VI. Biskuit [Taufan]

673 76 0
                                    


Taufan sedang mencoba resep baru, ya meski ia tidak yakin dengan apa yang tertulis di sana. Meski demikian ia tetap menggunakan semua bahan yang di tulis oleh Yaya. Yaya adalah wakil ketua OSIS di sekolahnya. Gadis itu juga merupakan pencetus ekskul masak yang wajib diikuti para siswi dan tidak ada larangan bergabung untuk siswa. Dan Taufan yang dengan bodohnya mau bergabung dengan ekskul itu karena disogok rokok sebatang. Bukan Yaya yang memberi sogokan, melainkan Sai yang merupakan kakak kelasnya dan kapten Tim futsal.

Dan disinilah Taufan sekarang, sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Besok akan diadakan ujian memasak menggunakan resep yang diberikan ketua. Bagi yang tidak lulus ujian akan di keluarkan dari ekskul masak, Taufan akan sangat bersyukur jika hanya itu hukumannya. Tapi masih ada hukuman lain bagi yang gagal dalam ujian yaitu di blacklist dari seluruh ekskul dan nilai ujian Prakarya di kurangi 50%

Gila memang, jadi sekarang Taufan sedang berusaha mempertahankan posisinya sebagai anggota Tim futsal sekolah. Bukan hanya sebagai anggota ekskul masak.

"Kak Taufan mau buat apa?" tanya [Name] yang tiba-tiba muncul.

"Biskuit," jawab Tufan acuh

"Biskuit?" beo [Name], gadis itu melihat bahan-bahan yang disiapkan Taufan. Taufan memasukkan serai, cengkeh, rempah kurma dan daun yang [Name] tidak tau apa namanya kedalam blander. "Kakak yakin mau buat biskuit dengan itu?"

Taufan mengangkat bahunya, tetapi ia tetap melanjutkan pekerjaannya. [Name] yang peka akan hal itu mengambil beberapa bahan dari kulkas dan meletakkan di meja. Alis Taufan bertautan, ia tidak mengerti alasan adiknya itu mengeluarkan bahan ini.

"Menurut [Name] bahan ini lebih manusiawi," tutur si bungsu tersenyum manis. "Kakak lanjut saja menghaluskan itu, nanti kita campurkan dengan susu kental dan coklat. Nanti hasilnya pasti lebih enak," lanjutnya

Taufan berdecak pelan, "jangan sok tau bocah! Tau apa kamu tentang memasak."

Padahal dia juga masih bocah, "kakak ikuti saja kata-kata ku." Kesal [Name] karena kembali diremehkan oleh saudaranya.

"Memangnya kamu bisa masak?"

"Kakak pikir siapa yang memasak bekal kalian setiap hari?" [Name] mengaduk telur dan tepung dengan tidak santai untuk melampiaskan rasa kesalnya.

"Jadi kamu yang masak? Pantas saja tidak enak, aku merasa ingin muntah setiap memakannya."

[Name] memutar bola matanya, jika tidak enak kenapa selalu habis. Keduanya kembali fokus pada pekerjaan masing masing, sesekali mereka berdebat. Walau demikian, [Name] merasa kupu-kupu sedang beterbangan di dalam perutnya. Rasanya sangat bahagia saat ia bisa ada di samping saudaranya tanpa tatapan kebencian.

"Kak, andai kekuatan menghentikan waktu itu nyata. [Name]ingin memilikinya barang sedetik," tutur [Name] tiba-tiba

"Kenapa kamu berpikir itu tidak nyata?"

"Karena tidak bisa dibuktikan oleh akal menusia."

Taufan menggaruk pipinya, kenapa dulu aku tidak berpikir begitu ya? Saat masih berusia 6 tahun Taufan sering membaca sebuah komik tentang seorang laki-laki yang bisa menghentikan waktu. Bahkan sampai sekarang ia masih sering membaca komik itu meski seluruh ceritanya telah tamat. Ia juga berharap bisa menghentikan waktu 8 tahun lalu.

"Kak," panggil [Name]. Taufan menoleh disambut senyum manis adiknya, "[Name] sayang kakak! [Name] juga sayang kakak yang lain, terserah apa yang kalian lakukan [Name] tidak akan pernah membenci kalian."

Taufan memalingkan wajahnya, kata-kata yang begitu tulus meluncur dari bibir adiknya. Kata-kata yang entah kenapa membuat gejolak aneh di hatinya. "Aku tidak peduli,"

[Name] tetap mempertahankan senyuman nya, "[Name] tau kok kakak akan bilang begitu."

***

Boboiboy elemental duduk di ruang tengah sebagai juri biskuit yang telah Taufan buat. Halilintar sebagai yang tertua mencicipi terlebih dulu. Setelah Halilintar selesai mencicipi, Gempa juga mencicipinya, dilanjut Blaze, begitu seterusnya hingga Solar.

"Lumayan," ujar Halilintar

"Enak kok, tidak kalah sama yang dijual di toko-toko." Respon Gempa

"Wah... aku tidak tau jika kakak bisa membuat yang seperti ini."

"Enak."

"Duri mau lagi!" Duri mengambil biskuit yang sudah dimasukan Taufan ke dalam toples.

Solar mengacungkan ibu jarinya tanpa melihat Taufan. Ia terlalu sibuk membaca buku

"Ini kakak sendiri yang bikin? Kok bisa enak sih?" tanya Blaze

Taufan terdiam, ia bingung harus bilang apa pada saudaranya. Merreka pasti tidak akan suka jika Taufan bilang ia membuat bersama si bungsu.

"[Name] mana? Kok tidak kelihatan dari tadi?" tanya Ice

"Mungkin di kamar," jawab Taufan. Tanpa bicara apapun, Ice pergi dari hadapan mereka. Ice memang terlihat aneh belakangan ini.

Boboiboy elemental menikmati sample yang diberikan Taufan, meski mereka tidak lengkap karena Ice telah pergi.

"Kak, kakak yakin ini buatan kakak?" tanya Solar menyelidiki

Taufan gelagapan harus menjawab seperti apa, "Itu tadi...iya aku." Solar masih menatap kakaknya dengan curiga. "maksudku iya aku tidak membuatnya sendiri, ada angin yang membantuku."

Yah angin...

Taufan tidak berbohong

Karena memang angin lah yang membantunya

Angin yang datang pada musim panas begitu menyejukkan

Tetapi...

Bila datang di musim hujan membuat semuanya kedinginan

Dia seperti angin yang berhembus kencang hingga kebahagiaan mereka pun ikut terbang

Dia seperti angin di musim panas yang mampu mengobati rindu di hati mereka



***

Hola!

kalian apa kabar? udah berapa minggu Al gk up hmmmm

Maaf yaaaa! Al di rayu sama komik webt**n T_T, jadinya lupa buat UP


Little Sister [Boboiboy Elemental]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang