang tadinya berisi kopi panas kini terjatuh dan menumpahkan isinya ke lantai.

Setetes air kopi menetes ke sebuah kertas putih berkas penting milik kepala keluarga Ok.

"SIALAN!"

Plak!

Tamparan keras diterima oleh gadis yang telah berbaik hati membawakan kopi tersebut.

"DASAR ANAK SIALAN! MENGAPA KAU SELALU SAJA MERUSUH HAH!" Bentaknya yang membuat gadis yang sudah tersungkur itu menundukkan kepalanya dalam.

"KAU TAU INI BERKAS PENTING BODOH! MENGAPA KAU MENGOTORINYA!" Teriaknya dengan memberikan tendangan ke pinggang si gadis.

"BAHKAN BERKAS INI LEBIH PENTING DARIPADA DIRIMU YANG SAMPAH ITU! SADARLAH! KAU CACAT! KAU SELALU MENYUSAHKAN!

Bugh!

Bugh!

Ia kembali menendang si gadis yang sedang menahan rintihannya, tak berselang lama setelah tendangan itu mendarat di tubuhnya.

Kini ia merasakan panas di kulit kepalanya saat seseorang menjambak rambutnya dengan kasar.

"Seharusnya sedari dulu aku menuruti saja perkataan mertuaku untuk menggugurkanmu atau setidaknya membuangmu ke panti asuhan. Aku menyesal karena malah menuruti perkataan eommaku." Ucapnya tajam tanpa memikirkan perasaan Jisoo.

Rasanya pedih, tentu. Karena ternyata semenjak ia belum lahir pun keluarganya telah membenci dirinya.

"Anak tidak tau diri seperti dirimu seharusnya secepat mungkin lenyap dari muka bumi ini karena kehadiran kalian malah merusak kehidupan orang lain." Kini tarikan itu semakin kuat yang membuat Jisoo mau tak mau mendongakkan kepalanya agar rasa sakit tersebut dapat sedikit berkurang walaupun ternyata percuma saja.

Prang!

Sekali lagi bunyi pecahan kaca terdengar nyaring.

Bahkan Jiwon dan Gyuri yang sedari tadi memainkan ponsel mereka terkejut dengan tindakan ayahnya. Namun mereka kembali menetralkan eskspresi masing-masing.

Dapat dilihat dari sudut pandang keduanya bahwa pipi tirus yang tadinya berwarna putih itu, kini berubah warna menjadi merah kebiruan.

Lebam yang tampak juga tampak besar menandakan bahwa lemparan itu diterima dengan sang kuat.

Bahkan Jisoo harus menggigit bibir bawahnya agar tidak meringis ketika gelas itu mendarat di wajahnya.

Namun tanpa disadari, air mata yang sudah berusaha kuat ia tahan akhirnya menetes juga.

Taecyeon yang melihat itu bukannya merasakan penyesalan, melainkan amarahnya malah menjadi berkali-kali lipat naik. Ia sangat membenci orang lemah.

"JANG-AHJUSSI!" Teriak Taecyeon memanggil salah seorang pelayan pria, "Ambilkan pemukul kastiku sekarang!" Tekannya yang membuat Jisoo ketakutan.

"Mianhae, mianhae. Ku mohon maafkan aku tuan. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kumohon!" Pinta Jisoo penuh harap dengan menyatukan kedua telapak tangannya.

Bahkan ia tidak lagi memperdulikan tongkatnya yang sudah tergeletak cukup jauh dari posisinya saat ini.

Seolah tuli ketika melihat Ahjussi Jang membawa tongkat itu, ia segera menyambarnya dan mendaratkannya di tubuh kurus Jisoo.

Bugh!

"Akh!" erangnya tertahan di mulut karena takut membuat sang ayah bertambah marah.

I'm Here | JISOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang