07.

644 88 1
                                    

"Bang lo bawa ini aja. Ngapain punya badan kekar gitu tapi bawaanya cuma tikar."

Belum sempat Jeno membalas ucapan Eric, sang adik sekaligus kembarannya itu sudah merebut tikar dari tangannya dan berlari. Dia juga meninggalkan keranjang berisi makanan dengan maksud agar Jeno membawanya. Umur Eric itu sudah enam belas tahun tapi kelakuannya masih seperti anak lima tahun.

Adiknya itu sudah menghilang dari pandangnya dan Jeno menunggu Ayunda selesai dengan urusannya dimobil, setelahnya mereka berjalan bersama menyusul Eric yang sudah menggelarkan tikarnya ditempat yang cukup teduh disekitar taman,  iya mereka sedang berpiknik.

Disana tak hanya ada Eric namun ada Ayah dan juga ibunya yang sedang mengobrol santai diatas tikar itu. Senyuman Jeno benar-benar melebar Ketika Melihat keluarganya bisa berkumpul bersama lagi. Melihat bagaimana Ayahnya yang masih bisa tertawa begitu bebas, Eric yang tak bisa berhenti mengoceh dan kaberadaan ibunya disana yang tengah tersenyum membuat hati Jeno menghangat.

Tangan Jeno ditarik pelan oleh Ayunda,  dia membawanya kedalam lingkaran keluarganya itu dan sesampainya diasana Jeno langsung saja memluk ibunya dari samping dengan begitu erat, membuat ibunya terkejut begitupun dengan ketiga anggota keluarganya yang lain.

"Jeno." Panggil ibunya itu pelan, senyumannya yang menenangkan masih terukir dibibirnya.

"Aku kangen ibu." Ucap Jeno pelan berusaha untuk menahan tangisannya karena tingkat kerinduannya sudah berada ditahap yang paling tinggi. air mata Jeno itu dikarenakan ia sangat bahagia  bisa dipertemukan dengan ibunya lagi.

"Aku kangen kita kayak gini lagi, ngumpul bareng lagi."  Sekarang Jeno mulai mengeluarkan air matanya yang sudah tak terbendung.

"Meskipun gak ada ibu, kalian harus tetep akur dan harus tetap menyempatkan waktu untuk berkumpul dan ngobrol bersama. Kalau bisa jangan ada yang tertutup. Jadi kalau ada masalah atau punya rasa sakit bilang, nanti kan kita bisa saling bantu dan menguatkan. Setuju gak?" Tanya  ibunya itu, jari-jarinya mengusap tangan Jeno.

"Setuju!" Seru Eric dengan semangatnya. Dia ikut memeluk ibunya dari sisi yang lain, begitupun Ayunda dan sang Ayah. Mereka melakukan Grup hug. mata Jeno bertemu dengan Eric dan kembarannya itu tiba-tiba tersenyum, dengan pelan Jeno juga membalas senyumannya.

"Jeno, bangun. udah pagi nih." Ucap seseorang seraya menepuk pelan pundak Jeno beberapa kali. Si pemuda itu mulai terbangun, dengan matanya yang sudah terbuka sempurna ia menoleh pada Adit, dia orang yang membangunkannya tadi sekaligus mantan dari Ayunda.

Jeno sudah dua hari tak pulang kerumah dan menginap dirumah Adit. Ini bukan karena Jeno diculik dan dijadikan sandra oleh Adit supaya Ayunda mau balikan dengannya, bukan. Tapi ini memang kemauan Jeno sendiri. Ia juga ingin menenangkan diri tanpa bertemu orang rumahnya dan untungnya Adit juga mau menampung Jeno diapartmentnya.

Jeno juga yang memaksa Adit untuk tidak memberitahu Ayunda. Biar tahu rasa kalau kata Jeno, ia ingin Ayunda kembali peduli padanya lagi. Namun setelah dua hari ini Jeno jadi merasa kasihan pada kakaknya itu yang pasti sudah mencarinya kemana-kemana. Ia khawatir  kakaknya jatuh sakit.

"Sesuai perjanjian hari ini kamu pulang ya." Ucap Adit. Lelaki itu membuka tirai sekaligus jendelanya sehingga cahaya matahari mulai memasuki ruangan.

"satu hari lagi deh kak ya,  aku nginep disisni."

Seketika Adit berbalik, "Jeno, udah cukup balas dendamnya."

Adit keluar dari kamar diikuti oleh Jeno yang ingin mencuci wajahnya, sedangkan Adit sendiri menyiapkan sarapan untuk mereka makan. Selagi membasuh wajahnya Jeno kembali teringat mimpi yang tadi ia alami. Ntah kenapa ia juga jadi ikut merasa bahagia meskipun sudah bangun dari tidurnya.

Tadi adalah mimpi yang paling indah, dan Jeno juga teringat pesan dari ibunya tentang keluarganya yang harus terus bersama meskipun tak ada lagi beliau didunia ini. Jangan lupakan pelukan itu yang benar-benar menghangatkan jiwa dan raga Jeno.

Tetapi jika berhadapan dengan dunia nyata lagi, Rasanya akan sulit untuk membuat keluarganya kembali bersama. Rasa tak suka pada Eric juga masih ada dihati Jeno meskipun didalam mimpi itu mereka saling tersenyum pada satu sama lain. Jeno kembali membasuh wajahnya, namun tak bisa disangkal juga jika terkadang ia merindukan tingkah Eric yang tak bisa diam.

Jeno dan Eric sudah tinggal bertahun-bertahun dari dulu adiknya itu sangat aktif dalam melakukan apapun, sampai diberi julukan energetic boy dan sekarang dirinya menjadi lebih pendiam, membuat orang disekitarnya merasa patah hati.

Cukup lama Jeno merenung dikamar mandi sampai ia sadar dan merasa bersalah karena telah menjadi salah satu orang yang merubah Eric.

atau bahkan satu-satunya?

***

Melankolia | Eric & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang