04

627 94 7
                                    

"Jen, mau pesen apa lo?' Tanya Jaemin ketika mereka- Jeno, Jaemin dan Renjun baru sampai dikantin dan menempati meja kosong yang tersisa. Mereka terlambat ke kantin karena disuruh gurunya untuk membawa buku paket ke perpustakaan dan untung saja masih ada tempat untuk mereka makan.

Jeno mendaratkan bokongnya dikursi kayu panjang yang tersedia disana, matanya berkelana melihat  macam-macam makanan yang ada dikantinnya ini. Pilihannya pun jatuh pada siomay.

"Siomay dong, Nitip ya." Ucap Jeno seraya memberikan uangnya pada Jaemin.

Jaemin pun pergi untuk memesan siomaynya diikuti oleh Renjun yang katanya ingin membeli batagor sehingga hanya Jeno yang tinggal dimeja itu. Selagi menunggu, Jeno mengitari pandanganya kesetiap sudut kantin. Tak jarang Jeno menangkap basah siswi-siswi yang tengah memperhatikannya dan bahkan ada yang diam-diam memotret Jeno. Resiko jadi orang ganteng emang gitu ya belum jadi idol  pun udah punya fansite.

Pandangan Jeno berhenti dimeja yang isinya anak kelas sebelas, disana mereka tengah meributkan sesuatu. Suara Haechan dan Sunwoo saling meninggi membuat mereka jadi pusat perhatian. Namun bahan obrolannya tidak serius mereka cuma bercanda dan Eric yang  berada satu meja dengan mereka hanya tertawa.

Jeno merasa jengkel melihatnya, bagaimana Eric bisa tertawa lepas dengan bahagia seperti itu dengan keadaan rumahnya yang begitu berantakan. Jeno masih merasa kacau dengan apa yang terjadi dalam beberapa bulan ini pemuda itu ditinggalkan oleh ibunya dan sekarang sudah satu minggu ini ayahnya juga pergi dari rumah. Jeno jelas tak baik-baik saja  meskipun sang kakak selalu memberikan kasih sayang padanya sedangkan Eric entah kenapa masih bisa bahagia seperti itu.

Jeno terkadang sulit sekali untuk tersenyum meskipun untuk memunculkan fake smilenya selama dua detik, dia belum bisa menerima fakta mengenai kematian ibunya dan  sekarang ayahnya yang pergi dengan alasan mencari ketenangan. Jeno memang sangat dekat dengan orang tuanya itu dan ditinggalkan oleh mereka membuat Jeno sangat merasa sedih. Rasanya seperti kehilangan motivasi untuk semangat hidup lagi.

Jeno juga menyimpulkan hal-hal sedih yang menimpanya ini dikarena kan Eric. Dia orang yang membuat ibu mereka meninggal dan sekarang Ayahnya juga pergi. Seperti tak punya rasa penyesalan Eric masih bisa tertawa keras seperti itu.

Rasa kesal Jeno pada Eric mungkin akan membuatnya membenci kembarannya itu. Ia kesal karena Eric terlihat baik-baik saja stelah apa yang terjadi. Permintaan maafnya hanya omong kosong. Tangisannya hanya pencitraan karena tak ingin disalahkan. Jeno pernah memukul Eric dan  sekarang ia ingin memukulnya lagi. Ntah kenapa suara tawanya terasa memancing emosi.

Kekesalannya itu membuat Jeno melupakan fakta tentang Eric. Bahwa kembarannya itu memang bermuka dua. Meskipun hatinya rusak dan meraung karena sakit tapi dia masih bisa tersenyum lebar dengan cerianya didepan orang-orang. Dia tak ingin orang disekitarnya khawatir.

"Ri, sini deh." Panggil Jeno pada Ari teman satu angkatannya yang tengilnya bukan main.

"Apa?" Ari menghampirinya dan Jeno menempelkan jarinya dimanguk berisi bakso itu, tidak terlalu panas.

"Tumpahin bakso ini kebaju Eric. Pokoknya nanti gue ganti bakso sekaligus ngasih lo uang buat rokok deh."

"Anjir, lo kenapa Jen? Ada masalah apa sih sampe pengen ngejailin kembaran lo sendiri?"

"Pokoknya bukan urusan lo ah, lakuin atau enggak? Bakso sama rokok sebungkus imbalannya."

"Oke deh."

"Tumpahinnya buat secara gak sengaja pokoknya."

"Iya."

Dari tempatnya  Jeno bisa melihat bagaimana Ari yang mulai melakukan aksinya, meja Eric itu dekat dengan pintu masuk Kantin tentu saja disana banyak orang yang keluar masuk. Ide bagus sih dengan begitu Ari sok-sokan merasa tertabrak oleh seseorang dan dengan sengaja menumpahkan bakso itu ke tengkuk dan punggung ric. Untungnya diantara Eric dan teman-temannya tak ada yang melihat kejadian yang sebenarnya

"Aduh, Ric. Maaf banget tadi ada yang nabrak gue, gue gak sengaja numpahin." Ucap Ari.

"Ah iya gak papa." Balas Eric seraya berdiri sambil membersihkan tengkuknya yang di penuhi oleh bihun. begitupun denggan baju bagian belakangnya. Ari yang sok merasa bersalah itu ikut membersihkan baju Eric.

"Lo tuh ya ceroboh banget. Kasian Ericnya pasti air baksonya juga panas. Kalo sampe kulit Eric melepuh atau merah sekalipun gue patahin tulang lo." Cerca Sanha, sohibnya Eric dengan mata melototnya.

"Ya kan gak sengaja."

"Iya udah, gue tau Ari gak sengaja. lagian gak terlalu panas juga kok. Gue baik-baik aja dan mau bersih-bersih dulu." Ujar Eric seraya pergi dari kantin dan Sunwoo juga pergi ke lokernya. dia akan membawakan seragam cadangannya siapa tahu Eric akan membutuhkannya

Ntah kenapa kali ini Jeno bisa menaikan salah satu sudut bibirnya dia menunjukan smirknya setelah melihat  kembarannya kesusahaan. Jaemin dan Renjun yang baru saja sampai dihadapan Jeno itu saling menatap satu sama lain, merasa aneh dengan Jeno yang tiba-tiba tersenyum secara menakutkan.

"Apaan deh, gue gak ngeliat ada yang nabrak Ari." Ucap Renjun.

Jaemin yang melihat tumpahnya semangkuk bakso pada punggung Eric itu langsung menyadari sesuatu, dia yakin Apa yang tadi terjadi ada sangkut pautnya dengan Jeno.

"Inget... Eric  itu kembaran lo, Anggota keluarga lo. Gak usah sampe dijailin gitu anaknya. Kasian." Ucap Jaemin. Sambil berbicara ia juga sibuk memakan siomaynya.

Jeno tak menanggapi, ia malah terus melahap siyomanya dengan nikmat.

**

Tadinya gak mau dilanjutin tapi..
Aku kangen Eric 😢

Melankolia | Eric & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang