Buku bekas yang masih memiliki sedikit halaman kosong itu sekarang sudah terisi dengan coretan-coretan hasil dari karya tangan seorang Ok Jisoo.
Gadis itu memang sangat menggemari seni, khususnya di bidang gambar-menggambar.
Dan karyanya pun sudah tidak perlu diragukan lagi, dengan tangan khas senimannya itu ia bisa menciptakan sebuah gambar yang tampak hidup.
Coretan itu kini samar-samar telah terlihat bentuknya, yaitu seorang gadis yang sedang duduk di sebuah taman dengan memandang ke arah langit yang terlihat begitu banyak bintang bertebaran.
Di sudut kanan bawah gambarannya tersebut ia menulis beberapa kata.
Na saranghaneun dongsaengi, Ok Jiwon.
Hanya dengan berbekal ingatan yang ia miliki dan juga sedikit tambahan imajinasi di pikrannya, ia membawa adiknya ke dalam bentuk gambar agar dapat puas ia pandangi di setiap saat ia merindukan adiknya.
Tidak hanya satu gambar itu saja yang Jisoo buat, ia sudah membuat cukup banyak gambar yang hasilnya ia kumpulkan di sebuah kotak bekas berukuran kecil.
Menurut dirinya, semua itu merupakan satu-satunya harta karun yang paling ia jaga.
Kruyuk!
Kruyuk!
Suara yang berasal dari perutnya itu membuat Jisoo tertawa kecil.
"Kau lapar ya?" Tanyanya pada diri sendiri, "Sabar ya! Untuk saat ini aku belum mempunyai uang, jadi aku akan mengisimu dengan air putih saja mengerti!" Itu merupakan cara tersendiri untuknya menghibur diri dari rasa lapar.
Ia berdiri dengan menggunakan kedua tongkatnya, membuka pintu lalu pergi menuju ke samping kamarnya untuk mencari air. Ia meneguk air tersebut dengan cepat, ia benar-benar kelaparan.
Setelah merasa puas, Jisoo pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
~ I M H E R E ~
"Unnieku tidak bisa mendengar. Saat kecil aku selalu mengatakan hal itu kepada semua orang yang ingin mendekatiku, semuanya tanpa terkecuali dan tanpa keraguan sedikit pun." Saat ini Bungsu Ok dan Bungsu Kim sedang berada di rooftop sekolah mengisi jam kosong atas ketidakhadiran guru yang mengajar.
"Tujuanku mengatakan itu bukan karena aku ingin menjatuhkannya ataupun menjelekkannya, aku hanya ingin memberitahu bahwa unnieku spesial."
"Lalu di satu waktu aku mendapatkan bully-an dari teman-temanku karena memiliki unnie sepertinya. Mereka menjauhiku sehingga aku tidak memiliki seorang pun teman, mereka mengataiku dengan kata-kata kasar, bahkan tak segan mereka juga sesekali bermain fisik yang membuatku menjadi tidak menyukai unnieku sendiri."
"Aku menjauh darinya dengan tanpa memberikan alasan, mengabaikannya saat ia memanggilku, bahkan perasaan benci perlahan tumbuh di benakku."
"Bahkan tak jarang eomma dan appa juga memarahiku membuat rasa marahku padanya semakin besar. Hingga suatu hari ia berniat menghabisi nyawanya sendiri dengan cara menyayat nadinya dan juga meminum obat tidur dalam jumlah yang banyak." Lanjut Hayoung dengan pandangan kosong mengarah ke depan.
Sebagai sahabat yang sudah cukup lama menjalin hubungan erat, Gyuri pun turut merasakan apa yang dirasakan oleh Hayoung.
Bahkan, tiba-tiba saja pikirannya itu mengarah kepada Jisoo. Namun dengan cepat dia menghilangkan pikirannya tersebut.
"Aku menyesal, sungguh." Ujar Hayoung dengan pilu, bahkan tanpa sadar air mata menetes membasahi pipi mulusnya dan itu semua tidak lepas dari pandangan Gyuri.
Ia dapat melihat sebesar apa penyesalan dalam diri Hayoung walaupun hanya dengan melihat melalui matanya saja.
"Sejak saat itulah aku berjanji untuk tidak akan pernah malu memiliki saudari seperti dirinya. Aku juga berjanji pada diriku sendiri untuk selalu bersamanya kapanpun dan apapun yang terjadi." Hayoung memandang ke arah langit dengan senyum yang cerah setelah memantapkan janjinya.
