06.

630 81 1
                                    

"Beneran lo gak tahu dimana Jeno?"

"Gak tahu."

Tatapan mata Eric terus terarah pada mata si lawan bicara, Jaemin. ia sedang mencari bukti bahwa sebenarnya Jaemin itu berbohong dan mengetahui keberadaan Jeno.

Kembarannya itu benar-benar menyebalkan, dia bisa-bisanya meninggalkan oven yang masih menyala sehingga cupcake yang tengah dipanggang Gosong lalu dia menghilang, sedari kemarin tidak pulang dan sialnya Jeno juga meninggalkan handphonenya dikamar.

Ayunda dan Eric tentunya sedari kemarin malam langsung mencari Jeno kemana-mana namun sialnya dia masih belum ditemukan, meskipun pikiran dan hati Eric masih kalang-kabut ia menyempatkan untuk kesekolah sekalian menanyai teman-temannya siapa tahu mereka bertemu dengan Jeno.

Sebenarnya kemarin Eric sudah menanyai Jaemin dan Renjun soal Jeno namun jawaban mereka tetap saja 'gak tahu' dan Eric tak percaya. soalnya mereka itu teman dekat Jeno, setidaknya kembarannya itu pasti pernah cerita jika ingin pergi kesuatu tempat.

Jaemin yang merasa tak nyaman dengan tatapan Eric mulai mendesah pelan, "sumpah Ric, gue gak tahu. Terakhir gue liat dia pas kemarin pulang sekolah aja." Ucap Jaemin meyakinkan.

"Gue juga gak tahu. Jeno juga emang gak begitu terbuka sama gue tapi tenang aja kita bakalan bantu nyari dia kok." Tambah Renjun.

"Oke deh, thanks ya."

Eric pun pergi dari hadapan temannya, ia berjalan tanpa arah ia hanya membiarkan kakinya melangkah semaunya. Eric benar-benar khawatir dengan keberadaan Jeno sekarang. Apa dia memang sengaja kabur dari rumah atau diculik? Apa dia sudah makan atau belum? Apa dia baik-baik saja atau tidak? Pokoknya pertanyaan itu terus bersemayam dikepala Eric sampai ia sendiri tidak tidur.

Sama seperti halnya Ayunda, dia bahkan sekarang tak masuk kerja dan terus fokus mencari keberadaan adiknya itu. Eric sempat berpikir jika Jeno sudah muak dengan keberadaannya sehingga kabur dari rumah. Eric kesal dan sedih juga. Ayahnya bahkan belum pulang dan sekarang Jeno juga ikut pergi.

Mengapa keluarganya jadi terpecah belah seperti ini?

Eric menghentikan langkahnya dihalaman sekolahnya, duduk bawah salah satu pohon yang berdiri kokoh disana bersama daun-daun besarnya yang lebat sehingga dapat melindungi tubuh Eric dari sinar matahari. Ia ingin istirahat sebentar.

"Lo oke Ric?" Tanya seseorang yang suaranya terdengar sangat familiar ditelinga Eric dan ya setelah mendongkak ia tersenyum kecil ketika mengetahui jika orang yang bertanya itu adalah teman satu klub futsalnya, Felix. Lelaki itu duduk disamping Eric.

"Lagi gak oke nih, ngomong-ngomong lo ngeliat Jeno gak? Kemarin atau tadi pagi? "

"Gue kemarin sempet nganterin Jeno kedepan komplek. itu pas sore setelah gue nganterin brownis kerumah Sunwoo. emang dia gak pulang?"

Eric segera meneggakan posisi duduknya, Mengarahkan seluruh atensinya pada Felix.

"Enggak Lix, dia belum pulang. Lo tahu gak setelah itu dia kemana?"

"Enggak karena gue cuma nganterin dia sampai situ doang, gue juga kemarin lagi buru-buru karena harus nganterin pesenan brownis lain."

Eric memegangi kepalanya yang mendadak terasa pening, mungkin karena efek tidak tidur semalaman. "Gue udah nyari kemana-mana tapi masih belum nemuin dia. Apa harus gue ngecek setiap rumah dikota ini." Lirih Eric.

"Udah lapor polisi?"

"Udah."

"Yaudah lo tenang aja, ada polisi yang bantu juga pasti Jeno bakalan cepet ditemuin."

"Gak bisa tenang gue Lix, karena Jeno pergi juga pasti karena dia udah muak sama gue. Sebelumnya dia emang suka pergi-pergian tapi gak pernah gak pulang kayak gini."

Kedua pemuda itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya Eric bangkit dari duduknya dan pergi lagi, kali ini ia punya tujuan yaitu toilet, ia ingin mencuci wajahnya yang seharian ini terlihat kusam. Sedangkan Felix masih diam ditempatnya, ngadem sambil mengir-ngira dimana keberadaan Jeno sekarang. Selaku teman Eric dia ingin ikut membantunya mencari Jeno.

Melankolia | Eric & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang