Hai~
Apa kabar bestie? Moga BB masih aman dan lambung tetep okay yaa..
Btw, tadi buka puasa pake menu apa?
***
Aby geram sekaligus gemas bukan main. Bukannya seorang mahasiswa, mungkin saja sebetulnya yang dia nikahi adalah seorang bocah. Tidak akan ada yang seaneh Sabrina. Bahkan setelah sering mendengar tentang perempuan itu dari cerita mendiang istrinya, dirinya tetap dibuat terkejut bolak-balik dengan tingkah absurdnya.
"Pakai baju kamu lagi!" Aby mendelik.
Sabrina merengut. "Tinggal lepas daleman aja, sih, Mas. Masa aku juga?"
"Mas bilang, pakai baju kamu!"
"Nggak mau!" sekarang dia malah bersidekap. Tangannya menekan bagian bawah dada. Hasilnya, tentu saja ada yang menyembul tumpah tapi bukan soda.
Aby melemparkan tatapan tajam. Sementara Sabrina membalasnya dengan tak kalah sengit. Dagunya dinaikkan. Songong luar biasa.
"Aku mau jadi istri sungguhan. Mas harus ngasih aku jatah lahir dan batin." tiba-tiba perempuan itu terdiam. Lalu membelalak sendirian. "Mas! kita belum bahas masalah uang belanja, uang jajan, sama harta gono-gini di surat perjanjian pra-nikah."
Harta gono-gini apaan. Baru menikah dua hari, sudah bahas hal yang berujung ke perpisahan.
Istrinya benar-benar tidak waras.
"Uang belanja kita bahas besok saja. Mas mau tidur," sahut Aby. Memilih merebahkan tubuhnya duluan. Yang tentu saja tidak akan dibiarkan oleh Sabrina. Perempuan itu dengan cepat menarik bahunya agar tidak membelakangi dirinya. Aby mendesis kesal. "Apa lagi?"
"Kita bahas sekarang aja. Besok aku kuliah. Uang jajanku gimana?" air muka Sabrina seolah hendak menangis karena, "Papa bilang, setelah nikah nggak akan ngasih aku uang jajan lagi. Kartu kreditku juga udah diambil. Nasibku gimanaa.."
Lagi-lagi Aby mendesis kesal. Cepat sekali topik berubah. Baru beberapa menit yang lalu minta jadi istri sungguhan, sekarang sudah ganti mau diberi uang jajan. Lelaki itu memutuskan bangkit. Sudah bisa ditebak, istrinya tidak akan membiarkannya memejamkan mata selagi pembahasan uang jajan belum diselesaikan sekarang juga. Dia meraih dompet yang ada di atas nakas, kemudian mengeluarkan sebuah kartu berwarna gold. Lantas menyerahkan benda pipih itu pada Sabrina.
"Ambil," ucapnya. Sabrina mengerjap. Kemudian mengambilnya. "Mulai sekarang kamu memang sudah tanggung jawab Mas. Urusan uang belanja dan uang jajan akan Mas transfer ke sana setiap bulan. Termasuk uang untuk keperluan Celia."
Whoaa... enak sekali rupanya jadi istri. Sabrina jadi mesem-mesem kesenangan.
"Sudah, kan?" Aby memastikan tidak akan diganggu lagi.
Namun, bukannya tenang, tubuhnya justru berjengit kala Sabrina melemparkan diri ke arahnya dan memeluknya erat-erat.
"Makasii suamikuu.." ujarnya hiperbola. Sama sekali tidak sungkan atau apa.
Aby berdeham. "Iya."
Kontan gadis itu melepas pelukan. Mata bulatnya kembali mengerjap. Sangat polos dan juga nakal. Aby ingin sekali menarik pipinya serta menepuk bokongnya.
"Sebagai ucapan terima kasih, Mas boleh apa-apain aku malam ini." Sabrina tersenyum manis bak bocah yang kesenangan habis dibelikan mainan.
Aby menggeleng. "Nggak perlu. Lebih baik kita tidur."
"Beneran nggak mau?"
"Memangnya kamu mau?"
Sabrina tidak langsung menjawab. Sejujurnya, ini rahasia loh ya. Dia agak takut dibuka-buka. Meskipun selama ini dan baru saja dia melemparkan dirinya dalam keadaan tanpa busana. Semua itu dia sendiri yang melakukan. Tidak ada campur tangan orang lain yang menyentuh kulitnya. Itu juga alibi agar Aby yang melucuti sisa-sisa kain di tubuhnya. Takutnya nanti malah gemetar. Kan malu udah sombong duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TURUN RANJANG
RomanceBACAAN 21+ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Menjadi mahasiswi merangkap istri serta ibu tiri adalah profesi yang sungguh luar biasa bagi Sabrina. Dia ingin menyalahkan kakaknya yang meninggal usai melahirkan, atau orang tua yang memaksanya dengan dalih kasi...