335 58 4
                                    

Hentakan kaki menggema halus pada lantai keramik, siang kali ini mungkin menjadi siang yang sedikit sibuk bagi gadis berambut lurus dan berkulit susu dengan nama Tri Anjani disana.

Siang hari. Tepat pukul sepuluh lebih lima belas, Tri Anjani. Ia telah sampai pada kamlusnya untuk bertemu dengan dospem nya, melakukan sebuah konfirmasi skripsi disana.

Berdoa se serius mungkin agar tidak revisi terlalu banyak, sukur-sukur sih langsung dapet omongan ;

"Tri Anjani selamat. Minggu depan, tolong persiapkan diri untuk sidang ya!"

tapi ya, ia bukan mahasiswi yang mempunyai gelar predikat nilai tertinggi di kampus atau seseorang yang memiliki kapasitas otak 4G.

Tapi, Tri ini masih dibilang mahasiswi beruntung. Mengapa bisa begitu?

Ya well. . sekolah menengah atas nya dulu yang sudah ter akreditasi rendah sebab swasta menjadi salah satu penghambat untuk nya masuk kedalam jalur snmptn, sempat berfikir kira-kira univ swasta mana yang biayanya tak begitu menguras rekening dan membebani keluarga juga dirinya.

Sungguh resah dan juga dilema, akan tetapi perkiraan itu seketika langsung di akhiri oleh bukti pendaftaran berwarna biru.

Tuhan memberi jalan yang begitu epick. Tri Anjani, ia masih bisa di saring.

Dan saat itu juga ia mulai percaya kalau jalur snm adalah jalur hoki yang sesungguhnya!

"COK!"

"jaga tuh mulut, nama gue tri anjani bukan cok!"

"ngopi, mau gak?"

"di?"

"jinja jawa, gue mupeng sama roti bakarnya njir. Udah lama banget pengen tapi males pas mau kesananya, jadi yuk sekarang!"

"ya oke"

Kana menyengir lebar, tangan nya segera mengamit lengan Tri yang menggantung bebas di samping tubuh untuk berjalan ke arah parkiran.

Bagi Kana, ini merupakan kesempatan yang begitu besar untuknya bisa mengajak seorang Tri Anjani menongkrong setelah melakukan beberapa cara dan rayuan. Karena biasanya anak itu kalau di ajak menongkrong sekedar minum kopi atau hal kecil lain tidak mau, ia lebih memilih pulang dan tidur.

"tumben mau, gak ada shift nanti malem?"

"bos gue ga ngadain libur cuma karena pegawainya udah mau sidang!"

Kana nyaris terjungkal oleh tawanya sendiri dan segera di cegah oleh Tri disana dengan gerakan cepat. Kehilangan keseimbangan saat tertawa memang sebagian di alami oleh beberapa orang diluaran sana, termasuk Kana.

"gue ngakak banget anjir!"

"ya ngakak mah ngakak aja gausah nyusahin, segala mau jatoh tadi"

"pamrih amat lo jadi orang, lagian gue ga berat tau!"

"mata lo gak berat!"

Kana mendengus tapi kembali menormalkan wajah dan bertanya setelah itu "terus kenapa mau?"

"pusing aja, lagi pengen kafein"

Kana mengangguk paham. Langkahnya semakin dekat pada parkiran mobil, akan tetapi jalan nya berhenti begitu saja saat mata melihat obsidian yang ia kenal sebagai teman lama Tri, kalau itu—

"Zoya?" lengan nya menyenggol reflek.

Secara otomatis mata Tri melirik dan saat itu juga nama yang baru saja disebut oleh Kana ikut menolehkan kepala, keduanya beradu tatap selama lima detik sampai akhirnya Tri memutus kontak terlebih dahulu.

hate but lv - vsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang