{}

445 64 1
                                    

Dika di depan, memimpin jalan. Mereka sampai di Telaga Saat sekitar jam dua belas. Nekat hanya memakai celana levis tipis dan kaos berwarna senada, keduanya sekarang berjalan menikmati udara yang dikenal dengan sebutan kota hujan disini.

Luas nya bukan main ternyata.

Zoya lelah, bodoh memang mau healing tidak membawa minum.

Total tertinggal sekitar tiga langkah dengan kekasih di depan, Dika menoleh. Kaget ketika mendapati Zoya tertinggal di belakang.

Langsung menghampiri "lama dih"

"cape sialan" menunduk, memegang kedua lutut sambil mengatur nafas.

Dika terkekeh, berjongkok tiba-tiba "naik"

"gamau"

"cepet"

"kamu bau asem"

Jelas tertawa "orang dimana mana gamau di gendong malu nanti dikatain badan nya berat, lah kamu? pfft emang langka ya pacar Dika!" dilanjut menggelengkan kepala.

Seketika menegapkan badan, "harus bisa beda sendiri lah!"

"yaudah biar makin beda—" langsung di tangkap kedua paha yang masih menggantung, digendong begitu saja di belakang tubuh "disini cowonya yang maksa buat di ngegendongin"

"kenapa?"

"bentuk manja nya kan"

Menampar kecil punggung si lelaki lalu mendengus kesal "hihhh ga nyambung!"

"nyambung kalo sama madu" kepala memutar kesamping untuk mencium pipi.

Zoya total tersenyum. Pasrah dengan tangan yang seketika memeluk leher dominan sambil berbisik "sayang kamu"

"sayang Zoya juga" senyum tampan, langkah pun kembali berjalan menyusuri kebun teh.

¤¤¤


Masih mengitari kawasan yang memiliki luas satu koma lima hektar, kali ini dua orang yang disebut sebagai bulol mengalah untuk meluruskan kaki di atas rumput yang telah terpotong rapi.

Cuacanya sedikit mendung, sama sekali tidak panas malah.

Membuat Zoya bersyukur tapi tetap lelah karena tidak membawa apapun selain tas berisikan hp, dompet, parfum, pb, earphone, lipstick dan jedai.

"cape ya?"

"cape lah, kan lupa gabawa minum"

"salah sendiri gamau mampir ke indoap tadi"

"aku kira awalnya kamu ngajak ke curug, jadi yaudah!"

"lih emang ada aku bawa ganti?"

"ya emang ke curug harus mandi?"

"disana adanya apa?"

"air sama batu"

"terus air banyak gunanya buat apa kalo bukan buat mandi? hayo, percuma banget kalo tadi ke curug tapi cipak cipik doang!"

"dih!"

"dah dih dah dih"

"najisin ah. pulang dari sini makan ya?"

"makan apa?"

"apa aja nanti di jalan"

Kecup kening. Zoya tau kalau itu adalah bentuk sebuah jawaban dari sentuhan intim.

Posisi sekarang kedua kaki Zoya dipangku di atas paha Dika, kepala bahkan menyender pada pundak lelaki dengan kedua tangan memeluk nyaman. Ya sama hal nya dengan Dika disitu yang memainkan rambut kepala Zoya dan satunya mengelus elus tangan dibawah. Memang benar, mereka tengah menikmati waktu bersama hari ini.

hate but lv - vsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang