»»----> Part 5 <----««

639 81 0
                                    

Seorang pria yang cukup tua, memasuki salah satu unit tak berpenghuni. Pria ini adalah ayah Jay. Ia membawa bunga melati. Dibukanya pintu unit tersebut. Aura negatifnya dapat dirasakan oleh ayah Jay. Bahkan, buku kuduk sampai berdiri.

Ayah Jay berjalan menuju ruang tengah unit tersebut. Sepertinya, dirinya menahan tangis dan kesedihannya. Ia menaruh bunga melati diantara bunga lainnya yang sudah layu. Sepertinya tak hanya sekali ini ayah Jay meletakkan bunga ditempat yang sama.

"Baboya, gue bodoh, bodoh banget! Gue gatau kalau bakalan ada pembunuhan disini. Baboya!" umpatnya.

"Empat remaja malang. Salah satunya mati dibunuh. Satunya di penjara. Dan dua diantaranya amnesia. Gue gatau kalo mereka bakal membunuh di tempat ini. Gue ngira kalo mereka mau kerkom. Baboya!"

"Maafin ayahmu Jay. Ayah ga bisa ngasih tau siapa hantunya diantara temanmu."

"Ayah ga bisa jadi ayah yang baik bagimu. Ayah membiarkan pembunuhan terjadi disini."

"Kalau waktu bisa diputar, ayah mau menghentikan pembunuhan beberapa tahun lalu silam."

Ayah Jay puas mengumpat. Ia berdiri. Menghapus air mata yang sempat turun dari pupil matanya. Ia tersenyum manis menatap foto korban pembunuhan yang dimaksud. Foto itu adalah salah satu dari lingkaran pertemanan Jay dan yang lainnya.

Ayah Jay membuka kembali pintu unit tersebut. Keluar dan kembali menutup unit tersebut.

Pulang sekolah.

Niki dan Sunoo pulang bersama. Oh ya Niki sekolah di SMA yang berbeda dengan Sunoo dan Jungwon. Ia sekolah di SMA internasional belakang apartemen. Sedangkan Sunoo dan Jungwon di pusat kota.

Kenapa bisa pulang bareng? Niki ada rencana untuk membeli es krim di salah satu tempat yang lumayan terkenal.

Sebenarnya mereka juga bersama Jungwon. Tetapi, Jungwon sudah lebih dahulu pergi meninggalkan mereka dikarenakan ada sebuah urusan.

"Jam berapa sih?" tanya Sunoo. Niki yang memang sibuk bermain hape, langsung melihat jam.

"Jam 4 kurang 15 menit," jawab Niki.

"Ah, kita harus cepat," gumam Sunoo.

Niki memberi usul, agar berlari hingga tempatnya. Sempat terjadi perbedaan pendapat antara Sunoo dan Niki. Tetapi, pada akhirnya, Sunoo mengalah. Ia memilih untuk berlari walau tidak secepat Niki.

"Hana... Dul... Set!"

Niki berlari terlebih dahulu. Meninggalkan Sunoo yang baru berlari belum ada setengah dari perjalanannya itu.

"Niki, tungguin!" panggil Sunoo yang tetap berlari itu. Niki tentunya tidak mendengar karena sudah sampai duluan di tempatnya.

Sunoo dengan cepat mencoba berlari menyusul Niki.

Nafasnya tersengal-sengal. Niki yang melihat hanya bisa menahan tawa.

"Ahaha, ga bisa nyusul kan? Kasian," ledek Niki sembari menjulurkan lidahnya. Sunoo yang diejek, hanya bisa memanyunkan bibirnya kesal.

"Ah, Niki mah gitu." Sunoo menghentakkan kakinya ke bawah.

Salah seorang kasir yang melihat tingkah laku Sunoo dan Niki, terkekeh kecil. Niki yang melihatnya ikutan terkekeh.

"Adiknya lucu," puji mbak kasir.

Niki sontak terkejut. Mbak kasir itu memuji Sunoo sebagai adiknya. Padahal Niki yang adiknya. Niki lebih muda dari Sunoo.

Lonely || TXTENHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang