11.

739 86 0
                                    

Sekarang Eric berada didalam ruangan kesiswaan  bersama guru-guru yang terkenal galaknya, tentu saja dengan lelaki yang babak belur itu dia dijadikan saksi setelah bilang jika dia membeli rokok dari Eric.

Sumpah ini benar-benar menyebalkan, mereka tidak saling mengenal tapi kenapa dia memfitnah Eric seperti ini. Sampai membawa kesiswaan? Semuanya seperti sudah direncanakan, dibuat secara sempurna sampai kesiswaan dan bahkan Jeno percaya dengan tipu daya ini.

Apa karena Giselle? Siswi seangkatannya yang ia bantu kemarin? Apa lelaki didepannya ini tak terima jika Eric berpacaran dengan Giselle sehingga berniat mengerjai Eric dengan cara yang begitu epic ini? Dia pasti sangat menyukai Giselle.

"Sekarang jujur aja deh ric. Alasan kamu ngejual rokok disekolah itu apa?" Tanya Pak jhonny.

"pak sumpah deh, Saya gak ngejual rokok. Memang benar saya pernah merokok tapi enggak pernah disekolah."

"Dia bohong pak, saya pernah ngeliat dia merokok dirooftop juga." Tambah lelaki itu.

"Heh bangsat lo tuh ya-"

Serius Eric hampir saja melemparkan vas bunga kaca kewajah orang didepannya ini.

"Eric tolong tenang, bapak gak ngasal nuduh kamu tapi ini tuh sudah ada buktinya. Bapak sempet nyium bau seragam kamu dan tercium bau asap rokok disana, diloker kamu ada beberapa rokok yang disimpan ditempat pensil kamu kan? Terus banyak saksi termasuk Jinyeong ini. "

Eric hampir dibuat tertawa dan ingin segera kekelas untuk mencium seragam dan mengecek lokernya juga, si Jinyeong itu benar-benar membuat segalanya  diatur dengan sempurna. Bagaimana bisa!?

Jika begini bagaimana Eric bisa mengelak dan membuktikan jika ia tak bersalah, guru-gurunya tak akan percaya pada Eric sekarang.

"Tolong panggil ayah kamu atau kakak kamu sekarang." Tambah Pak Taeil yang dibalas dengan gelengan oleh Eric. Kak Ayunda bahkan ayahnya tak boleh tahu tentang masalah ini.

"Gak mau pak. Lagian ini saya difitnah pak. Kenapa harus panggil mereka." Bantah Eric dengan matanya yang bergetar, jika disangkut-pautkan dengan keluarganya Eric tak mau. Ia tak ngin membuat malu dan menysusahkan mereka.

"Kamu difitnah siapa emang, hah?"

"Orang itu." Eric langsung menunjuk orang didepannya dan Jinyeong tertawa.

"Lo pasti ketakutan karena gak punya alasan buat ngelak lagi sampe nuduh orang kayak gini. Pak serius saya bahkan nemuin dia cuma buat beli rokok." Jinyeong yang berkata dengan santainya malah membuat Eric naik darah.

Eric berpikir untuk membawa Giselle kesini tapi belum sempat mengutarakannya seseorang mengetuk pintu dan pak Jhonny membukanya. Memperlihatkan Giselle disana seolah dia bisa membaca pikiran Eric.

"Pak, Eric gak bersalah. Ini akal-akalan Jinyeong." Ucap Giselle.

Eric yang mendengarnya langsung mengehela napas lega, ia tersenyum sangat lebar sembari memperhatikan Giselle yang memasuki ruangan atas suruhan pak Taeil. Gadis itu duduk disamping Eric, jari-jarinya meremat ujung rok. Ntah apa alasannya tapi dia pasti ketakutan juga.

"Saya mendengar Jinyeong menyuruh teman-temannya untuk melakukan sesuatu untuknya seperti  memasukan rokok kedalam loker Eric, membawa baju Eric kerooftop dan merokok disana. Dia menyuruh mereka untuk berpura-pura menjadi saksi soal Eric yang menjual rokok dan merokok disekolah," gadis itu meletakan handphonenya dimeja dan memutar hasil rekaman yang disana terdengar suara Jinyeong tengah menyuruh temannya bahkan mengancam agar temannya itu mau melakuakan apa yang dia perintahkan.

"Lo ngikutin gue?" Tanya Jinyeong sembari menatap Giselle dengan smirknya yang membuat dia tambah terlihat menakutkan.

"Iya. Karena gue yakin lo bakal ngelakuin hal buruk ke Eric."

****

Eric akhirnya bisa keluar dari ruangan kesiswaan itu dengan senyum lebarnya, sungguh ia merasa lega dan sangat ingin berterima kasih pada Giselle yang sudah menyelamatkannya. Eric hanya dihukum untuk membersihan toilet sepulang sekolah nanti, ia diberi hukuman karena melakukan kekerasan disekolah.

Untuk Jinyeong tak tahu, dia masih diintrogasi.

Tadi Giselle itu keluar lebih dahulu dan setelah berjalan beberapa langkah Eric bisa melihatnya yang tengah duduk ditangga. Ia pun segera menghampirinya.

"Makasih banget loh, udah nyelamatin gue." Ucap Eric sembari duduk disamping Giselle.

"Lo gak seharusnya bilang makasih ke gue. Karena ini tuh salah gue. Coba kalo gue gak minta lo buat pura-pura jadi pacar gue hal ini mungkin gak bakal terjadi." Ujar Giselle, ia menoleh pada Eric dan pandangan mereka bertemu.

"Tapi kalo boleh tahu, Jinyeong itu siapanya lo sih? Kalo bukan mantan lo?"

Giselle akhirnya mengalihkan tatapannya pada tumbuhan didepannya yang gergerak-gerak karena tertiup angin.

"dia suka sama gue dan dalam tiga bulan ini dia selalu ngikutin gue, bicara sok akrab yang parahnya dia ngancem temen cowok yang deket sama gue buat ngejauh dari gue. Dia bener-bener ngeganggu ketenangan hidup gue. Sampai akhirnya gue minta lo buat pura-pura jadi pacar gue karena.. gue pikir dia ngerasa capek dan bakal berhenti ngejar gue tapi yang terjadi malah makin parah."

Eric yang sedari tadi menatap Giselle bisa melihat bagaimana air mata perlahan turun dari mata temannya ini, "lo pasti cape. " air matanya malah mengalir lebih deras sekarang sampai dia terisak dan Eric menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan mencoba untuk menenangkan.

"jangan takut lagi, mulai dari sekarang gue bakalan ada buat lo."

Giselle kembali menoleh, "gak, gue gak mau ngelibatin lo lagi."

"Gue temen lo jadi tolong Biarin gue ngebantu lo."

Untuk beberapa saat mereka saling menatap tangan Eric masih berada dipunggung Giselle, ia benar-benar ingin membebaskan teman perempuannya ini dari Jinyeong. Dia benar-benar terlihat tersiksa.

"Makasih tapi gue harus balik ke kelas."

"Oke."

Giselle pergi, berjalan menuju kelasnya sedangkan Eric masih berada ditempatnya. Ingin kabur dari sekolah mengingat sekarang kelasnya tengah dalam jam pelajaran kimia. Ia lupa mengerjakan PR dan kalau baru datang ke kelas langsung ditagih PR kan agak ketar-ketir juga nantinya dan hukuman Eric berpotensi bertambah.

Ia bangkit dari duduknya, setelah mendapat alasan agar ia bisa dijinkan untuk tidak masuk ke kelas, ia meraih handphoneya dan mengetikan sesuatu pada Sunwoo.

Gue udah bebas tapi Badan gue sakit banget karena sempet dipukulin Jeno sama Jinyeong, bilangin ke pak Jacob gue mau istirahat di UKS.

Tak lama ia mendapat balasan dari Sunwoo.

Alesan lo aja itumah, cuma dipukul dikit juga, Lawan lo yang babak belur masih bisa ketawa-ketiwi tadi.
Tapi syukur deh kalo lo udah terbukit gak salah
Sebagai syukurannya lo bisa tidur nyenyak di UKS lagian pak Jacob pasti percaya juga sih.

Thank you banget bro! I love you.

Cih.


Eric memasukan handphonenya kedalam saku celananya dan berjalan menuju UKS dengan senyumannya yang ceria namun ia mendadak membalikan badannya ketika melihat Jeno. Dia akan menggunakan jalan lain untuk sampai ke UKS.

"Eric."

Suara Jeno terasa dekat dan Eric merasakan perasaannya yang campur aduk, ia masih kesal pada sodaranya itu yang tidak percaya padanya. Eric terus berjalan tanpa menyahut dan Jeno juga terus mengikutinya.

"Dek.."

Seketika langkah Eric terhenti, ia terkejut karena sudah lama sekali Eric tak mendengar panggilan itu keluar dari mulut Jeno.

"Gue minta maaf." Tambah Jeno namun Eric masih belum berbalik, menoleh pun tidak.

"Karena gue yang udah gak percaya sama lo dan pokoknya untuk semua kelakuan gue yang udah bikin lo sakit hati. Gue minta maaf."

Mengingat perilaku Jeno kepadanya dalam beberapa bulan ini membuat mata Eric memanas, perasaannya campur aduk. Eric senang mendengarnya tapi untuk sekarang ia belum mau bertemu dengan Jeno.

"Iya." Jawab Eric, lalu pergi.

Melankolia | Eric & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang