Ketujuh elemental memasuki rumah bersamaan karena merereka tidak ada acara apapun. Keadaan yang sepi mau tak mau membuat mereka bingung. Hawa ini, mereka sudah merasa aneh sejak pagi. Mulai dari rasa makanan yang berbeda dan tidak ada kotak bekal satupun. Benar-benar aneh.
Halilintar menjatuhkan dirinya di sofa, "kalian yakin tidak melihatnya di sekolah?"
Elemental yang lain juga ikut menadaratkan diri mereka di sofa dan kerpet.
"Aku tidak lihat dia kak," jawab Solar.
"Mungkin dia tidak pergi sekolah, aku akan cek ke kamarnya." Gempa bangkit menuju kamar si bungsu. Enam elemental lainnya duduk tanpa satupun yang angkat suara. "HALI KAMARNYA TERKUNCI!" teriak Gempa.
Mereka langsung berlari ke kamar si bungsu, "Minggir!" Halilintar mengambil ancang-ancang mendobrak pintu itu. Begitu pintu berhasil dibuka, mereka semakin panik.
Bagaimana tidak, adik mereka tidak ada di sana. Halilintar masuk lebih dulu disusul yang lain. Tas sekolah [Name] tidak ada di sana, lemari pakaian yang isinya tidak tersusun rapi lagi, jendela kamar yang terbuka. Duri melihat ke luar jendela, ada jejak kaki tanpa alas.
"Kak!" Solar mengangkat buku bersampul biru yang ia temukan. Halilintar mengambil alih buku itu lalu membacanya lembar demi lembar.
"Sial!" Halilintar berlari ke luar rumah, pikirannya semakin kalut saat membaca halaman terakhir buku itu.
Gempa dan yang lain nya mengikuti Halilintar keluar.
"Solar telfon paman Rion! Minta paman mengerahkan seluruh anak buah ayah untuk mencari [Name]!" perintah Halilintar yang langsung dikerjakan oleh Solar.
Halilintar masuk ke garasi dan mengeluarkan motor berwarna merah. Tenpa berkata apapun lagi pemuda itu meng-gas motornya keluar dari pekarangan.
"Hali kita belum punya SIM!" teriak Gempa yang tidak didengarkan oleh Halilintar yang sudah jauh.
"Gem, kita juga harus cari [Name]." Tutur Taufan.
Hari itu mereka habiskan untuk mencari si bungsu yang katanya tidak diinginkan, namun nyatanya mereka sangat menyayangi gadis itu. Tidak ada satupun diantara mereka yang betul-betul membenci si bungsu. Mereka hanya merasa sakit saat manik hitam itu menatap hangat pada mereka. Semua yang ada pada gadis kecil itu mengingatkan mereka pada wanita yang sangat mereka cintai, Bunda.
Kelahiran [Name] bencana ya kak?
[Name] tidak bisa bilang apa-apa lagiJ
Jika [Name] bencana buat kalian, lebih baik [Name] pergi agar kalian tidak terkena bencana ini.
Maaf kak
Gara-gara [Name] bunda meninggal
Ayah meninggal juga gara-gara [Name]
[Name] tidak mau kalian juga pergi gara-gara [Name]
Jadi lebih baik [Name] yang pergi
Kakak benar
[Name] ini bencana yang harus disingkirkan
HeheheJ
[Name] sayang kalian
Taufan, Blaze, Ice, Solar dan Duri saling menatap satu sama lain.
"Sekali lagi Gem tanya, siapa yang bilang [Name] bencana?" Gempa menatap tajam keenam saudaranya.
"Gem kayaknya ada salah paham deh," ujar Taufan
"Iya kak, ini ada salah paham." Ujar Blaze
"Salah paham gimana?"
Blaze mengeluarkan hp nya dan memperlihatkan pada Gempa. Gempa mengernyit bingung, "maksudnya?"
"Jadi gini ceritanya," Taufan berbicara untuk menjelaskan. "Aku, Blaze dan Ice sedang duduk di dapur sambil bercerita
"Sampai sekarang aku masih berpikir seandainya tidak ada si bungsu," tutur Blaze sambil menikmati ayam gorengnya
"Padahal hari itu kamu sangat bahagia sampai tidak berhenti bicara tentang adik baru dengan Ice." Ejek Taufan
"Ya itu sebelum aku sadar akan sesuatu." Ujar Blaze
Duri berlarian ke dapur bersama Solar, pemuda tanaman itu memegang hp nya dan berhenti di samping Blaze.
Duri mengambil potongan ayam di tangan Blaze dan memakannya, "Ni apa?" tanpa menelan makanannya ia bertanya pada Blaze.
Blaze melihat hp Duri, itu adalah komik dari Korea Selatan yang terkenal saat ini. "Dia bencana."
"Benar itu bencana," ucap Ice membenarkan kata-kata Blaze karena ia juga tertarik membaca komik itu
"Sekarang gadis kecil itu menjadi bencana besar," Solar duduk di samping Taufan.
"Menurut kalian bagaimana cara menyingkirkannya?" tanya Blaze padahal ia sudah membaca versi novel hingga selesai
"Buang ke sungai." Jawan Taufan
"Tidak,tidak. Dia pasti bisa berenang, ada cara pasti untuk menyingkirkannya." Ucap Ice
"Apa itu?" tanya Duri
"Aku juga tau." Tutur Solar
"Pukul sampai mati." Ucap Blaze, Solar dan Ice secara bersamaan.Ketiganya saling berpendangan lalu tertawa karena tidak biasanya mereka kompak begini
Gempa dan Halilintar memijit kepala mereka, jadi si bungsu kabur hanya karena salahpaham?
END
Gara-gara manhwa itu tuh Al jadi lupa up T_T MC nya ganteng
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Sister [Boboiboy Elemental]
FanficAku marah bukan berarti aku benci kalian! Aku hanya kesepian. Aku kesepian kak... Tidakkah kalian melihat itu? Aku merindukan ayah yang dulu memelukku Aku, merindukan kalian yang tidak pernah bisa ku gapai *** Ini kisah [Name], si bungsu elementa...