~ I M H E R E ~
Di siang hari yang terik ini, Jisoo masih melanjutkan pekerjaannya membagikan selebaran kepada para pejalan kaki.
Setelah beberapa menit kemudian, barulah ia mendapatkan waktu istirahat bertepatan dengan waktu makan siang.
Namun karena tidak memiliki uang yang cukup, Jisoo hanya dapat mengisi perutnya dengan air layak minum yang disediakan tepat di sekitar pinggiran taman tidak jauh dari tempatnya bekerja.
"Annyeonghaseyo!" sapa seorang gadis kecil berkuncir kuda yang menghampiri dirinya.
"Nan ileumeun Ryujin-ieyo. Bangapseumnida." Jelasnya dengan berusaha memperjelas huruf 'R' pada namanya.
"Annyeong gadis cantik. Namamu sangat bagus, perkenalkan nama unnie Jisoo. Kau bisa memanggilku dengan Jisoo unnie." Balas Jisoo dengan bersusah payah mensejajarkan posisi tubuhnya dengan tinggi badan gadis kecil tersebut.
"Wah, unnie sangat cantik. Bagaimana bisa?" Ujar gadis kecil yang memperkenalkan dirinya sebagai Ryujin itu dengan polos.
"Ryujin jauh lebih cantik." Jisoo mengusap gemas surai indah milik Ryujin. "Kau sendirian disini? Dimana orangtuamu sayang?" Pertanyaan dari Jisoo tersebut seakan menyadarkan Ryujin.
Dengan segera ia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu.
Bahkan dengan hitungan detik mata gadis kecil itu sudah berubah merah dan air mata deras membanjiri pipi chubby-nya.
"Aku sendilian. Dimana unnieku? Jisoo unnie, kau melihat unnieku? Dia dimana?" Tanyanya dengan panik yang membuat Jisoo dengan segera mendekap tubuh mungil Ryujin guna memberikan ketenangan.
"Hei, hei. Jangan menangis! Ayo kita cari unniemu bersama-sama, pasti dia belum jauh dari sini."
Jisoo pun mengenggam tangan Ryujin erat mencegah gadis itu hilang dari pandangannya.
Dengan baju basah penuh keringat karena belum sempat beristirahat dan juga dengan susah payah karena sebelah tangannya memegang tongkat, Jisoo membantu Ryujin untuk menemukan kakaknya.
Mereka mengelilingi taman dengan berharap bertemu dengan kakak dari gadis kecil ini.
"Ryujin-ah!"
Teriakan dari seseorang membuat mereka berdua dengan spontan membalikkan badan.
"Unnie!" Teriak Ryujin setelah melihat wajah kakak sepupunya itu. Dengan berlari kecil, gadis itu menghampiri sang kakak yang juga sama berlari seperti dirinya.
"Ya Tuhan! Kau darimana saja? Daritadi unnie mencari dirimu kemana-mana. Kau pergi kemana saja? Kau membuat unnie khawatir." Ucap gadis yang lebih tua dengan memeluk adiknya tersebut.
Di sisi lain, gadis yang menemani kakak dari Ryujin tersebut tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Jisoo.
Ia memandangi Jisoo dengan raut wajah tak terbaca yang sedang menyaksikan keakraban kedua kakak beradik tersebut dengan menampilkan senyuman di wajahnya.
"Kau dengan siapa hm? Siapa dia yang menemanimu itu?"
Tanpa menjawab pertanyaan sang kakak, Ryujin menarik tangan kakaknya itu untuk mendekat ke arah Jisoo. Dan mau tak mau, gadis yang lainnya pun mengikuti langkah mereka.
"Unnie, pelkenalkan unnie yang cantik ini namanya Jisoo unnie." Jisoo membungkukkan badannya hormat tanda sapaan. "Jisoo unnie, pelkenalkan ini unnieku, Hayoung unnie dan temannya, Gyuri unnie."
~ I M H E R E ~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here | JISOO
Fiksi Penggemar[ O N H O L D ] Sekali saja, bisakah kalian juga melihat ke arahku? Aku ada disini. . . . [WARNING!] Cerita hanya karangan semata, murni dari hasil pemikiran penulis. Tidak pernah bermaksud untuk menyinggung pihak-pihak yang bersangkutan. Jika tidak...