Mau Jadi Istri Betulan

2K 133 14
                                    

Part ini kayaknya aman buat dibaca siang-siang.
Tapi, kalo mau lebih aman lagi, nunggu buka aja.

Ini cuma lagi iseng nulis sambil nunggu keyboard aku sampe. Anggap aja cobaan berpahala. XD

✨✨✨

Sabrina memindahkan cucian piringnya yang sudah dibilas ke dalam rak piring khusus untuk memiriskan air di sebelah bak cuci. Begitu pula sendok, mangkuk, garpu, sumpit, juga beberapa wadah yang digunakan tempat lauk juga sayur kuah hasil masakan ibu mertuanya.

Selama ini, Sabrina sering bersikap egois ketika di rumah orangtuanya. Saat selesai makan, hanya piringnya sendiri yang dia cuci. Sementara yang lain-lain itu bagian kakak serta ibunya. Tugasnya hanyalah makan dan malas-malasan.

Kini, sebagai istri baru dari Aby. Hidup Sabrina berubah drastis. Laki-laki itu memang sempat melarangnya mengerjakan segalanya sendiri. Dia bilang akan ada pembantu yang datang besok pagi dan pulang petang untuk rumah baru mereka. Tapi Sabrina mana berani setuju di depan ibu mertuanya. Wanita itu bahkan sudah bersedia memasak makan malam untuk mereka.

Masih sibuk melamun, tiba-tiba sebuah lengan kekar bergerak melewati pinggangnya dan mematikan kran air. Sabrina tersentak mundur, lalu menegang saat punggungnya malah menempel di dada bidang seseorang.

"Kalau sudah selesai, airnya dimatikan," kata Aby selaras bisikan. "Jangan boros. Suami kamu bukan CEO perusahaan besar."

"Ish!" Sabrina menyikut rusuk suaminya dan berbalik untuk menghindar. Wajahnya masam. Bibirnya cemberut. "Mas ngapain ke sini, sih?"

Aby cuma angkat bahu. "Kamu lama. Mama mau pamitan."

"Kok pulang?" Wajah Sabrina mengkerut bingung. Rencananya, selama belum menemukan 'Sus' yang sesuai, ibu mertuanya akan tinggal bersama mereka untuk menjaga Celia selama Aby kerja dan Sabrina kuliah. "Besok aku ada kuliah lho, Mas."

"Iya. Besok pagi-pagi Mama ke sini lagi. Katanya mau ambil baju sekalian. Tadi pagi lupa bawa."

"Oh, gitu. Ya udah, ayo ke depan!" Sabrina berjalan mendahului, tapi baru selangkah bahunya tiba-tiba ditahan Aby. "Kenapa?"

Bukannya langsung bicara, Aby malah diam. Lantas menggeleng dan pergi begitu saja meninggalkan Sabrina yang bengong di tempatnya.

Perempuan itu lantas mencebik dan buru-buru keluar dapur. Terlihat ibu mertuanya sudah berdiri di samping Sabda yang sehabis makan terus mengelus perutnya.

"Sab, Mama pulang dulu, ya. Besok pagi-pagi ke sini lagi," terangnya, sama seperti yang dikatakan Aby.

"Iya, Ma. Hati-hati di jalan," balas Sabrina usai dipeluk. Mamanya mengangguk. Sabda hanya tersenyum tipis sebelum membawa Mama pergi dengan mobilnya.

Postur tubuh Sabda sebenarnya tak jauh beda dengan Aby. Mereka sama-sama tinggi dan kekar. Mata mereka sama-sama tajam, dengan hidung mancung dan bibir tipis kemerahan. Hanya saya, mungkin Sabda terlihat lebih besar. Rambut-rambut halus di sekitar rahang juga masih dibiarkan cukup banyak hingga membuat pesonanya sangat maskulin. Sementara Aby lebih rajin mencukurnya semenjak ada Celia.

Aby mengunci pintu. Sabrina mengekor di belakang tubuhnya.

"Mas, mas, mas," panggil Sabrina beruntun kala keduanya menaiki tangga ke lantai dua.

Aby menoleh saja. "Hm?"

"Bang Sabda ada pacar, enggak?"

Sabrina terlihat antusias. Di kepala mungilnya pasti sedang ada rencana atau apa pun itu yang aneh-aneh. Wajar jika Aby langsung memicing curiga.

"Kamu sudah menikah," balasnya. Membuat Sabrina kesal dan menepuk lengannya. "Jangan aneh-aneh."

"Mas, ih!" Mereka berdua memasuki kamar dan Aby langsung berjalan ke boks bayi untuk melihat anaknya yang tertidur pulas. Tapi bayi besar di belakangnya masih melanjutkan ocehannya. "Bang Sabda umurnya berapa, ya? Kalau Mas, kan Tiga Puluh. Kalian selisih berapa tahun, sih?"

TURUN RANJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang