Kejadian nya 5 tahun lalu. Saat Name terlahir, tangis itu membawa suka sekaligus duka.
Satu nyawa pergi saat berusaha mempertahankan satu nyawa lain.
Halilintar yang saat itu berusia 6 tahun telah mengerti apa yang sedang terjadi. Anak bungsu itu, dia membunuh Bunda
Taufan tetap berusaha tersenyum saat kabar itu memasuki gendang telinganya.
Gempa sudah meneteskan air mata. Gemgem janji akan jaga adik-adik. Tekatnya dalam hati
Blaze dan Ice yang berusia 4 tahun masih bercerita tentang apa yang akan mereka lakukan nanti bersama adik baru
***
"Ayah,[Name] mau jalan-jalan!" rengek [Name] pada sang Ayah
"Bocah kau tidak lihat ayahku sedang tidak sehat?!" bentak Halilintar
[Name] bersembunyi di belakang tubuh Amato.
"Hali jangan membentak adik mu begitu," ucap sang ayah
Hali mendengus, "Ayah minum obat dulu." Hali menyerahkan obat dan segelas air pada sang Ayah.
"Terimakasih anak ayah."
Halilintar keluar meninggalkan si bungsu dan sang ayah.
"Ayah," lirih [Name]. Mata gadis itu berkaca-kaca
"Baiklah ayo kita pergi tapi jangan sampai di ketahui kakak yang lain ya?" [Name] mengangguk penuh semangat.
Dan sekarang ia menyesalinya, mereka ah tidak maksudnya Boboiboy elemental. Ketujuh pemuda itu kembali duduk di kursi rumah sakit. Mereka terisak, kejadian ini seperti 5 tahun lalu.
Aku kehilangan lagi dan pembunuh nya masih si bungsu itu. Tangan Halilintar terkepal kuat, dia kehilangan untuk kedua kalinya.
3 jam lalu pembantu di rumah mereka -Ayu Yu- menerima telfon dari rumah sakit. Suster mengabar kan jika Amato dan [Name] mengalami kecelakaan.
Begitu mereka tiba disini, sangat berharap akan keselamatan sang Ayah tapi malah maaf kami sudah berusaha semaksimal mungki tapi tuhan lebih menyayangi ayah kalian
Terdapat luka berat di punggung beliau, kepala juga terluka seperti terbentur beberapa kali. Kemungkinan ayah kalian sedang melindungi sesuatu, saya yakini anak perempuan yang tadi di bawa bersama beliau.
Anak itu hanya mengalami cidera ringan dan sudah kami pindahkan ke ruang rawat
"Kak Gem," Duri memeluk Gempa. "Duri tidak mau kehilangan ayah."
"Kita semua pasti kuat," Gempa tersenyum untuk menguatkan saudara yang lain
"Ini salah bocah itu!" ujar Blaze
"Aku benci anak itu!" timpal Solar
"Dulu kita kehilangan bunda juga karena dia," lirih Taufan. Memori 5 tahun lalu kembali berputar
"Kak, jika dia tidak ada. Apa bunda dan ayah masih hidup?" tanya Duri
"Tentu saja! Dia yang menyebabkan kita kehilangan keduanya," jawab Blaze
"Sebenarnya, [Name] terlalu kecil untuk disalahkan." tutur Ice, "jika ku pikir lagi [Name] tidak salah akan kematian bunda."
"Ice!"
"Tapi untuk ayah, dia memang salah. Dia melihat sendiri bagaimana wajah pucat ayah, kenapa dia tetap memaksa pergi?! Dia sama sekali tidak peduli!" lanjut Ice
"Sudahlah, sebaiknya kita pulang dan membantu menyiapkan pemakaman ayah."
Semuanya mengangguk menyetujui perkataan Gempa. Tidak ada seorang pun yang berniat melihat keadaan si bungsu
Di ruanganya, [Name] menatap sendu jari di tanganya. Mulai sekarang dia harus lebih dewasa, dia tidak boleh seperti anak kecil lagi.
Kakak benar, aku, tubuh ini, penyebab kami kehilangan.
Dia tidak bodoh, saat kejadian ia dapat melihat darah menetes begitu banyak dari kepala sang ayah.
"Ayah maafkan, [Name]."
Meski ia tau ayahnya tidak akan dapat melihat penyesalan itu. Tapi sungguh, [Name] menyesal. Andai waktu bisa di putar, dia tidak akan memaksa sang ayah.
Dulu bunda meninggal saat melahirkan dirinya dan sekarang ayahnya juga pergi. [Name] yakin kebencian kakak-kakaknya akan semakin besar.
***
Hai hai hai!
Al kali ini publis cerita boel, boboyot elemental!Boboiboy: kau sengaja ya? -_-+
Iyaaaa~
Jangan lupa vote dan mampir ke cerita Al yang berjudul KAPTEN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Sister [Boboiboy Elemental]
FanfictionAku marah bukan berarti aku benci kalian! Aku hanya kesepian. Aku kesepian kak... Tidakkah kalian melihat itu? Aku merindukan ayah yang dulu memelukku Aku, merindukan kalian yang tidak pernah bisa ku gapai *** Ini kisah [Name], si bungsu elementa...