00

1.5K 107 4
                                    

"Eric cepet keluar, kita sarapan!" Seru Ayunda Pada adik bungsunya yang masih berada didalam kamarnya. Tidak ada balasan dari adiknya itu, namun tiga menit kemudian dia keluar dari kamar bersama tas sekolahnya.

Pemuda bernama Eric itu berjalan menuju meja makan yang dimana ia mendapati kakak sulungnya tengah menuang susu kedalam gelas. Ia duduk disalah satu kursi yang tesedia disana begitupun dengan sang kakak yang ikut duduk disebrang Eric.

"Ayah sama Jeno mana kak?" Tanya Eric.

"Ayah masih belum pulang kalau Jeno katanya ada urusan disekolah jadi berangkat duluan." Eric menghela napas beratnya sebelum meminum susu pemberian Ayunda.

Dari kemarin sampai sekarang Ayahnya belum pulang, katanya ada meeting penting diluar kota dan baru akan pulang nanti malam. Ayunda juga sempat meminta Jeno untuk sarapan bersama namun kembaran Eric itu berdalih harus berangkat kesekolah lebih pagi karena akan menjadi petugas upacara.

Sejak ibu mereka meninggal semuanya jadi berubah, kediaman keluarga ini jadi tak hangat lagi. Ayahnya yang terlarut dalam kesedihan itu selalu memenjarakan diri dikamarnya dan keluar dari rumah hanya untuk bekerja, baru pulang tengah malam.

Ayunda memahami kesedihan ayahnya dan kesibukannya, namun Ayunda berharap beliau bisa menoleh pada anak-anaknya terlebih pada si kembar yang masih memerlukan perhatian lebih. Mereka baru menginjak enam belas tahun dan jika jauh dari jangkauan orang tua mereka bisa saja bergaul dengan orang yang salah.

Ayunda juga bisa kewalahan jika harus mengerjakan semuanya sendiri dari pekerjaan rumah, mengurus adiknya dan bekerja untuk kariernya.

Eric mencoba untuk tetap memakan nasi goreng yang dibuat oleh kakaknya itu sampai habis, harumnya sangat enak begitpun dengan rasanya. namun saat ini mood Eric sedang hancur yang membuat ia tak berselera makan. Inginnya ia langsung pergi saja namun tak enak dengan si kakak yang sudah memasak.

"Kakak juga makan dong." Ucap Eric, kakaknya memang sedari tadi tak menghiraukan tumpukan nasi goreng dipiringnya dan malah fokus dengan handphonenya.

"Ehe iya tapi kayaknya kakak sarapan dikantor aja." Ayunda bangkit dari duduknya dan berjalan kelemari yang dimana disana terdapat beberapa kotak bekal. Dia memindahkan nasi goreng yang ada dipiringnya kedalam kotak bekal berwarna pink itu.

Eric memperhatikan kakaknya itu yang kelihatannya sedang buru-buru setelah mendapat pesan yang ntah dari siapa.

"Kakak gak bisa nganterin kamu kesekolah. Gak papa?"

Eric mengangguk, "aku bisa nebeng sama Sunwoo kok. Santai aja."

"Oke deh."

"Hati-hati kak."

"You too."

Setelah semua barang kakaknya sudah masuk kedalam tas, dia langsung pergi keluar rumah meninggalkan si bungsu yang masih duduk dikursinya.

Setelah pintu rumahnya itu kembali tertutup, Eric dapat merasakan bagaimana sepi dan dinginnya rumah ini. Akhir-akhir ini Eric juga sering ditinggal sendiri jika sedang dirumah, membuatnya merasakan sesak yang teramat dalam. Seperti halnya sekarang.

Ibunya dulu sering menyuruh Ayahnya untuk mengantarkan Eric beserta kembarannya kesekolah, Ayunda juga suka ikut. Saat itu suasana dipagi hari Eric tak selalu kelabu seperti sekarang. Benar-benar dipenuhi canda tawa yang membahagiakan membuat Eric semangat menjalani hari-harinya.

Eric mengirim pesan pada Sunwoo, memintanya untuk pergi kesekolah bersama namun katanya dia sudah berada disekolah. Sunwoo bahkan tiba-tiba menelponnya dan berteriak membuat Eric sedikit menjauhkan handphone dari telinganya.

"Eric lo masih dimana sih!? Ini upacara bentar lagi mau dimulai!"

Eric menepuk kepalanya dan segera berlari keluar setelah mengakhiri sambungan telponnya, mengunci rumah dan mengambil sepeda miliknya. Sedari tadi ia malah menghabiskan waktunya dengan melamun sampai nasi goreng dan susunya tak sempat dihabiskan.

Ia mengayuh pedal sepedanya dengan begitu cepat, pokoknya Eric tak mau terlambat. Pagi ini matahari sudah muncul dengan sempurna dan ia tak ingin dihukum dengan berdiam ditengah lapangan ketika sinar matahari tengah terasa panas-panasnya.

Kakinya sudah sangat lelah namun ia berhasil sampai disekolah semenit sebelum upacara dimulai, dengan asal ia memarkirkan sepedanya menyimpan tasnya juga disana untuk sementara karena sudah memakai topi Eric segera masuk kedalam barisan kelasnya.

"Kesiangan, bray." Seru Haechan. Siswa yang berdiri disamping Eric.

Eric menjawabnya dengan mengangguk sembari menghapus keringat yang mengucur dari dahinya, protokol upacara mulai bersuara, Eric memperhatikan satu-satu petugas upacara itu dan matanya mendapati Jeno, kembarannya yang lagi-lagi menjadi pemimpin upacara.

P.s. masih kangen Eric.

Melankolia | Eric & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang