"Di bawah langit yang sama kita."
"Bergandengan saling menjaga."
"Di atas bumi yang sama kita,"
"Bergandengan sa--"
"Wah suara adik Ice sangat bagus!" puji Ice setelah mendengar [Name] bernyanyi.
"Terimakasih kak," jawab [Name] sambil tersenyum.
"Kembalikasih adik kesayangan kakak, kakak sangat sayang pada [Name]." Ice memeluk erat sang adik
[Name] membalas pelukan sang kakak, "[Name] juga sayang kakak!"
"Sayang? Kau pikir ada yang menyayangimu setelah semua yang kau lakukan?" [Name] didorong hingga terhempas ke tanah. Gadis itu menatap sendu kakak kelima, tunggu manik itu berwarna orange.
"Kak Blaze," lirih [Name]
"Kau pembunuh! Kau masih mengharap kasih sayang setelah menghancurkan kami?" laki-laki bernetra biru datang dari belakang Blaze.
"Andai kau tidak pernah ada," disusul laki-laki bernetra hijau
"Kami masih bisa merasakan pelukan ayah bunda," lanjut laki-laki bernetra abu-abu
"Dasar merepotkan," ucap laki-laki bernetra emas
"Sampai kapanpun kau tidak akan mendapat apa yang kau ingin kan," ujar laki-laki bernetra biru gelap
"Kenapa bukan kau saja yang mati huh?" tambah laki-laki bernetra merah
"Kakak," panggil [Name]
"Kami bukan kakak kau!" sentak ketujuh laki-laki itu
"Semuanya akan lebih baik jika kau tidak ada!" ujar ketujuh nya bergantian
[Name] mengatur nafasnya yang memburu, "hanya mimpi." Netra coklat gadis itu menatap jam dinding. Pukul 5 pagi, berarti semalaman ia tertidur di kamar orangtuanya. [Name] menatap bingkai foto yang berada di pelukannya semalaman. "Selamat pagi ayah, bunda," sapanya. [Name] keluar dari kamar orang tuanya, dengan langkah perlahan menuju kamar sendiri. Akan menjadi masalah jika kakak sulung tau ia masuk bahkan tidur di sana.
Begitu sampai di pintu kamarnya, [Name] melihat bibi Ayuyu yang sibuk berkutat di dapur. "Selamat pagi, bibi," sapa [Name]
Bibi Ayuyu menoleh pada majikan kecilnya, "selamat pagi juga non."
"[Name] mau siap-siap dulu bi," gadis kecil itu mengambil seragamnya di kamar dan membawa ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama ia selesai dan kembali ke kamarnya untuk menunaikan sholat subuh.
Selesai sholat, [Name] membantu bibi Ayuyu membuat bekal untuk saudaranya dan memasukan 2 bekal untuk diri sendiri. Sebelum pukul 6.30, [Name] sudah berangkat sekolah diantar oleh paman Adudu. [Name] tidak pernah makan bersama saudaranya, entah itu sarapan, makan siang ataupun makan malam. Oleh sebab itu ia membawa 2 bekal dan [Name] sengaja menyiapkan sendiri bekal untuk ketujuh kakaknya karena ketika ketujuh pemuda itu menghabiskan makanan mereka, hal itu cukup untuk membuat [Name] gembira.
"Non sudah sampai," panggilan dari paman Adudu membuyarkan lamunan [Name].
[Name] segera turun dari motor, "terimakasih paman." Ucapnya tulus
"Sudah tugas saya non, nona [Name] semangat sekolahnya!"
[Name] tersenyum membalas ucapan pria kepercayaan ayahnya itu. Dengan langkah santai dan bibir yang tidah pernah melunturkan senyuman, [Name] memasuki pekarangan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Sister [Boboiboy Elemental]
FanfictionAku marah bukan berarti aku benci kalian! Aku hanya kesepian. Aku kesepian kak... Tidakkah kalian melihat itu? Aku merindukan ayah yang dulu memelukku Aku, merindukan kalian yang tidak pernah bisa ku gapai *** Ini kisah [Name], si bungsu elementa...